Menghadapi kesepian dengan cara meditasi sama sekali berbeda dengan menyerahkan diri kepada kesepian karena tak bisa dihindari. Ada orang yang mencari rasa aman dengan menyibukan diri dalam pekerjaan, karena takut mengambil risiko ditolak oleh orang lain.Â
Kesendirian seperti itu bukan yang dimaksudkan dengan keheningan yang berdaya-cipta. Menghadapi kesepian dengan cara demikian, bahkan dapat menumbuhkan rasa bosan.Â
Ada banyak orang yang bermeditasi telah menemukan kesenangan yang mereka cari; mereka dapat tinggal sendirian tanpa merasa sepi. Hasil yang diharapkan dari meditasi itu adalah ketenangan jiwa, dan bukannya kegelisahan. Namun demikian, kegelisahan pun dapat juga di olah sebagai bahan meditasi.Â
Menasehati orang yang tengah mengalami kesepian agar memusatkan pikiran pada hubungannya dengan dirinya sendiri mungkin dipandang sebagai cara yang kurang tepat.Â
Sebab, orang itu sudah muak dengan dirinya sendiri, dan tidak menginginkan apa pun kecuali lari daripadanya. Ia mau bergaul dengan orang lain saja.Â
Akan tetapi masalah yang dihadapinya sesungguhnya bukan pilihan antara hubungan dengan orang lain. Sebab ia hanya dapat berhubungan dengan orang lain, bila ia dapat berhubungan dengan dirinya sendiri.
Berani menghadapi kesepian, sesungguhnya merupakan petualangan untuk menemukan hal-hal yang baru. Berhubungan dengan diri sendiri bukan hanya berarti berhubungan dengan diri kita sebagai pribadi, melainkan berhubungan dengan kemanusiaan kita pada umumnya;Â
Penderitaan kita adalah penderitaan orang lain sebagaimana kesenangan kita adalah kesenangan orang lain juga. Kesepian yang berdaya-cipta adalah suatu dasar untuk hidup bermasyarakat, karena kesepian ini merupakan dasar bagi identitas kita dengan kemanusiaan seluruhnya. Kita membawa serta kesepian yang berdaya-cipta kedalam lingkungan pergaulan kita.Â
Kita mengalaminya di tengah-tengah manusia lain. Daya cipta kesepian membangun identitas kita dan merupakan sarana untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini sangat baik diungkapkan oleh Henri Nouwen dalam bukunya Reaching Out. Ia menulis demikian:
"Peralihan dari kesepian yang biasa (loneliness) menuju pada keheningan yang berdaya-cipta (creative solitude) menciptakan ruang batin yang memungkinkan kita untuk menjalin hubungan batin dengan sesama manusia".
       Pada waktu kita sendirian, pada saat kita merasa kesepian, kita bukannya tanpa hubungan apa pun. Diri kita sendiri (ourself) menurut definisinya sudah merupakan suatu hubungan yaitu hubungan antara "aku" dan "diriku". Itulah sebabnya mengapa kita menipu diri, menghukum diri. Memaafkan diri atau memuja diri sendiri. Aku sebagai subjek sadar akan diriku sebgai objek. Hubungan inilah yang memungkinkan kita mengalami keheningan atau kesepian yang berdaya cipta itu. Kita dapat semakin senang bergaul dengan diri kita sendiri. Ingatan dan imaginasi memainkan peranan besar dalam membantu kita untuk berhubungan dengan diri kita sendiri. Ingatan, menghubungkan kita dengan masa lalu, termasuk didalam kesadaran bahwa kita memilki riwayat hidup. Sedangkan imaginasi menghubungkan kita di masa yang akan datang. Kita bukan hanya manusia masa lalu, tetapi juga kita adalah manusia yang terus menjadi. Hubungan antara masa lalu dan masa yang akan datang memberikan kepada masa kini yaitu saat kita hidup sekarang ini baik kelangsungan maupun perkembangan. Dua segi ini merupakan dasar bagi refleksi dalam suasana hening yang berdaya-cipta.