Mohon tunggu...
osy siliana
osy siliana Mohon Tunggu... Lainnya - 22107030001 Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

hobi saya bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ayah dan Putri Bungsunya

15 Februari 2023   14:39 Diperbarui: 17 Maret 2023   17:39 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai sahabat kompasiana, ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya,banyak anak perempuan yang memberikan ungkapan tersebut untuk memceritakan tentang ayahnya. Kenalin nih namaku Osy yang sejak tahun 2016 telah ditinggal ayah tercinta selama-lamanya.Sejak saat itu, dunia terasa begitu hancur, karena ayah adalah sosok laki-laki yang paling berharga di kehidupan saya . 

Ayah saya meninggal saat saya kelas 6 SD/MI dan sebentar lagi akan menempuh Ujian Nasional. Saat ayah saya meninggal,saya menjadi  canggung untuk berinteraksi dengan orang disekitar, karena lebih cenderung merasa iri hati atau masih belum bisa menerima keadaan.Satu minggu setelah kepergian ayah, saya masih belum mau berangkat ke Sekolah karena belum bisa berhenti untuk menangis dan selalu terbayang-bayang sosok ayah. 

Sebelum ayah saya meninggal, saya ingat sekali saat pergantian tahun 2016 saya dan keluarga ikut memeriahkan acara pergantian tahun di Pantai Parangtritis,saat itu ayah saya sudah mulai berbeda sikap dan perilakunya,beliau hanya terdiam melihat anak-anaknya yang bermain kembang api di tepi pantai. Ayah saya hanya duduk bersama Ibu sambil bercerita dan bersweet layaknya anak muda yang baru bertemu cinta pertamanya,yang biasanya beliau selalu ikut bermain kembang api bersama anak-anaknya. Saya sadar kejadian tersebut setelah ayah saya meninggal dunia.

Saya pernah mendengar ucapan tetangga bahwa orang yang akan meninggal dunia pasti akan mengalami perubahan sikap ataupun perilaku yang sangat berbeda seperti hari-hari biasanya.Ayah saya juga menjadi lebih suka beribadah ke Masjid,biasanya beliau hanya berjamaah saat sholat magrib saja, tetapi setahun sebelum beliau kembali ke pelukan Allah, ayah saya menjadi lebih sering beribadah ke Masjid menunaikan ibadah sholat subuh,magrib dan isya.Setelah kepergian ayah, saya hanya tingaal bersama ibu saya karena kakak tinggal bersama suaminya.

Kehidupan selanjutnya dimulai dengan lembaran baru.Ibu saya seorang wanita hebat yang selalu menguatkan anak-anaknya. Ibu saya seorang pedagang warteg yang berusaha keras agar anak bungsunya dapat bersekolah minimal lulusan SMA/SMK sederajat. 

Setelah 3 tahun kepergian ayah, saya memasuki sekolah SMA,dan saat itu ibu saya ditawari menjadi ART di salah satu rumah makan yang sangat favorit di Jogja dan ibu saya menerima tawaran tersebut dan bekerja disana.Saat itu saya mulai belajar mandiri karena ibu bekerja dan tidak pulang setiap harinya.Ibu saya pulang satu bulan sekali,saya di Rumah hanya ditemani oleh nenek saat malam hari,awalnya masih merasa berat dan selalu overthinking karena keadaan yang begitu sulit. 

Mulai saat itu saya berfikir untuk bisa sukses dan membanggakan ibu saya. Saat menjadi siswa SMA saya berusaha keras dan mengikuti berbagai perlombaan dan selalu meningkatkan prestasi agar dapat masuk ke perguruan tinggi,dengan modal dan tekat yang kuat Alhammdulillah saya masuk dalam siswa eligble yang dapat mengikuti seleksi SNMPTN. 

Saya selalu konsultasi ke guru BK tentang persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar SNMPTN. Tidak hanya SNMPTN saya juga mendaftar lewat PTKIN kebetulan universitas yang saya pilih adalah UIN SUNAN KALIJAGA yang notaben kampus berbasik ilmu keislaman,karena sejak kecil saya sudah di sekolahkan di MI,MTs,MAN. Setelah mendaftar lewat beberapa jalur saya juga masih mempersiapkan diri untuk mengikuti SBMPTN,saya berfikir jika saya tidak lolos dari kedua jalur tersebut saya sudah mempersiapkan diri mengikuti ujian dengan bantuan Bapak/Ibu guru MAN yang membuka les bagi kelas 12 yang ingin mempersiapkan dalam mengikuti ujian SBMPTN. 

Alhamdulillah saat pengumuman SNMPTN saya lolos seleksi,saat itu juga saya merasa ini hanya sebuah mimpi sampai  saya mencoba mencubit pipi saya sampai merah. Masih ingat sekali pengumuman tersebut pada jam 15:00 tetapi saya membukanya pada jam 16:00 dan sudah pesimis jika tidak akan lolos. Mengetahui hasil tersebut saya buru-buru menelfon ibu saya memberi tahu kabar gembira tersebut dan ibu saya tidak berhenti mengucap syukur dan memberi semangat kepada anak bungsunya agar selalu belajar dengan giat agar tercapai cita cita.

Tidak hanya sampai itu,setelah saya diterima di universitas UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA,banyak tetangga yang meremehkan saya karena lebih memilih melanjutkan pendidikan dari pada bekerja,karena latar belakang saya yang hanya seorang anak ART,tetapi saya tidak menghiraukan apa yang tetangga saya katakan,dengan niat yang bulat Bismillah saya berusaha keras agar dapat meningkatkan derajat orang tua saya dan juga agar ayah saya di surga bangga memiliki anak yang sukses dunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun