Pertandingan yang dimulai dari pagi ini memang meriah. Teriakan dan dukungan orangtua makin menambah seru dan tegang pertandingan. Kalau si anak mengalami kesalahan ya tetap diberi semangat. Biasanya kalau sudah diberi semangat, anak-anak bermain ngotot, bahkan bisa muncul pukulan-pukulan ajaib yang mendapat tepukan tangan dari penonton.
Saking semangatnya, ada juga anak yang sedih pasca kalah. Tetapi mereka tetap diberi semangat kok, dan diharuskan untuk sportif menerima kekalahan ataupun kemenangan. "Namanya anak-anak tidak bisa dipaksakan. Mereka butuh contoh. Kita yang tua inilah yang memberi contoh," kata H Nuki.
Upsss. Bapak-bapak pun ada yang memanfaatkan lapangan kosong dengan main tenis sembari menunggu jadwal anak-anaknya main. Jadi lapangan itu tak ada yang kosong. Wakwakwak buah tak jatuh dari pohonnya memang agak betul. Orangtua hobi tenis, anak pun biasanya ikut. Walau tak semuanya, loh. Ada anaknya yang hobi main tenis, orangtuanya cuma dukung doang, teriak-teriak. Hehehe
Setelah pertandingan, H Nuki memberikan wejangan mengungkapkan kalau dari waktu ke waktu semua petenis ini menunjukkan peningkatan perbaikan pukulan. "Latihan terus ya. Nah, pertengahan Februari nanti ada kejuaraan tenis di Tanjung Enim. Kita akan akan ikut ya," kata Nuki.
Anak-anak butuh pertandingan, kompetisi yang teratur. Atmosfer latihan dan pertandingan itu berbeda jauh. Ikut pertandingan di luar daerah itu juga mengasah mental tanding. Untuk kawasan Sumatera Selatan, kejuaraan tenis kelompok umur sangat jarang dan tidak dilakukan secara teratur.