Mohon tunggu...
Otang Sopian
Otang Sopian Mohon Tunggu... Guru - Guru

Humoris (meureun), Art Creator (Lumayan), dan Pembelajar (Harus).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berubah, Sebelum Sampah Mewabah

25 Januari 2025   17:27 Diperbarui: 25 Januari 2025   19:19 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garbage / Sumber: Pixabay

Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang berat. Semua orang masih merasa kebingungan mencarikan solusi yang tepat. Berbagai pertanyaan pun bermunculan guna mencari jawaban  yang diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan sampah, namun jawaban yang diharapkan belum juga menghasilkan  solusi yang berarti. 

Fenomena sampah yang terjadi saat ini adalah banyaknya sampah yang bertebaran diberbagai fasilitas umum, seperti jalan---jalan umum dan lahan--lahan kosong. Jalan yang terdampak tebaran sampah liar akan membuat para pengguna jalan merasa terganggu, karena tidak nyaman dengan bau busuk dan tumpukan sampah basah yang menjijikan, serta sampah mengganggu keindahan lingkungan. Permasalahan ini adalah masalah bersama, untuk menyelesaikannya membutuhkan komitmen yang kuat menghadapi  polemik yang berkepanjangan ini. 

Sebagai contoh kecil permasalahan sampah yang harus segera dicarikan solusinya adalah permasalahan sampah di Jalan Paniisan, salah satu kampung di kabupaten bandung. Disepanjang jalan paniisan, sampah-sampah dipinggiran jalan sangat mengganggu lingkungan perumahan, karena berbagai bundelan sampah liar telah bertumpuk dan merambah liar menyelip di semak-semak rumput liar. Seperti yang disampaikan oleh salah satu warga pemilik ruko di perumahan Bumi Sari Asri Paniisan (BSAP), Bapak Nurman, beliau mengatakan bahwa setiap pagi dihalaman depan rumahnya selalu ada tumpukan sampah baru. Warna-warni kantong plastik berisikan sampah-sampah yang mulai kusam menumpuk dan mengurangi keindahan jalan dan perumahan sekitar paniisan. 

Siapakah pelaku yang membuang sampah liar itu? Bagaimana perasaan pelaku saat membuang sampah? Apakah mereka tidak takut perlakuannya dapat mengundang sumpah serapah dari masyarakat yang merasa dirugikan?. Berbagai pertanyaan ini apakah perlu dicarikan jawabannya, ataukah fokus saja pada pencarian cara yang mendasar dan efektif untuk menghambat perbuatan para pembuang sampah liar. 

Sampah liar disepanjang trotoar jalan Paniisan, membuat masyarakat geram dan marah.  "Setiap hari selalu ada tumpukan sampah, masa saya harus memagari halaman ruko saya..." ungkapan kekesalan salah satu pemilik ruko yang lainnya, bapak Wawan.  Kekesalan memperhatikan keadaan ini, tidak menutup kemungkinan akan menguatkan masyarakat untuk mengecam dan mencaci perbuatan yang tidak bertanggung jawab tersebut. Kecaman masyarakat yang meluap-luap berpotensi akan terjadinya hukum konpensasi, siapa yang menanam keburukan, maka dikemudian hari keburukan itu akan menimpa dirinya sendiri.

Permasalahan sampah liar tersebut mungkin dilakukan oleh orang-orang yang bermental sampah yang perbuatannya hasil dari pengintegrasian pikiran kotor dan hati yang busuk. Mereka berbuat demikian dengan tidak memikirkan orang lain, hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka menyelamatkan dirinya sendiri dari sampah, tapi orang lain yang terdampak masalah. Kenapa berbuat demikian? Apakah mereka tidak memiliki pengelola sampah di lingkungan tempat tinggalnya?, atau memang ada tapi tidak efektif proses pengelolaannya, atau mungkin juga karena merasa keberatan dengan iuran yang harus dikeluarkan.  Apapun alasannya perilaku orang seperti itu butuh rehabilitasi mental untuk membangun komitmen berempati dan bertanggung jawab.

Memiliki sifat empati yang rendah berpotensi menjadi pembuang sampah liar. Nilai empati dalam diri memiliki peranan penting dalam menyelesaikan masalah sampah. Masyarakat yang rendah sifat empatinya akan lupa memikirkan orang lain akan terdampak saat membuang sampah sembarangan. Tidakan melalui ego-nya tersebut tidak akan terpikirkan bahwa perbuatannya bisa mengganggu ketertiban umum. Lalat berterbangan mengganggu di lingkungan perumahan, tak akan pernah mereka pikirkan. Ulat-ulat yang menjijikan bertebaran disekitar tumpukan sampah, seolah mereka hiraukan. Sehingga kehilangan empati berdampak pada hilangnya rasa tanggung jawab. Tanpa rasa empati dan tindakan tanggung jawab, pada akhirnya perilaku bertindak sembarangan akan menguat sesuai keinginanya sendiri tanpa memperhatikan maslahat bagi masyarakat umum. Berkualitasnya rasa empati seseorang akan mempengaruhi perilaku membuang sampah dengan tepat, dan begitupun  sebaliknya. 

Demi terciptanya ketertiban pembuangan sampah yang tepat, dan demi menciptakan kenyamanan bersama di lingkungan masyarakat, maka diperlukan komitmen untuk menguatkan kualitas empati. Penguatan tersebut melalui pembiasaan tindakan yang mengasah perilaku berempati dan  bertanggung jawab bersama melalui beberapa langkah sebagai berikut : 

  1. Menghadiri musyawarah secara berkala.

Musyawarah merupakan wadah silaturahmi untuk mendekatkan masyarakat secara emosional. Menghadiri musyawarah akan mendapatkan kenyamanan dengan berkesempatan untuk bertegur sapa salam, dilanjutkan dengan kegiatan menyampaikan dan mendengarkan pandangan dari berbagai orang. Tentunya proses saling menyampaikan aspirasi dan mendengarkannya dengan baik adalah proses untuk memahami perasaan orang lain. Jadi, melalui kegiatan musyawarah ini akan terbentuk pemahaman diri sendiri dan orang lain semakin menguat.

  1. Mengapresiasi hasil evaluasi Kritik dan saran dari masyarakat

Selain bermusyawarah, kotak saran dianjurkan untuk disediakan dan dievaluasi secara berkala serta disosialisasikan untuk diapresiasi oleh seluruh warga setempat. Penyediaan sarana komunikasi seperti ini adalah sebuah proses pembelajaran bagi pengurus dan warga agar mampu memahami situasi dari perspektif orang lain.

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun