Mohon tunggu...
Otang Sopian
Otang Sopian Mohon Tunggu... Guru - Guru

Humoris merupakan sifat yang melekat pada diri saya, begitulah orang-orang mengatakannya. Saya memiliki hobi membaca dan menulis, berkarya melalui seni rupa dan desain grafis, dan saya juga termasuk orang yang memiliki sifat rasa ingin tahu yang besar terhadap hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pola Pikir dan Pola Asuh Media Digital

18 Februari 2024   15:58 Diperbarui: 18 Februari 2024   17:04 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Pixabay.com/Media  dalam Genggaman

Patologis sosial dan politik yang tersebar melalui  berbagai sajian di media digital, sebagian besar  berpotensi  menggerus dasar-dasar keimanan dan ketakwaan remaja indonesia dengan berbagai cara yang sekaligus merusak tatanan moralnya. Salah satu penyakit sosial remaja yang tampak dan jelas pengaruhnya adalah Game Online dan media sosial. Melalui Game Online, remaja bisa menjadi putus sekolah, malas belajar dan yang terutama malas beribadah. Terdapat pengaruh negatif antara penggunaan game online terhadap kesadaran dalam pelaksanaan ibadah shalat. Berdasarkan hasil penelitian Fauzan dan Ma'arif, dalam jurnalnya Pengaruh Penggunaan Game Online terhadap Perilaku Remaja dalam Pelaksanaan Ibadah Shalat di Lingkungan Permata Kopo Kabupaten Bandung, mereka menyatakan bahwa penggunaan game online juga membuat remaja tidak memiliki kesadaran diri untuk melaksanakan ibadah shalat ketika sedang asyik bermain game online (journals.unisba.ac.id). 

Dan,  selain  Game Online memiliki berdampak negatif pada pelaksanaan ibadah remaja, media tersebut juga bisa merusak perilaku remaja. Karena, berbicara jorok dan kasar merupakan kebiasaan remaja saat ini, ketika bermain Game Online. Serta, hal yang paling berbahaya pada game online juga adalah konten game yang menginspirasi pada kekerasan yang memicu perilaku kriminal pada anak remaja.

Selain Game Online , Media Sosial telah merubah pandangan remaja Indonesia untuk mendapatkan keberhasilan dalam mencapai kesuksesan yang berorientasi pada kekayaan. Mereka. Berkeyakinan bahwa tanpa melalui proses pendidikan pun bisa sukses, hanya dengan menampilkan perilaku yang membuat viral di media sosial atau berpartisipasi di acara Idol.

Orientasi keberhasilan tersebut diatas, tidak salah, apabila diimbangi dengan proses memantapkan diri  melalui ilmu pengetahuan, skill yang memadai dan beretika tinggi.

Negara ini membutuhkan remaja-remaja yang matang melalui proses pembinaan yang intensif, bukan melalui pembiaran yang masif. Proses pembinaan membutuhkan sinergitas antara Keluarga, Institusi pendidikan dan negara. Keluarga mengarahkan dan memberikan konten-konten digital untuk memahamkan nilai-nilai integritas kepada remaja, Institusi Pendidikan memperkuat softskill dan hard skill pada remaja, melalui proses pembelajaran yang otentik dan berkelanjutan. Dan, pemerintah memfasilitasi  media digital yang meringankan tugas guru, mengembangkan potensi-potensi remaja dan memberikan layanan konsultasi pendidikan untuk memudahkan komunikasi antara orang tua dengan sekolah atau orang tua dengan pemerintah.

Memberikan pemahaman gaya hidup remaja yang baik

Gaya hidup digital telah membentuk segala aspek kehidupan remaja menjadi efisien dan efektif untuk menyelesaikan berbagai masalah kehidupannya. Hidup menjadi simpel dan terpantau, perilaku remaja mudah di lacak dan dikendalikan oleh mereka yang berkepentingan. Ketika gaya hidup digital remaja tidak diimbangi dengan kondisi mental yang baik, alih-alih menyelesaikan masalah, malah akan berefek sebaliknya. Remaja dalam kondisi seperti ini, akan menguntungkan para pelaku ekonomi untuk memperdaya  target pasarnya, dan memberikan kesempatan pada para pelaku kejahatan yang berniat mengelabui anak remaja.

Remaja memiliki emosi kejiwaan yang belum stabil,  mereka akan mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat dan dengar di media digital. Maka dari itu untuk membentuk remaja yang berpola pikir baik, dibutuhkan arahan, kontrol dan refleksi dari orang tua itu sendiri. Mengarahkan remaja untuk mengakses konten-konten digital yang memiliki nilai-nilai Integritas, mengontrol konten-konten digital yang diakses anak remaja, dan melakukan refleksi perilaku digital remaja untuk menimbang dan memberikan pemahaman.  Menimbang baik dan buruk konten-konten yang diaksesnya dan memberikan pemahaman melalui pendekatan agama dan nilai-nilai kebangsaan.

Melalui ketiga proses pembentukan pola pikir di atas, kedepannya Indonesia akan memiliki peluang untuk memanfaatkan bonus demografi  yang lebih berpihak pada warga negaranya sendiri. Media digital harus  menjadi sarana pembentukan mental produktif remaja Indonesia, melalui konten-konten digital yang berpotensi menumbuhkan motivasi pembangunan, menanamkan muatan pendidikan melalui nilai-nilai agama dan kebangsaan, dan membentuk gaya hidup yang baik pada diri anak remaja melalui peran masyarakat dalam mengarahkan, mengontrol dan melakukan refleksi tentang isu-isu yang beredar di kalangan anak remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun