Dalam filem Kartini, disebutkan bahwa Kartini akhirnya bisa mendapat dana untuk belajar ke negeri Belanda. Seandainya hal itu terjadi maka Kartini menjadi perempuan pribumi pertama yang belajar di Belanda. Berita yang membahagiakan itu ternyata dihadapkan kepada penjodohan Kartini muda sebagai isteri ke empat dari Bupati Rembang yang 26 tahun lebih tua. Kartini dikatakan sudah lebih bisa menerima nasibnya. suaminya lulusan Belanda dam sepertinya mempunyai pikiran yang maju. Berdua selain mendirikan sekolah mereka membangkitkan usaha tenun, pencelupan kain, dan kerajinan kayu dan kerang.
Kartini memandang biaya yang sudah disetujui dikeluarkan untuk beasiswa harus dimanfaatkan. Maka ia mengusulkan untuk dicarikan penerima lainnya. H. Agus Salim dalam catatan sejarah, dan dalam filem itu, disebutkan menggantikan Kartini.
Kisah hidup Kartini berakhir dengan tragis empat hari setelah ia melahirkan anak pertama. Pada 17 September 1904 dalam usia 25 tahun.
Kartini Lambang Pikiran Perempuan yang Maju
Kita yang membaca surat-surat Kartini kiranya sudah cukup memahami bahwa keputusan presiden Sukarno untuk menetapkan Kartini sebagai pahlawan nasional tidaklah salah. Tragedi Kartini yang mati muda saja memupus, memotong lini masa cita-citanya yang luhur dan jauh ke depan.
Di Indonesia perayaaan hari Kartini menyebabkan populernya kebaya Kartini dan sanggul Kartini. Selain Indonesia, di tingkat dunia Kartini dipandang sebagai feminis, pembela hak-hak perempuan.Â
Penghargaan Kartini Prize diadakan setiap tahun di Den Haag diberikan kepada perempuan asing yang memperjuangkan kesetaraan jender. Prosa  Kartini dikumpulkan dalam buku yang terkenal ke seluruh dunia Door duisternis tot licht (1911) Habis Gelap Terbitlah Terang. Terjemahan buku itu ada dalam bahasa  Arab, Jepang, Rusia, Inggris, Prancis. Nama jalan Kartini di Belanda ada di kota Amsterdam, Utrecht, Venlo dan Haarlem.
Kartini tidak salah lagi adalah tokoh dunia.Â
Peringatan Kartini dilaksanakan dengan berkebaya dan bersanggul, untuk tidak mengatakan diwajibkan, dimulai pada Orde Lama. Apakah ada ide baru untuk mengubahnya seperti Kartini dan adik-adiknya yang mengubah jamannya?
Sumber utama :
Letters of A Â Javanese Princess -- terj Agnes Louise Symmers