Mohon tunggu...
Osy Siswi Utami
Osy Siswi Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa menuju akhir dari jurusan mengelola masa lampau

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Gambuh sebagai Budaya Klasik Bali

1 Desember 2022   20:19 Diperbarui: 1 Desember 2022   20:23 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambuh merupakan seni pertunjukkan klasik yang tumbuh dan berkembang di sosio kultural masyarakat Bali sejak zaman kerajaan. Pertunjukkan total teater yang ada di Bali ini disebut sebagai inspirator seni seni yang ada di Bali.  Gambuh adalah salah satu warisan dari budaya istana kerajaan Majapahit di Jawa Timur, kemudian seni itu sampai ke Bali karena banyak orang orang istana yang terbuang ke Bali setelah jatuhnya Majapahit pada awal abad ke 16.

Dilihat dari etimologinya Gambuh berasal dari 2 kata "Gam" dan "Buh". "Gah" memiliki arti gerak/ jalan sedangkan 'Buh" memiliki arti raja, sehingga Gambuh merupakan cerita dari raja yang didalamnya terdapat banyak kaitannya dengan istana atau kerajaan seperti kemewahan, kegembiraan, dan peperangan yang disebut cerita panji

Disebut berunsurkan total teater dikarenakan Gambuh mencakup semua aspek dalam kesenian yaitu seni tari, seni suara, seni drama, seni rupa, seni sastra dan lainnya. Gambuh juga sering disebut sebagai teater istana karena menceritakan cerita mengenai raja.

Kebanyakan setiap puri di Bali memilki tempat pertunjukkan untuk mementaskan teater Gambuh yang disebut Bale pegambuhan. Gambuh  biasa dipentaskan pada beberapa upacara di Istana antara lain upacara upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara manusia yadnya seperti perkawinan para bangsawan, upacara pitra yadnya ( ngaben ), upacara manca wali krama, eka dasa rudra, karya padanan,galungan dan kuningan, dan pertunjukkan di keraton keraton.

Seni pertunjukkan ini diduga muncul di Bali pada saat pemerintahan udayana. Seni teater Gambur diiringi oleh gamelan penggambuhan yang berlaras pelog saih pituh. Begitupula didukung dengan karakter karakter dalam pertunjukkannya yaitu Condong, Kakan kakan, Putri, Arya/ kadean kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Keunikannya masing masing tokoh memiliki iringan tersendiri dengan menggunakan suling panjang 90 cm dengan karakter agung, manis, dan dinamis.

ketika pementasan Gambuh, terdapat juru tandak yang duduk ditengah tengah penabuh yang berfungsi sebagai penciipta suasana serta menghidupkan dramatisasi senang, sedih, gembira, marah, lucu, dan sebagainya. Tokoh tokoh karakter dalam Gambuh juga menggunakan kostum tersendiri yang sangat megah saat dipentaskan. 

Struktur teater dalam seni Gambuh memiliki kesulitan yang cukuptinggi dikarenakan sangat kompleks gerakannya yang diharuskan juga setiap pemeran dapat berbahasa kawi atau jawa kuno serta penghayatan ang diwujudkan melalui ekspresi dalam setiap gerakannya.

beberapa kesenian yang terlahir karena terinspirasi dari Gambuh adalah seni Wayang Gambuh, Arja, Topeng, Calon Arang, Wayang Wong dan Parwa, Tari Baris. Tari Legong Lasem, dan Tari Panji Semirang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun