Mohon tunggu...
Ananto W
Ananto W Mohon Tunggu... Administrasi - saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

pernah bekerja di sektor keuangan, ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hollywood sebagai "Soft Power"

7 Maret 2018   10:50 Diperbarui: 7 Maret 2018   10:51 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

J Robert Cole penulis skenario filem Black Panther memanfaatkan momentum persekusi dan sekaligus penemuan identitas warga negara AS keturunan Afrika. Maka jadilah fiksi sebuah negara antah berantah di Afrika bernama Wakanda yang memiliki teknologi canggih.

Sebuah meteor membawa zat ajaib vibranium. Kemudian seorang panglima perang berkulit hitam tidak sengaja menjadi superhero berjuluk 'black panther.' Negara Wakanda bukan negara Afrika umumnya yang digambarkan terpuruk, tetapi negara itu berteknologi sangat maju. Tentu tidak terbayangkan sama sekali.

Bila Walt Disney mendistribusikan filem Black Panther yang mengagumi kecanggihan sebuah negara Afrika, pada sisi lain Disney juga membuat filem Tarzan, animasi dan layar lebarnya. Pria kulit putih berotot itu cuma memakai cawat berayun-ayun di pepohonan hutan Afrika. Musuhnya beraneka macam orang jahat : kulit hitam dan kulit putih. Dia keturunan ningrat yang sejak kecil dirawat oleh gorila, bisa berbahasa hewan, pandai berkelahi dan banyak akal.

Tarzan, bahasa lokal artinya 'kulit putih' diciptakan tahun 1932 oleh Edgar Rice Burroughs seorang warga negara Amerika Serikat.Pada jaman itu pemisahan ras kulit putih dan kulit hitam di tempat umum masih ada. Konon penciptanya percaya kepada superiotas ras kulit putih. Tanpa menilai latar belakang pengarangnya pun, orang akan tahu bahwa kisah orang kulit putih tanpa baju yang menyelamatkan Afrika dari kejahatan tidak masuk di akal. Secara tidak langsung kisah itu mencerminkan bentuk kolonialisme.

Filem Tarzan masih dibuat dengan perubahan sesuai dengan suasana geopolitik saat ini.

Tokoh kulit putih pernah juga dipaksakan untuk filem Avatar --the Last Airbender. Padahal M. Night Shyamalam, sutradaranya adalah keturunan India. Dia mengganti tokoh utamanya Aang yang berwajah Asia menjadi wajah Barat. Tidak heran banyak kritik diarahkan kepada sutradara itu.

Sebagai hiburan filem Hollywood mempunyai resep yang mengagumkan.

Filem adalah budaya.

Bagi AS, filem menyebarkan budaya yang diyakininya ke seluruh dunia. Maka AS mempunyai peringkat 'soft power' yang tinggi di dunia. Skor AS 75,02 (2017-softpower30.com ) bersaing dengan negara Prancis, Inggris, Kanada dan Jerman di puncak peringkat. 'Kekuatan lunak' digambarkan sebagai kekuatan yang bisa diterima tanpa menggunakan kekuatan fisik. "Industri filem, televisi dan musik AS menetapkan langkah dan tren ke seluruh dunia. Dominasi Hollywood kelihatannya tidak akan menurun dalam waktu dekat," demikian dikatakan oleh penilainya.

Tidak heran seluruh dunia seolah-olah ikut mengeluti isu dalam negeri negara AS karena resapan budaya melalui, salah satunya, media filem.

Jaman dulu ketika arus informasi dari luar belum begitu deras, komik wayang R. Kosasih sangat laris. Tidak banyak pilihan untuk mengisi waktu luang.Terbitan kembali komik itu entah masih laku atau tidak. Kelihatannya pembacanya bukan kelompok anak generasi sekarang. Coba tanya apa mereka kenal Gatotkaca? Mereka akan balik nanya "siapa itu?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun