Namun, Dia berjanji tidak akan membiarkan umat-Nya dicobai melebihi kekuatannya. Dia akan memberi jalan keluar. Kedua, merendahkan diri, meminta belas kasihan, dan pengampunan Tuhan (2, 3, 5).
Pergumulan dan pencobaan dapat mengarahkan kita untuk mengevaluasi diri, membentuk diri menjadi lebih baik, dan menuntun kita lebih bergantung kepada-Nya. Walaupun kita manusia adalah makhluk yang berdosa dan bersalah namun kita percaya semuanya itu akan diubah menjadi baik oleh Tuhan.
Kita merasa diri kita amat bersalah bila kita sendiri mempersalahkan diri, tetapi kita yakin ketika Tuhan bersabda baik, semuanya akan menjadi baik meskipun pada kenyataannya diri kita penuh dengan kesalahan (Lewis, B. Smedes. Yogyakarta: Kanisius, 1995, hlm, 61).
Ketiga, percaya penuh kepada pertolongan Tuhan. Pada akhir doanya, Daud mendapat kelegaan dan keyakinan akan pertolongan Tuhan dan ini memberinya kekuatan (8-11). Masalah pasti akan terus ada selama kita masih hidup di dunia. Hadapilah masalah dan pergumulan bersama dengan Tuhan. Andalkan Dia, maka kita akan kuat, optimis, dan semangat. Kita akan dimampukan menang atas setiap pergumulan. Hal ini merupakan peryataan iman yang paling tinggi.
Benar bahwa iman kita sebagai pengikut Kristus haruslah bertumbuh dengan baik, kuat dan kokoh. Orang beriman dewasa mengikuti Kristus dengan mengambil keputusan secara pribadi, tidak ikut-ikutan dan dengan penuh tanggung jawab.
Kita dipanggil untuk sanggup dan berani mempertahankan iman kita secara pribadi meskipun harus menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Relasi dengan Kristus itulah yang menjadi sumber kegembiraan hidup kita.
Dalam Kristus hidup kita menghasilkan buah-buah Roh yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22). Kristus menjadi Sumber isnpirasi yang tidak habis-habisnya bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih terlibat dengan sesama, yang lebih berani membela kebenaran, yang mengusahakan perdamaian, dan menjadi manusia yang utuh.
Relevansi Mazmur 6:1-11 terhadap Konflik Israel-Palestina
Adapun 3 relevansi yang saya temukan pada Mazmur 6:1-11 untuk Israel dan Palestina. Pertama, Negara Israel dan Palestina perlu belajar dari Mazmur 6. Bahwa pergumulan, masalah dan kecemasan tidak boleh melunturkan semangat untuk hidup berdampingan satu sama lain dalam damai.
Kedua, Negara Israel dan Palestina perlu merendahkan diri, meminta belas kasih Tuhan agar Tuhan memberi pengampunan terhadap segala dosa peperangan, dan kekerasan yang dilakukan selama ini yang menimbulkan hilangnya nyawa orang-orang tak berdosa. Pernyataan pengakuan bersalah sangat penting dalam hidup.
Pengakuan merupakan pengungkapan tanggung jawab dan merupakan peryataan ikut menanggung akibat perbuatan salah yang telah dilakukan. Ketika kita mengakui bahwa kita bersalah kepada seseorang, pada saat itulah kita turut merasakan penderitaan yang dialaminya. Turut merasakan rasa sakit yang kita timbulkan pada orang lain bukanlah hal yang mudah karena rasa sakit tersebut pada dasarnya tidak kita sukai.