Aku ingat...
saat negri ini masih sedikit bercahaya,
saat negri ini masih penuh dengan harapan akan kebahagiaan…
Â
Begitu banyak cerita,begitu banyak kenangan,
Dan…begitu banyak cerita tentang sejarah kepahlawanan
yang kini tertutup oleh kegelapan…
Â
Konon…katanya…
Berbeda-beda tapi tetap satu…
Â
Tapi..kenyataannya…
Yang berbeda harus dimusnahkan..
Â
Uang menjelma jadi tuannya…
Bisnis jual-beli kebenaran merajalela…
Kejujuran hanya tersisa di buku-buku pelajaran…
Â
kelaparan…kemiskinan,…ketidakadilan…
Â
Siapa yang patut disalahkan?
Tuhan?
Malaikat?
Atau setan?
Â
Para penguasa berlomba menyengsarakan rakyatnya sendiri…
Para penguasa berlomba tak mendengar jeritan rakyatnya…
Â
Sudah…tak usah kau pertanyakan eksistensi dirimu….
Tak usah kau pertanyakan kuasa sang penciptaaa….
Â
Topeng-topeng kemunafikan!!
Jubah kekuasaan,tongkat kekuatan, mahkota kebesaran…
Menghancurkan asa…meredam kebajikan…
Â
Hey kalian yang berjiwa muda!!
Busungkan dadamu, jika kau kuat…
Tak perlulah tersenyum pada yang lain…
Â
Walau kita sedang menunggu ajal…
Namun kita harus tetap berharap…
Â
Berharap agar cahaya itu, sang bintang terang datang kembali..
Datang menyelamatkan negri ini dari kebobrokannya…
Â
Semoga cahaya itu datang…
Semoga ia datang…
Walau kutaktahu…
Kapan ia akan datang…
Â
-fin-
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H