Mohon tunggu...
Osyanda Rahayu
Osyanda Rahayu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

OSY|31 oct '94|muslim|♡ALLAH♡MyFamily| ツjust simpleperson(*^-゜)v| BUKAN SELEBRITIS♫|anak emak| Bahasa dan Sastra Indonesia USK'12| #♪ ⓈⒿ ∞ ⓔⓛⓕ#♥ChelseaFC(˘⌣˘) aceh,indonesia @oXCsy_ on twitter

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hari Ini Antara Aku dan Dosen

21 Desember 2013   22:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 21 Desember 2013 pukul 14.00. Aku masuk ruangan kelas dan mengikuti perkuliahan ADBA seperti biasanya. Hari ini aku dan teman-teman sekelompok mendapat giliran mempresentasikan materi pembelajaran. Kelompok kami ini mendapat giliran presentasi kedua setelah kelompok pertama tampil.

Saat kelompok pertama mempresentasikan materinya, dosenku duduk paling belakang dan aku duduk di bangku paling depan dan menyimak dengan baik bahkan mencatat hal-hal penting yang aku anggap perlu. Lalu aku mengambil notebook dan mencoba koneksi ke wi-fi kampus. Setelah terkoneksi, aku googling bahan perkuliahan yang sedang dipresentasikan oleh kelompok pertama. Setelah beberapa menit membaca tiba-tiba dosen datang dari belakang dan langsung menutup notebook milikku. Tanpa bertanya, aku dan seorang teman yang juga membuka laptop langsung dikeluarkan dari ruang kelas.

Aku tidak menjawab apa-apa, hanya diam saja dan mengikuti apa yang diperintahkan. Setelah keluar dari ruang kelas, aku mulai berfikir sesungguhnya apa yang sudah aku lakukan Aku mencoba introspeksi diri dan berfikir, oh mungkin aku ini dikeluarkan karena dianggap tidak sopan dan tidak menghormati dosen, karena membuka laptop, mungkin saja dosen itu berpikiran seperti itu. Lalu aku mulai memikirkan hal lainnya, bukankah aku tidak mengganggu teman-teman? aku menyimak presentasi teman, aku bahkan mencari tahu tentang materi pembelajaran ini lebih banyak lagi, lalu mengapa aku dikeluarkan dari ruangan begitu saja tanpa bertanya apapun padaku? bahkan selama kuliah dengan beliau aku belum pernah mendengar ada aturan yang tidak memperbolehkan mahasiswa membuka laptop saat sedang kuliah. kontrak kuliah tidak ada yang seperti itu, kita bahkan tidak membuat kontrak perkuliahan ketika diawal pertemuan.

Aku sering googling bahan perkuliahan di dalam ruangan kelas ketika aku belajar dengan dosen lainnya ketika masuk mata kuliah lain, bahkan ada beberapa dosen yang menganjurkan mahasiswa untuk banyak-banyak membaca dan mencari referensi agar memiliki wawasan yang luas, tidak hanya terbatas pada materi yang diajarkan oleh dosen di kampus. aku mulai merasa sakit hati.

Lalu pada saat teman-teman kelompok aku akan mempresentasikan materi, aku masuk kelas kembali dan ingin berbicara dengan beliau. Aku sangat berharap beliau mengizinkan aku untuk ikut mempresentasikan materi bersama teman-teman. Tetapi belum sempat aku meminta untuk itu, ketika aku ijin ingin berbicara dengan beliau. beliau mengatakan "nanti saja bicaranya, tunggu di luar".

ini sangat memukul batinku, rasanya lebih sakit dari putus cinta. Sakit sekali.
Sejak aku berada di TK, MI, MTs, dan MA aku tidak pernah dikeluarkan oleh guru dari kelas saat belajar. baru hari ini saat ini aku sudah hampir berada di akhir perkuliahan semester 3 ini, inilah pertama kalinya aku merasa sangat malu di depan teman-teman kelas dan senior kelas yang mengulang mata kuliah ini, khususnya aku merasa sangat malu terhadap diri sendiri, apakah aku sedang menjatuhkan citra diri hanya karena membuka laptop dan mencari bahan perkuliahan? Aku memikul banyak hal di pundakku, aku membawa namaku, nama orang tuaku, nama kampungku untuk datang ke sini. Mengapa dosen itu tidak memberikan saya teguran, setidaknya dia menegur saya terlebih dahulu jikalau beliau memang tidak menyukai ada mahasiswa yang memakai laptop meskipun mencari bahan perkuliahan mungkin beliau memang tidak suka. beliau dapat memberitahu saya untuk mematikan notebook, saya pasti akan mempan dengan teguran, apakah yang saya lakukan ini benar-benar tampak buruk sekali sehingga saya harus langsung dikeluarkan dari kelas?
Lalu mengapa dosen itu tidak melihat teman yang di sebelah saya lihai dengan gadgednya, bahkan beberapa sibuk terpaku dengan keypad handphonenya, sibuk dengan facebook, twitter, bbm, dan lain sebagainya. juga yang menguap menahan kantuk di kelas sama sekali tidak terusik.

Rasa mendung di pelupuk mata yang sudah tidak terbendung lagi itupun pecah membuat basah pipi karena dihujani air mata, setelah lama menunggu, akhirnya perkuliahan selesai dan dosen keluar dari kelas lalu aku menghampiri, dosen itupun bertanya, "mau bicara apa?"
lalu saya jawab, "pak saya mau bicara, apakah di sini?"

"bicara apa?, ya, bicarakan saja di sini" (di depan kelas di kerumunan orang-orang dan teman-teman yang baru keluar dari ruang kelas) , airmata sudah tidak terbendung lagi, aku bahkan kehabisan kata-kata, entah dosen itu terlalu berwibawa, sehingga aku begitu takut. apapun yang aku tanyakan enteng sekali jawabannya, dengan suara parau dan terisak aku mencoba memaparkan kembali, lalu jawabannya "ya, kamu yang benar saya yang salah, saya minta maaf"(dengan nada sarkasme)  aku paham sekali maksudnya, aku paham sekali. mungkin dosen ini begitu sensitif sehingga ketika aku bermaksud untuk membuatnya mengerti keadaanku, dia malah menganggap aku sedang mengkritiknya. aku tidak lagi punya kesempatan kedua untuk nilai midterm ini.

aku terlihat sangat menyedihkan hari ini, aku hanya berfikir aku datang dari kampung kelahiran dengan menjadi anak yang baik dan tidak membuat citra yang buruk, aku ingin menjadi anak yang baik-baik saja, tidak ingin seperti hari ini, seolah aku anak yang sangat nakal binti bandel yang tiada ampun. Pulang kuliah dengan mata bengkak memerah dan hampir menabrak orang di jalanan. Benar-benar tidak pernah terfikirkan aku mengalami hal seperti ini, ini sebuah pukulan yang besar terhadap batin, sungguh. Aku hanya akan menganggap ini sebuah keistimewaan. Perasaan yang seperti hari ini aku rasakan orang lain tidak mengalaminya. Ini sebuah pengalaman berharga. Sehingga kelak ketika aku menjadi seorang pendidik,  aku tidak perlu membiarkan anak-anak yang aku didik mengalami hal yang sama seperti yang aku alami. hal itu benar-benar membuat sakit dan menumbuhkan kebencian di hati. Jika saya seorang pendendam saya mungkin akan mengutuknya agar cepatlah  musnah dari muka bumi ini atau mencari anak beliau suatu hari nanti untuk saya atau teman-teman saya perlakukan seperti hari ini, supaya anaknya ngedrop hingga membunuh motivasinya untuk belajar sungguh-sungguh.

Tapi sepertinya kejadian hari ini tidak membunuh hatiku, aku masih memiliki hati yang cukup baik untuk menyingkirkan dendam semacam itu.

Dendamku hari ini adalah terhadap diri sendiri, aku akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi, aku hanya perlu berdo'a saja semoga dosen-dosenku di kampus ini benar-benar memiliki karakter yang baik, memiliki jiwa yang bijaksana dan bukan sok-sok jaga wibawa, tidak melakukan tindakan yang membuat rasa hormat kami terhadapnya berkurang. Tidak akan lagi menghancurkan semangat-semangat kami dengan perkataan yang buruk, mohon lakukanlah dengan baik-baik saja. dapatkah berbicara layaknya orangtua dengan anak?. Jadilah panutan yang baik untuk kami mahasiswa, jadilah orang-orang yang benar-benar mulia.

Riil ini adalah curahan hati saya,

Banda Aceh, 21 Desember 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun