Minat membaca buku masyarakat Indonesia masih rendah. Kenyataan ini dibuktikan pada tahun 2021 bahwa prestasi literasi Indonesia berada diperingkat 62 dari 70 negara, masuk 10 besar negara dengan tingkat literasi rendah. Padahal potensi Indonesia sangat luar biasa besar untuk menjadi negara yang benar-benar berliterasi, kekayaan sumber daya dan budaya menjadi aset bangsa untuk meningkatkan literasi. Bangsa indonesia adalah bangsa yang besar dengan memiliki letak geografis yang luas dan berisikan kekayaan sumberdaya yang melimpah. Sekarang sudah saatnya kita bukan hanya menjadi negara yang besar secara geografis dan populasi, tetapi juga harus menjadi negara besar secara intelektualitas. Menuju Indonesia yang besar secara intelektualitas diperlukan masyarakat yang peduli literasi, sekolah yang memfasilitasi literasi dan pemerintah daerah maupun pusat untuk mendukung secara penuh program literasi yang mudah diaplikasikan.Â
Kuantitas dan kualitas membaca masyarakat akan menentukan kemajuan suatu bangsa.  Sudah saatnya kita mulai mencari cara agar membaca bukan lagi menjadi beban, mari kita hilangkan alasan bahwa membaca itu menjenuhkan dan membuat mata cepat mengantuk. Dan, mari kita buka buku-buku yang telah kita beli dan masih tersegel rapi, jangan sampai kita sering membeli buku tapi tidak pernah dibaca. Mental bloking tersebut harus segera dihancurkan sampai tak berbekas, dan mulailah membenahi mindset literasi kita  melalui program bersama, berkomitmen, dan bergerak membudayakan membaca sampai tuntas.Â
Menuntaskan membaca buku memperkaya stimulan yang meningkatkan keinginan membaca lebih banyak. Karena, pikiran kita akan menangkap teks bacaan yang kita baca menjadi intisari yang akan menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan diri kita, sekaligus permasalahan lingkungan tempat kita tinggal. Dan, pada akhirnya membaca menjadi sebuah kebutuhan.
Melalui berbagai pengalaman, penulis menemukan satu rangkaian pengalaman yang paling menentukan perubahan yang signifikan, yaitu perubahan yang menguatkan motivasi membaca buku sampai sekarang. Jika diambil rata-rata, kegiatan membaca penulis kurang lebih 30-150 halaman/hari dan itu rutin dilakukan disetiap hari. Rangkaian pengalaman literasi tersebut diawali dari hobby menggambar, bermain bola basket dan mengoleksi poster para pemain NBA serta pengalaman berorganisasi. Hobby tersebut telah membangkitkan semangat untuk mengetahui lebih banyak tentang wawasan yang berhubungan dengan hobby-hobby yang dimiliki. Dan akhirnya wawasan tentang hobby–hobby tersebut  berrperan besar membentuk mental membaca sepanjang hayat.
Berikut adalah curhatan literasi bagian pertama dari pengalaman literasi penulis yang menjadi titik awal kecintaan literasi :Â
Diusia sekolah dasar, saya hidup bersama tetangga dan saudara yang gemar menggambar. Pada saat itu kebetulan tetangga dan kakak memiliki kemampuan menggambar yang bagus, mereka sangat baik dan tidak merasa keberatan untuk mengajarkan saya menggambar. Kegiatan menggambar bersama tetangga yang usianya lima tahun diatas saya tersebut telah menumbuhkan kesenangan menggambar dalam diri saya. Sehingga, kesenangan menggambar tersebut telah mantap menjadi hobby.Â
Sejak saya menemukan hobby tersebut, Setiap saya melihat gambar kartun yang bagus, saya selalu ingin menirunya. Selain itu, ketika saya menonton film animasi, fokus adalah prioritas untuk dapat mengamati tokoh-tokoh dalam film tersebut dan kemudian mengingat-ingat seluruh bentuk objek gambar secara detail. Melalui proses meniru gambar yang berulang-ulang, saya jadi banyak memikirkan dan mempertanyakan, kenapa objek gambar yang saya tiru  memiliki bentuk dan ukuran yang sama persis? dan membangkitkan pertanyaan yang lainnya mengenai bagaimana cara membuat gambar yang sama persis secara simetris.
Pengalaman menggambar tersebut memotivasi keinginan saya untuk terus meningkatkan kompetensi menggambar dengan baik, agar mampu menggambar semirip mungkin. Seiring berjalannya waktu, kegiatan menggambar secara rutin yang saya lakukan telah memberikan kesempatan pada saya untuk meningkatkan kompetensi menggambar, sampai-sampai beberapa kesempatan mengantarkan saya untuk menguatkan dan memberi kesempatan saya untuk memahami betapa pentingnya membaca. Kesempatan itu berawal dari guru SD yang  menugaskan saya dan teman-teman sekelas untuk pergi ke ruang perpustakaan, guna mencari buku yang akan dijadikan referensi pembelajaran. Alih-alih saya mencari referensi buku yang ditugaskan, saya malah melihat-lihat berbagai buku cerita. Karena tertarik dengan cover-cover gambar ilustrasinya yang menarik, akhirnya saya meminjam buku tersebut untuk dibawa ke rumah.
Niatan awal meminjam buku cerita diperpustakaan sekolah hanya untuk menggambar ulang cover buku tersebut. Namun pada akhirnya, dikarenakan buku yang dipinjam bisa dikembalikan setelah seminggu, saya memiliki kesempatan untuk membuka isi bukunya untuk menghilangkan penasaran apa yang ada dibagiaan dalamnya. Akhirnya setelah saya membuka beberapa halaman buku tersebut, saya menemukan banyak gambar ilustrasi cerita didalamnya. Dan, semua gambar ilustrasi tersebut saya gambar seperti pada cover buku cerita itu. Melalui gambar-gambar ilustrasi yang telah saya tiru gambarnya, saya jadi penasaran dengan kisah dari buku tersebut. Kemudian saya mencoba membaca, dan ternyata menarik, dan pada akhirnya saya membacanya sampai selesai.
Melalui curhatan literasi bagian pertama diatas, penulis bisa menyampaikan pesan bahwa minat membaca yang akan bertahan sampai dewasa adalah dimulai dari pengenalan media bacaan dari sejak dini. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam membentuk kebiasaan membaca pada anak usia dini atau pendidikan dasar adalah sebagai berikut: (1). Orang tua atau guru mencari tahu dan memantau kegemaran anak/anak didiknya. (2). Setelah mengetahui kegemaran atau hobby anak-anak kita, kenalkan mereka dengan komunitas atau tempat-tempat yang berhubungan dengan kegemarannya. (3). Melakukan diskusi kecil yang mengarah pada kegemarannya, sampai anak-anak kita menuju pada hal-hal yang mereka belum pahami tentang kegemarannya. (4). Ajaklah anak-anak kita ke berbagai perpustakaan sekolah atau perpustakaan pemerintah di daerah terdekat, siapa tahu langkah ini bisa mengatasi kekurangan wawasan anak-anak kita terkait hobbynya. (5). Memfasilitasi buku-buku yang berhubungan dengan kegemaran anak-abak kita, baik di di rumah ( bagi orang tua) maupun di sekolah, tujuannya untuk mendorong pembiasaan membaca anak.
Itulah curhatan literasi perdana yang mengupas pengalaman pribadi penulis, sebagai langkah dasar membangun jiwa-jiwa yang mencintai literasi dengan hati. Dasar berliterasi dengan hati akan membentuk generasi bangsa yang memiliki minat membaca yang sejati. Walaupun curhatan literasi ini hanyalah pandangan yang subjektif dari pengalaman pribadi sang penulis, tapi mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi dan menjadi pandangan yang objektif dan menjadi langkah positif yang mengikis berbagai permasalahan literasi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H