Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Diary

Allah Meneguhkan Panggilanku dalam Diri Orang-orang Sederhana

18 Mei 2021   15:54 Diperbarui: 18 Mei 2021   16:31 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurutku, pengalaman mereka ini sangat menarik dan membuatku harus banyak belajar dari cara hidup mereka. Sebagai seorang religius Montforan, saya pun harus belajar dari kesederhanaan hidup mereka. Hal ini sejalan dengan Spiritualitas Montfortan tentang hidup miskin. Hidup miskin bukan berarti tidak memiliki harta benda, melainkan lebih dari itu, yakni saya harus hidup sederhana dan tampil apa adanya. Kesederhanaan hidup harus saya miliki seperti Yesus yang tampil sebagai tokoh yang mencintai kesederhanaan. 

Kesederhanaan yang ditunjukkan Yesus ini terlihat jelas dalam Sabda-Nya kepada para murid, yakni "Serigala mempunyai liang tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakan kepala-Nya", (Mat 8:20) dan "Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?", (Mat 6:25-26).

 Pengalaman live-in di Situbondo ini menyadarkanku bahwa Allah itu sangat baik. Kebaikan Allah nyata dalam diri orang-orang sederhana yang kujumpai selama masa live-in satu bulan di Situbondo. Allah hadir dalam diri orang-orang sederhana untuk meneguhkan panggilanku sebagai seorang religius Montfortan. Dalam diri orang-orang sederhana saya menemukan bahwa Allah selalu menyertaiku dan melindungiku dalam panggilan. Pengalaman ini semakin membuatku yakin dan percaya bahwa Allah selalu menyertaiku dan berjalan bersama saya dalam menempuh panggilan-Nya. 

Oleh karena itu, saya akan berusaha sungguh-sungguh untuk merawat panggilan Tuhan. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan padsaya saat ini. Panggilan menjadi religius adalah sebuah panggilan yang suci. Saya tidak mau menodai kesucian panggilan Tuhan. Saya berpasrah pada Tuhan dan membiarkan Tuhan membimbingku dalam panggilan. Saya yakin bahwa Tuhan hadir dan menyertai hidup dan panggilanku sekarang dan di sini (hiec et nunc) serta sampai selama-lamanya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun