Selamat tinggal,perapian,lambaimu
Lalu bidukmu buritani dermaga usang
Mencabik bentang segara
Menambat sauh di pantai nusa asa
Bilik sunyi tetaskan lorong rindu
Lalu menghisap lima atau hendak berapa lagi kalender dan mencecer-cecerkannya di lantai
Sementara pada dermaga berlumut
ku tiada lelah mengerek asa
Kepada saku gelombang kutitip bisik bersampul biru
Namun segenap ombak telah pecah sebelum memantai
Pohon-pohon peraduan kupanjati
Tapi bahkan di peron kereta malam pun engkau tak pernah berada
Alangkah luasnya lautmu
Sehingga yang dapat kuraih hanyalah kaki langitmu
Duhai,kapal-kapal pemintal jarak
Bawakan aku sebuah gunting rindu
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H