Mohon tunggu...
Ananto W
Ananto W Mohon Tunggu... Administrasi - saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

pernah bekerja di sektor keuangan, ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bahagia Itu Kaya ?

29 Oktober 2021   06:59 Diperbarui: 29 Oktober 2021   07:07 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bahagia. Semua orang mencari itu sepanjang hidup. Entah berhasil atau tidak, orang punya pendapatnya sendiri. Bahagia sering dikaitkan dengan prestasi tetapi itu membawa isu lain. Coba lihat tulisan di media sosial. Ada seorang bos yang meninggal muda, penulis medsos memberikan nada getir, tragis. padahal bos itu berhasil di usia muda. Apa yang salah ? Oh dia tidak menjaga kesehatan. Oh dia tidak hati-hati di jalan. Oh, dia banyak kerja. Cerita sebenarnya tidak lengkap. Istri Michael Schumaker dalam tayangan di Netflix, dengan tegas bersikukuh "private is private." Ia tidak mau membocorkan kondisi sang pembalap itu yang sudah koma (ini kenyataan) sejak bertahun-tahun lalu. 

Tepat sekali Chairil Anwar menulis "sekali berarti sudah itu mati." Dengan kondisi koma, orang bisa berpendapat berbagai macam tentang pembalap Formula yang populer itu. apa ia berhasil dalam hidupnya. Ya tentu saja ia berhasil karena ia menjuarai balapan Formula. Tetapi giliran pendapat digeser "apakah ia bahagia?" orang teringat kepada tragedi yang menimpa.

Bisa ditangkap orang minta lebih daripada prestasi. Dalam sastra Yahudi dikatakan   "Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia" (amsal 3:16-18).

Kaya, sehat, dan punya reputasi. Alangkah banyak permintaan manusia.  Studi menemukan bahwa kepuasan hidup dan pengalaman sejahtera (experienced well-being) meningkat bersamaan dengan pendapatan, yaitu di AS 2019 median $68,703 dan survei lain (Killingsworth)di angka $85,000. survei lain angkanya berbeda. Entah di Indonesia angka itu berada di kisaran berapa. Indonesia memiliki pendapatan nasional bruto (gross national income/GNI) per kapita sebesar US$ 3.870 pada 2020, turun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 4.050. Hal tersebut lantas mengembalikan Indonesia ke kelompok negara berpendapatan menengah bawah (data bank dunia). Nah jauh kan, angka kita. Apakah kita tidak bahagia?

Beberapa waktu lalu ada tulisan bos Jarum Grup sedang makan di warung kaki lima. Orang melihatnya sebagai tanda orang kaya yang sederhana, sebuah contoh yang bagus. Tetapi sisi lain bisa juga disorot. Setelah mempunyai penghasilan segitu, makan di hotel dan tempat wah tidak akan asyik lagi. Biasa saja. Demikian itu hukum kepuasan berlaku. Setelah minum es teler, gelas ke sepuluh tentu sudah tidak menarik lagi, malahan bikin perut kembung.  

 Orang yang belum sejahtera tentu akan kerepotan mengatur hidupnya. Rumah jauh dari kantor, anak harus dititipkan ke mertua, bekerja harus ekstra keras dan anggaran rumah tangga mepet. Ibaratnya orang itu kopernya kecil, bila menambah barang ia harus mengeluarkan barang yang ada di kopernya. Sampai penghasilan tertentu orang akan mengalami penurunan kebahagiaan karena kekayaan tidak asyik lagi sudah biasa.

Nah, orang kadang malu malu kucing mengatakan kekayaan itu tidak penting asal bahagia. Hal itu tidak tepat. Untuk menjadi bahagia, orang harus mencapai tingkat kekayaan tertentu menurut studi. Itu ukurannya adalah materi, pasti ada yang mendebat. sementara tulisan ini berhenti di sini. Nanti disambung lagi, boleh kan ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun