Mohon tunggu...
Ananto W
Ananto W Mohon Tunggu... Administrasi - saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

pernah bekerja di sektor keuangan, ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stephen Hawking Tidak Percaya Tuhan Itu Ada

15 Maret 2018   07:00 Diperbarui: 15 Maret 2018   08:50 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: sains.kompas.com)

Ilmu pengetahuan mempunyai metode, pendekatan  untuk mengurai asal usul jagat raya. Pengamatan bisa membuktikan bahwa benda-benda mengikuti hukum tertentu yang bisa dikenali serta dipastikan perilakunya oleh ilmu pengetahuan. Ketika Laplace ditanya oleh Napoleon apakah Tuhan berada dalam perhitungan yang dilakukan oleh ilmuwan, dia menjawab,  "Yang Mulia saya tidak membutuhkan hipotesis itu."

Stephen Hawking (almarhum) menggunakan ukuran-ukuran yang lazim digunakan dalam memahami alam semesta. Ia percaya kepada dalil ilmu pengetahuan, pendekatan, metodenya. Tuhan mungkin ada, tetapi ilmu pengetahuan dapat menjelaskan jagat raya. Bila berhasil, maka ilmu pengetahuan seolah bisa memahami pikiran Tuhan.

Katanya:"Bila Anda percaya ilmu pengetahuan , seperti saya, Anda mempercayai adanya  dalil-dalil tertentu yang selalu ditaati. Bila Anda suka, Anda bisa bilang dalil-dalil itu adalah pekerjaan dari Tuhan, tetapi itu lebih menjadi pengertian tentang Tuhan daripada pembuktian Dia itu ada."

Hawking memandang Tuhan itu sebagai metafor. Suatu kiasan yang diciptakan oleh manusia sendiri.

Dalam bukunya "Desain Agung (2011)" yang ditulis bersama Leonard Mlodinow, Hawking mengatakan, " tidak perlu untuk melibatkan Tuhan menyulut sumbu yang membuat jagat raya ini hidup." Alam semesta itu sudah begini adanya. Adanya eksistensi adi manusiawi tidak diperlukan lagi.

Hawking  semakin suram memandang agama. Pada suatu kesempatan dia malahan mengakui dirinya ateis.

Dia mengandaikan hidup setelah mati seperti komputer. " Saya memandang otak seperti komputer yang akan berhenti bekerja setelah seluruh komponennya gagal. Tidak ada surga atau hidup setelah mati untuk sebuah komputer yang rusak.  Itu hanya kisah khayalan untuk orang yang takut kepada gelap."

Optimistias dan Rasa humor

Pada suatu konferensi kosmologi di Vatikan (2008) , Paus menyebut permulaan terbentuknya jagat raya itu adalah ciptaan dan pekerjaan dari Tuhan. Hawking yang tidak percaya akan adanya Tuhan bergurau: "Saya lega karena Paus tidak menyadari saya itu telah menyampaikan makalah di konferensi yang persis menyelidiki masalah itu. Saya tidak membayangkan dibawa ke inkuisisi seperti Galileo."

Hawking itu orang yang punya rasa humor. Ketika ditanya apa yang Anda pikirkan sepanjang hari? Dia menjawab : "Wanita. Mereka itu benar-benar misteri." Dia juga optimistis. "Saran saya kepada orang cacat, pusatkan perhatian untuk berhasil tidak dihalangi oleh ketidakmampuannu dan jangan kecewa dengan keterbatasanmu. Jangan menjadi tidak berdaya secara jiwa dan raga."

Taruhan

Setidaknya Stephen Hawking pernah kalah bertaruh dengan sesama ilmuwan fisika. Untuk terbuktinya Lubang Hitam itu ada, Hawking bertaruh untuk memberikan majalah Penthouse atau mendapatkan majalah Private Eye. Taruhan lain yang terkenal adalah trauhan Hawking bersama dengan ahli teroi fisika Kip Thorne melawan John Preskill mengenai paradoks informasi ketika seseorang masuk ke dalam lubang hitam.

Pada abad pertengahan ada seoran g Perancis bernamwa Blaise Pascal (1623 -- 1662), seorang ahli matematika dan  fisika. Taruhan Pascal, demikian disebut kemudian, sangat terkenal. Taruhan itu bilang " Seorang yang bernalar apabila bertaruh bahwa Tuhan itu ada hanya akan mengalami kerugian tertentu yaitu kehilangan kenikmatan duniawi, tetapi dia bisa memperoleh keuntungan yang tidak terbatas yaitu masuk surga dan terhindar dari kerugian tidak terbatas yaitu masuk neraka."

Sepertinya Stephen Willian Hawking tidak bertaruh semacam itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun