Mohon tunggu...
Ananto W
Ananto W Mohon Tunggu... Administrasi - saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

pernah bekerja di sektor keuangan, ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jubah Baru Sang Kaisar, Sindiran HC Andersen Buat Pemimpin

23 Juli 2018   09:00 Diperbarui: 23 Juli 2018   09:11 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dahulu kala ada seorang Kaisar yang sangat menyukai pakaian baru sehingga ia mengeluarkan seluruh uangnya agar kelihatan necis. Ia tidak mempedulikan memeriksa pasukannya, pergi ke gedung seni atau naik kereta kencana kecuali memamerkan pakaian-pakaian terbarunya. Ia memiliki baju baru setiap jam. Bahkan semestinya seseorang akan berkata tentang seorang pemimpin " Baginda ada di kabinet," tetapi orang itu justru akan berkata, " Baginda sedang berada di ruang ganti."

Di kota besar tempat tinggalnya, hidup selalu ceria. Setiap hari banyak orang asing datang ke kota, di antaranya dua orang penipu. Mereka mengatakan diri sebagai pengrajin yang bisa membuat kain terbaik yang bisa dibayangkan oleh seseorang. Tidak hanya warna dan corak kannya sangat indah, tetapi baju yang dibuat dari kain itu secara ajaib tidak kelihatan di mata mereka yang tidak becus di kerajaan atau mereka yang sangat bodoh.

"Baju itu cocok untuk saya," pikir Sang Kaisar. " Bila saya memakainya saya bisa menemukan siapa dalam kerajaan yang tidak cocok dengan jabatannya. Saya bisa membedakan orang bijak dan orang bodoh. Ya, saya ingin kain itu ditenun segera untuk saya." Kaisar membayar kedua orang penipu itu uang sangat banyak agar mereka segera bekerja.

Mereka menyiapkan dua pemintal kemudian berpura-pura menenun, meskipun tidak ada apapun di pemintal itu. Semua sutera terbaik dan benang tua yang paling sempurna yang mereka minta dimasukkan ke dalam tas perjalanan mereka, sementara itu mereka bekerja di pemintal sampai jauh malam.

"Saya ingin tahu pemintal itu sudah bekerja sampai di mana," Sang Kaisar membatin. Kemudian Baginda merasa sedikit tidak nyaman ketika mengingat kalau mereka yang tidak sesuai dengan jabatannya tidak akan bisa melihat kain tenunan itu. Bukan karena ia meragukan dirinya sendiri, tetapi ia berpikir lebih baik menyuruh seseorang untuk menengok pekerjaan itu. Seluruh kota sudah mengetahui kekuatan ajaib kain itu maka mereka tidak sabar untuk mengetahui siapa tetangga mereka yang bodoh.

"Saya akan menyuruh seorang menteri tua saya yang jujur ke pemintal itu," Kaisar memutuskan. "Ia orang terbaik yang akan mengatakan seperti apa kain itu karena ia seorang yang bijaksana dan melakukan tugasnya sangat baik."

Maka menteri tua yang jujur itu mendatangi rumah di mana kedua penipu itu duduk menenun di pemintal yang kosong.

"Astaga, " ia membatin ketika ia membuka lebar matanya," Saya tidak melihat apa-apa." Tetapi ia diam saja.

Kedua penipu itu memintanya untuk mendekat supaya bisa menyetujui corak kain yang luar biasa dan warnanya yang indah. Mereka menunjuk ke pemintal yang kosong. Menteri tua yang malang itu memincingkan matanya selebar mungkin. Ia tidak melihat apapun, karena memang tidak ada yang bisa dilihat. "Celaka aku," batinnya. "Apa aku ini bodoh? Aku tidak pernah menduganya, tidak boleh seorangpun tahu. Apakah aku tidak cocok menjadi menteri? Jangan pernah bilang aku tidak menyaksikan kain itu."

"Jangan ragu mengatakan pikiranmu," ujar salah seorang penenun itu.

"Oh, indah, menakjubkan." Menteri tua itu mengintip dari kacamatnya. "Pola itu, warnanya menakjubkan! Saya pasti akan mengatakan kepada kaisar alangkah puasnya saya dengan kain itu."

"Kami senang mendengarnya," kedua penipu itu mengatakan. Mereka melanjutkan mengatakan nama warna warni serta menjelaskan pola kain yang rumit. Menteri tua itu memperhatikan sekali agar ia dapat menceritakan semuanya kepada kaisar. Demikian ia melakukannya.

Para penipu segera minta uang lagi, sutera dan benang emas supaya bisa mulai menenun. Semuanya itu masuk kantong mereka. Tidak ada benang masuk ke pemintal meskupun mereka kelihatan bekerja keras seperti sebelumnya.

Saat itu Kaisar mengirimkan pejabat lain yang dipercaya untuk melihat pekerjaan itu serta kapan selesainya. Hal yang sama terjadi seperti yang terjadi dengan Menteri sebelumnya. Ia melihat, melihat lagi namun tidak ada apapun dalam alat pemintal yang bisa dia amati.

"Bukankah itu kain yang bagus?" para penipu menanyainya sambil menayangkan dan menerangkan pola yang tidak kelihatan itu.

"Saya tahu saya tidak bodoh,"batin pejabat itu, "Mungkin saya tidak pantas di jabatan saya yang bagus itu. Aneh. Tapi saya tidak boleh membiarkan orang lain tahu.." Maka ia memuji kain yang tidak bisa ia lihat itu. Ia mengatakan gembira dengan warna warni yang indah dan pola yang rumit. Kepada Kaisar ia mengatakan,"Hamba terpesona. "

Kemudian kaisar sendiri hadir.

"Apa itu ?" kaisar membatin  "saya tidak melihat apa-apa. Mengherankan! Apakah saya seorang bodoh? Apakah saya tidak pantas menjadi kaisar?"

Pada hari yang ditentukan, Kaisar melepas busananya kemudian para penipu berpura-pura memakaikan pakaian baru. Satu lapis kain dan berikutnya. Mereka memegang sekitar pinggang seolah mengikatkan sesuatu kain.

"Bagaimana busana baru Yang Mulia. Pantas bukan !" Ia mendengar dari segala sudut, "Coraknya sangat sempurna !Warna-warni sangat cocok! Busana yang luar biasa."

Berjalanlah Kaisar dalam pawai di bawah payung kebesaran yang indah. Semua orang di jalan dan di jendela-jendela berkata, "Sangat indah jubah baru Kaisar. Pas benar, betapa panjangnya!" Tidak seorang pun mengakui ia tidak melihat apa-apa karena dengan begitu ia dicap sebagai tidak becus atau ia orang yang tolol. Maka tidak pernah ada busana Kaisar yang begitu berhasil seperti sekarang ini.

Tetapi...

"Kaisar tidak memakai apa-apa," seorang anak kecil berkata.

"Apa pernah engkau mendengar ocehan polos  anak anak? "ujar ayahnya. Maka orang berbisik kepada yang lain tentang apa yang dikatakan anak kecil itu, "Kaisar tidak memakai apa-apa. Seorang anak kecil mengatakan kaisar tidak memakai apa-apa."

"Kaisar tidak memakai apa-apa!" Seluruh kota akhirnya berteriak.

Kaisar bergidik karena ia menduga mereka benar. Namun ia berpikir, "Pawai ini harus terus berlangsung." Maka ia berjalan lebih gagah daripada biasanya, sedangkan para bangsawan memegang tinggi tinggi jubah panjang sang kaisar padahal tidak ada apa-apa.

Semoga dalam ramai pencalonan Presiden tidak ada seorang "kaisar" yang digambarkan oleh HC Andersen itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun