Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Konteks Kitab Suci Hosea 1:1-14

10 Mei 2021   11:13 Diperbarui: 10 Mei 2021   15:00 2657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konteks teologis yang dimaksud ialah apakah buku yang hendak ditafsirkan itu masuk ke dalam bagian dari kelompok atau tradisi seperti, Pentateukh, kitab sejarah deuteronomist, dan kitab nabi-nabi. (Bdk Berthold Anton Pareira, Studi dan Riset Alkitabiah, dalam Tjatur Raharso dan Yustinus, Metodologi Riset Studi Filsafat Teologi, Malang, Dioma, 2018, hlm. 203). Dari sebab itu akan mudah memahami konteks teologis kitab Hosea yang akan saya bahas.

Kitab Hosea merupakan kitab yang termasuk dalam kumpulan tulisan nabi-nabi kecil. Dalam Alkitab dibedakan antara nabi Kecil dan nabi Besar. Pembedaan ini didasarkan pada panjang pendeknya tulisan, secara kronologis, dan bobot teologisnya. Kitab Hosea memulai kumpulan tulisan nubuat yang lebih singkat yang diberi nama "Dua Belas Kitab" dalam alkitab Ibrani, kendatipun kitab Amos sebenarnya ditulis sebelum Hosea. Sekarang kedua belas kitab itu disebut "Nabi-nabi Kecil". Tulisan ini disusun berdasarkan kronologi dengan urutan Hosea, Amos, Yunus dan Mikha sebagai yang melayani pada masa awal periode Neo-Asyur (pada pertengahan dan akhir tahun 700-an SM), sedangkan Nahum, Habakuk, Zefanya dan Obaja dikaitkan dengan periode Neo-Babilonia (akhir tahun 600-an SM). Sisanya Yoel, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi dianggap sebagai nabi-nabi pada periode Persia sekitar tahun 500.

Dalam konteks teologi ini, akan diperlihatkan, teologi apa yang paling dominan dalam kitab Hosea ini. Keistimewaaan yang paling menonjol dalam kitab Hosea ini adalah pemberitaan nabi Hosea tentang kesetiaan Yahwe atau Allah Israel kendatipun bangsa Israel selalu murtad. Pemberitaan itu diumpamakan dan dihayati oleh nabi Hosea, tatkala ia atas perintah Tuhan harus mengawini seorang perempuan sundal dan memperanakan anak-anak sundal daripadanya (Ay 2), malah ia harus mengasihinya meskipun isterinya telah berzinah. 

Demikianlah Yahwe akan mengasihi umat-Nya meskipun mereka telah menyembah allah lain. Banyak penafsir baik Yahudi maupun Kristen, merasa tersinggung karena perintah Tuhan kepada Hosea itu. Banyak diantara mereka lebih condong menafsirkannya sebagai suatu perbuatan alegoris atau rohani. Misalnya Hieronymus pernah berkata bahwa "penafsiran harafiah adalah mustahil sebab Allah tidak menyuruh supaya hal-hal yang haram dilakukan, dan tidak juga Ia menghalalkan hal-hal yang haram dengan menyuruh orang melakukannya".

Perempuan sundal itu adalah tidak lain dari isterinya yang setia dan perempuan itu memperanakkan anak-anak daripadanya di dalam perkawinan. Tetapi isterinya dan anak-anaknya harus mendapat nama persundalan sebagai suatu tanda yang melawan bangsa yang berzinah yang menyembah berhala itu.

Daftar Pustaka 

A de Kuiper, Tafsiran Hosea, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1973.

Berthold Anton Pareira, Studi dan Riset Alkitabiah, dalam Tjatur Raharso dan Yustinus,    Metodologi Riset Studi Filsafat Teologi, Malang, Dioma, 2018.

Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun