Mohon tunggu...
Oswaldus Mbawo
Oswaldus Mbawo Mohon Tunggu... Petani - Menjelajahi dunia melalui tulisan

Kebahagianmu tidak ditentukan oleh orang lain, tetapi oleh dirimu sendiri. Apa yang kamu lakukan hari ini tentu untuk menentukan kebahagian masa depanmu.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Budaya Pola Makan Lampung

5 Desember 2019   21:17 Diperbarui: 5 Desember 2019   21:18 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle

Dalam pengertian nasi pada umumnya berasal dari beras putih. Beras dihasilkan dari bulir-bulir tanaman padi yang telah matang. Dalam bahasa Latin padi adalah Oryza Sativa. Beras adalah biji kecil dari jenis rerumputan tertentu yang dimasak dan dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia. Bentuk beras padi ini, yaitu berbulir panjang (Cambridge Dictionary). Kenyataannya, nasi dimakan oleh sebagian besar penduduk Asia sebagai sumber karbohidrat utama dalam menu setiap hari. 

Nasi sebagai makanan pokok yang biasanya dihidangkan bersama lauk sebagai pelengkap rasa dan untuk melengkapi gizi seseorang. Nasi dapat diolah lagi bersama bahan makanan lain menjadi masakan baru, yang cara masaknya dengan diberikan beberapa bumbu, seperti nasi goreng atau nasi kuning. Dengan demikian, nasi bisa dikatakan makanan pokok bagi masyarakat di Asia, secara khusus di Asia Tenggara Indonesia.

Bagi masyarakat Lampung, nasi yang dihidangkan bersamaan dengan seruit yang terbuat dari padi yang berasal dari sawah atau ladang. Diketahui bahwa sejak keberhasilan bangsa Kolonial dalam program Trasmigrasi yang membuat masyarakat Lampung lebih banyak menanam padi sawah, sampai saat ini kebanyakan masyarakat Lampung telah menggunakan beras padi sawah. Maka tidak heran apabila penduduk di Lampung lebih banyak yang menggarap sawah dari pada berladang. 

Meskipun demikian, padi ladang tetap disukai oleh masyarakat Lampung. Karena beras padi ladang enak dan harum bila dibandingkan dengan beras padi sawah pada umumnya. Hal ini telah dibuktikan melalui sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nurdin tahun 2008. Ia hendak mengatakan bahwa masyarakat Lampung memiliki suatu kebudayaan yang menyingkapi berbagai jenis makanan, namun nasi dan seruit menjadi pola makan masyarakat Lampung.

Budaya makan merupakan suatu pola yang sudah ada di masing-masing daerah atau sudah ada di belahan bumi ini. Artinya, setiap daerah memiliki ciri khas makanannya masing-masing. Sehingga sudah ditentukan kapan makan, apa yang akan dimakan dan sebagainya. Seperti yang dilihat pada pola makan masyarakat Lampung dengan menggunakan seruit. Dalam masyarakat Lampung dikenal dua seruit, yaitu orang Lampung Pe padun dan Sai batin. 

Kedua Seruit ini, memiliki cara yang berbeda. Kita tidak dapat memaksakan seseorang untuk menggunakan apa yang ada pada budaya kita, dengan memakan makanan yang tidak ada pada daerah kita. Misalnya, orang Lampung tidak bisa menggunkaan nyeruit babi, tetapi harus nyeruit ikan. Berdasarkan artikel yang penulis baca, menceritakan mengenai cara dan pola makan orang Lampung berdasarkan budaya dan adat-istiadat yang ada pada mereka. Nyeruit adalah salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Lampung secara khusus dalam keluarga. 

Artinya, acara makan nyeruit merupakan hal yang sangat unik. Mengapa unik? Karena salah satu bentuk kedamaian dalam keluarga. Acara makan nyeruit dapat mengumpulkan keluarga.  Suatu budaya dalam keluarga yang sudah tertanam di dalam diri setiap anggota keluarga. Sehingga, acara makan nyeruit cara untuk berdamai dapat menghilangkan kemarahan kepada anggota keluarga.

Seorang penelitian Foster dan Anderson tahun 2006 mengatakan bahwa dalam budaya makan memiliki arti simbolik yang mencerminkan hubungan-hubungan psikologis di antara makanan, dengan presepsi kepribadian dan keadaan emosional. Menurutnya, makanan memiliki arti asam, manis, dingin, hangat, keras, empuk, segar, kuat, yang memiliki sifat watak manusia. 

Bagi orang Lampung, makan dapat diartikan sebagai ungkapan kasih sayang dan persahabatan bagi orang yang kesepian (hungry of love). Makanan memberikan simbol-simbol dalam bahasa yang secara implisit hanya orang-orang tertentu dapat mengetahuinya. Misalnya, orang yang memasak makanan terlalu banyak garam, dinilai bahwa orang itu ingin menikah dan membuat masakan terlalu pedas artnya orang itu sedang marah. Sama seperti seorang perempuan yang membuat sambal Seruit jika Ulekan-nya halus, artinya orang itu masih gadis.

Bagaimana dengan tradisi Nyeruit itu sendiri dalam masyarakat Lampung? Tradisi ini merupakan bagian dari budaya. Tradisi dan budaya menghasilkan dihasilkan oleh karya manusia, dalam perwujudan ide, nilai, norma, dan hukum, sehingga keduanya merupakan dwitunggal. 

Masyarakat Lampung adalah masyarakat yang gemar untuk berkumpul dan bersilaturami, baik antara keluarga maupun antar tetangga. Mereka berkumpul di acara pernikahan, acara adat, atau acara keagamaan. Sehingga tidaklah berlebihan sebagian masyarakat beranggapan nyeruit buka saja sekedar makanan, melainkan bagian dari tradisi dan kebudayaan. Di mana dijadikan sebagai ajang silaturahim, karena nyeruit dapat menumbuhkan nilai kebersamaan antar anggota keluarga dalam masyarakat Lampung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun