Mohon tunggu...
Rahadian DimasPradito
Rahadian DimasPradito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa yang sedang menimba ilmu di jurusan S1 Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta

Seorang mahasiswa yang sedang menimba ilmu di jurusan S1 Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengalaman Menggunakan Dating App

13 Juli 2021   07:23 Diperbarui: 13 Juli 2021   07:24 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhir akhir ini banyak aplikasi online bermunculan, salah satunya yaitu aplikasi pencari jodoh atau bisa disebut dengan dating app. Saat ini, beberapa orang mencoba menemukan pasangannya menggunakan aplikasi kencan karena sejumlah alasan. Selain pasangan, aplikasi kencan online ini juga bisa menambah hubungan dengan orang lain.

Orang yang memilih berkencan menggunakan aplikasi seringkali kesulitan membuka percakapan saat ingin bertemu langsung. Aplikasi ini seharusnya membuatnya lebih mudah untuk berinteraksi dengan orang lain. Namun demikian, kebanyakan orang yang menggunakan aplikasi tersebut hanya untuk sekadar hiburan semata.

Penulis telah mewawancarai langsung beberapa orang yang pernah menggunakan aplikasi ini. Contohnya seperti Putri, perempuan berumur 19 tahun ini kerap kali menggunakan dating app sebagai sarana untuk menghibur dirinya yang sangat introvert. 

Menurut pengalaman Putri, menggunakan dating app itu menyenangkan karena dapat menghilangkan kebosanan, apalagi buat seorang jomblo seperti dia. Untuk alasannya, Putri mengatakan bahwa dirinya ingin merasakan hal-hal romantis seperti orang yang berpacaran di luaran sana, tetapi dia terlalu takut untuk bertemu langsung dengan orangnya.

Beberapa pengaruh dalam menggunakan dating app, misalnya saja ghosting. Salah satu fenomena yang cukup viral saat ini. Ghosting adalah istilah yang berasal dari Bahasa Inggris. 

Secara makna kamus, arti ghosting adalah berbayang. Namun istilah ghosting yang sering digunakan di media sosial sekarang bukan yang memiliki arti secara bahasa (berbayang). Dikutip dari Kontan.co.id, ghosting adalah perilaku menjauh atau tiba-tiba menghilang dari kehidupan seseorang tanpa mengirimkan kabar.

Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa orang yang menggunakan dating app, mereka tidak ada yang pernah di-ghosting, tetapi pasangan dating mereka di dating app pernah di-ghosting. Menurut mereka, ghosting disebabkan ketika stalk akun media sosial seperti Instagram, lalu melihat foto yang diunggahnya ternyata tidak sesuai ekspektasi. 

Untuk perasaannya orang yang di-ghosting sendiri itu rasanya sedih, efeknya jadi takut untuk memulai hubungan lagi dengan orang baru, sulit untuk membuka hatinya lagi, sulit percaya dengan orang baru. 

Sebenarnya, penggunaan dating app bukan hanya menimbulkan efek "ghosting" juga, tetapi narasumber penulis juga mengatakan bahwa dirinya merasa senang karena membuat dirinya tidak kesepian lagi, merasa punya teman, tetapi sadar, itu cuma virtual, realitanya tidak, hal itu membuat sedikit sakit.

Berdasarkan hasil analisis di atas, penulis ingin menyampaikan bahwa fenomena di atas berkaitan dengan salah satu teori komunikasi yang sudah penulis pelajari, yaitu Teori Penetrasi Sosial. 

Menurut penulis, teori Penetrasi Sosial, karena jika dilihat dari pengertiannya, Teori penetrasi sosial merupakan perkembangan hubungan yang bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal menuju ke tingkatan yang terdalam atau ketingkatan yang lebih bersifat pribadi (Fitriani, 2015). 

Pada teori ini, ada sebuah ilustrasi, yaitu The Onion Analogy (The 3 Layers of Self-Disclosure) yang menjelaskan tentang tiga lapisan saat seseorang melakukan komunikasi. Tiga lapisan tersebut di antaranya, 1.Lapisan Superfisial, yang membahas tentang umur, pendidikan, karier, dan tempat tinggal. Lapisan Personal, yang membahas tentang politik, keyakinan dan kepercayaan, selera musik dan minat seseorang (Griffin et al., 2018).

Lapisan Inti yang membahas tentang impian seseorang, ketakutan yang ia milikki, dan kewaspadaan diri sendiri. penjelasan di atas antarindividu terlibat komunikasi interpersonal yang dimulai dari perkenalan, lalu membahas hal-hal menarik lainnya, hingga tentang hal yang bersifat pribadi. Lalu, setelah membicarakan lebih dalam, lebih akrab, hubungan mereka semakin dekat, itu merupakan hasil dari komunikasi sederhana yang dari awal mereka bangun.

Penulis : Rahadian Dimas Pradito

Sumber referensi :

Fitriani, A. (2015). Penetrasi Sosial Dalam Pernikahan Beda Budaya. Al-Adyan UIN Raden Intan Lampung, 10(1), 37--50.

Griffin, E., Ledbetter, A., & Sparks, G. G. (2018). A First Look At Communication Theory, 10th Edition. In McGraw-Hill. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun