Mohon tunggu...
Ananto W
Ananto W Mohon Tunggu... Administrasi - saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

pernah bekerja di sektor keuangan, ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pelajaran Apa yang Diberikan oleh Dr. M?

16 Mei 2018   07:00 Diperbarui: 16 Mei 2018   08:03 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau mengatakan orang Asia secara budaya itu konservatif dan kuno (orthodox). Mereka suka melakukan sesuatu seperti di masa lalunya.Terhadap Barat (ia menyebut "orang Eropa"), orang Asia mempunyai rasa rendah diri serta memandang orang Barat super dengan ide yang sangat pandai. 

Maka selama 600 tahun orang Asia sudah mengambil begitu saja pemikiran orang Barat tentang ekonomi, sosial dan poltik tanpa bertanya tanya lagi sehingga hal itu sudah menjadi budaya Asia. Akibatnya ketika Barat menyodorkan ide tentang globalisasi, perdagangan bebas dan dunia tanpa batas, semuanya cenderung diterima oleh Asia yang sudah menjadi negara-negara merdeka.

Tetapi, kata beliau semua krisis dunia itu bukan dimulai dari Asia. Mahathir menyarankan agar Asia tidak berdiam diri tetapi mulai memikirkan sistem perbankan dan ekonomi yang ternyata membawa masalah. Ia menyarankan reformasi governance harus dilakukan secara selektif, jangan kebablasan. 

Belajar dari krisis di AS yang saat itu sedang mencapai puncaknya, beliau menyarankan pemerintah harus mengatur dengan birokrasi yang efisien, modal masuk dikelola, perdagangan bebas diatur, kurs juga dikendalikan. Pada intinya Mahathir tidak setuju untuk mengikuti pola Barat begitu saja karena dampaknya yang besar bagi ekonomi Asia seperti sudah terbukti dari berbagai krisis dunia.

Pada masa krisis 1998 lalu, Mahathir dengan berani meredam gejolak valuta asing dengan mematok kurs tetap, tidak "floating" seperti di Indonesia.

2. Rekonsiliasi dengan lawan politik, tidak ada musuh dalam politik

Lawan politik Mahathir terkenal adalah Anwar Ibrahim. Calon pengganti, anak emas Perdana Menteri itu dipenjarakan dengan tuduhan melakukan sodomi terhadap sopirnya. Sekarang ini Mahathir dan Anwar Ibrahim bersekutu melawan Najib Razak. 

Kisah lawan menjadi teman dalam politik sepertinya bukan tabu. Asal mempunyai tujuan yang sama. Perseteruan Mahathir dengan Anwar Ibrahim itu menjadi berita yang berkepanjangan. Tuduhan sodomi kepada Anwar Ibrahim boleh dibilang keterlaluan karena selain menghancurkan karier politik juga mencoreng pribadi tertuduh.

Mahathir terhitung sudah dua kali menjatuhkan murid politiknya. Pertama terjadi kepada PM Abdullah Ahmad Badawi. Najib Razak adalah "korban" kedua. Dalam politik musuh dari musuh adalah kawan. Maka Anwar Ibrahim yang dipenjarakan tahun 2015 menjadi partner Mahathir menjadi oposisi. Kata beliau, saya ingin mengganti Najib Razak. Anwar Ibrahim juga ingin menganti Najib Razak.

Inkumben Najib Razak mendapatkan kritik dari pengenaan pajak dan jasa yang dipandang menjadi penyebab harga-harga barang naik tinggi. Ia juga belum memuaskan dalam menangani proyek 1MDB yang dituduh sarat dengan korupsi. Dengan sinis Mahathir menyindir istri Najib yang mengecat rambut berwarna merah dan menyindir rumah mewah di luar negeri.

Korupsi dan Rakyat Malaysia membutuhkan perubahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun