Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ajaran Dao dalam Sistem Filsafat Cina

27 April 2021   09:58 Diperbarui: 27 April 2021   12:36 2589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Oleh: Osti Lamanepa, Mahasiswa Fisafat dan Teologi Widya Sasana Malang

I. Pengantar

Fokus saya dalam tulisan ini adalah membahas tentang Ajaran Dao dan pemikirannya dalam filsafat China. Saya menaruh minat kepada tema yang terkait dengan studi analisis kritis terhadap pemikiran Dao, kedudukannya dan ajarannya karena ajaran Dao menurut saya sangat mempengaruhi pemikiran sistem filsafat china. Dalam ilmu pengetahuan, Dao merupakan salah satu ajaran yang berasal dari Laozi. Dao berarti jalan yang benar dari Tian dan menusia serta realitas tertinggi dan tak terbatas. Dao juga disebut sebagai "Sang Tanpa Nama". Manusia tidak dapat menyebut atau membahasakannya ke dalam bahasa manusia, karena itu berarti manusia membatasinya. Laozi menguraikan ajaran Dao dalam sebuah kitab yang terkenal yakni kitab Daodejing. Berikut ini saya akan mendalami sub-sub tema yang terkait dengan ajaran Dao.

II. Pembahasan

2.1. Daoisme dan Kedudukannya dalam Seluruh sistem Filsafat China

Ajaran Daoisme seluruhnya terangkum dalam buku Daodejing yang ditulis oleh Laozi. Dao berarti jalan yang benar dari Tian dan manusia serta realitas tertinggi dan tak terbatas (Agustinus Lie. Diktat Filsafat China, hlm 15). Dao juga disebut sebagai "Sang tanpa nama". Sebagai sang tanpa nama, dan tak dapat disebutkan, Dao hadir dalam semesta, dia merupakan permulaan langit dan bumi yang menjadi bingkai eksistensi seluruh dunia. Dao sebagai sebagai eksistensi universal. Eksistensi Dao ini terungkap dalam dua aspek yakni Wu dan You. Wu artinya tiada merupakan sesuatu yang nyata, baik eksistensi maupun efeknya. Dia adalah potensialitas di balik persepsi indera. You merupakan ada menisfestasi Dao yang konkrit dan banyak. Wu dan You ada di dalam Dao Interaksi Wu dan You merupakan proses dinamis metafisis Dao yang melahirkan semesta.

Dao adalah induk yang melahirkan. Artinya eksistensi semesta alam mengalir dari Dao. Sebagai induk, dia tetap memiliki relasi eksistensial yakni menjamin keberadaan dan kelangsungan semesta alam dengan segala atributnya. Dalam Dao tidak ada relasi emosional yang ingin menguasai, memiliki, dan menaklukkan. Dao ada dalam semua dan semua ada dalam Dao. Hail ini berarti Dao mengandung unsur transenden dan imanen. Dao ada dalam dunia, da nada dimana-mana, tetapi tidak dapat disentuh dan dilihat. Dao tetap eksis dalam diri seluruh semesta, dan memberikan peran kepada masing-masing. Ia adalah totalitas seluruh ciptaan yang memiliki potensialitas dan kreativitas tak terbatas. Segala sesuatu dalam semesta ini memiliki Dao. Dao merupakan dasar segala peristiwa. Segala yang ada berada dalam Dao, namun ia tidak termasuk yang ada, karena ia juga tiada. Sebagai prinsip eksistensi dari segala sesuatu, Dao bukanlah sesuatu itu, seperti halnya dengan eksistensi langit, bumi, dan segala sesuatu. Dia berada diatasnya.

2.1.1. Tiga Wujud Dao

Ada tiga perwujudan Dao yakni Yuanshi Tiangwang, Lingbao Tianzun, dan Daode Tianzun. Perwujudan Dao dalam tiga yang murni ini merupakan Trinitas Daoisme dan merupakan Dewata Tertinggi dalam Daoisme. Trinitas Daoisme ini sering dikenal dengan Tiga Dewata Murni atau Tiga Guru Ilahi, atau Tiga Kejernihan, atau Sang Tiga Dewata Original, atau serangkai elemen awal mula. Ketiga Dewata ini tidak berwujud, karena itu untuk menggambarkan keberadaan mereka, ketiganya digambarkan sebagai orangtua yang memakai jubah berwarna merah, biru dan hijau, kadang-kadang juga berwarna kuning. Tiga Dewata Murni ini berdiam di surga, masing-masing mempunyai langit sendiri dalam istana surga. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dibawah ini masing-masing dari ketiga wujud Dao tersebut antaralain sebagai berikut;

  • Yuanshi Tiangwang

Yuanshi Tiangwang merupakan Dewa Tertinggi dalam tiga dewata murni. Dewata ini sering dikenal dengan nama YuQing Yuanshi, Tai Shang Wu Ji Hun Yuan Jiao Zhu, Yuan Shi Tian Zun, Yuan Shi Tiangwang, Shang Di, Tian Fu, dan Yuhuang. Yuanshi Tiangwang berdiam di langit pertama dan ia bersifat abadi dan tidak musnah. Dewata murni ini ialah chi universal dan surgawi. Dia adalah energi semua planet, bintang-bintang, dan daya pencitaan serta kasih universal. Ia menciptakan alam semesta dan menertibkan yang kacau.

  • Lingbao Tianzun

Lingbao mendiami atau menghuni langit kedua. Lingbao bertugas menjaga keseimbangan Yin dan Yang. Ia adalah dewa yang menjaga agar alam semesta berada dalam keteraturan. Dia juga bertugas menghitung waktu dan membaginya dalam periode-periode. Ia juga dikenal sebagai penjaga Kitab Suci (http://Id. Wikipedia. Org/wiki/ Yuanshi Tianzun, di akses pada tanggal 22 April 2020 di Seminari Montfort Malang)

  • Daode Tianzun

Daode Tianzun mendiami langit ketiga. Dia sudah mencapai kebijaksanaan tertinggi. Ia bertugas menyebarkan ajaran Dao keseluruh umat manusia.

2.1.2. Penamaan Kitab Daodejing

Daodejing adalah kitab yang sangat terkenal yang ditulis oleh Laozi. Disebut kitab Daodejing karena banyak berbicara tentang Dao dan bagaimana orang hidup sesuai dengan Dao. Kitab Daodejing ini diawali dan dibuka dengan memperkenalkan Dao.

2.1.3. Pembagian Kitab Daodejing

Seluruh ajaran Daoisme terangkum dalam kitab Daodejing yang ditulis oleh Laozi. Penafsiran Daodejing yang disusun oleh Laozi sangatlah sulit karena tokoh historis Laozi sangatlah sulit dibuktikan. Buku ini kiranya pada awal tidak diberi judul Daodejing oleh penulis asli. Masa penulisan buku ini tidak disepakati oleh para ahli. Pandangan yang paling diterima dalam buku ini adalah kumpulan kata-kata bijak beberapa orang, dan yang ada pada kita sekarang adalah versi yang terangkum pada abad 1 SM. Penafsiran teks sangat dipengaruhi oleh historitas teks dan siapa penulisnya, karena ditemukan banyak inkonsistensi gaya dan isi. Setiap kali terjadi inkonsistensi, para komentator mencoba menjelaskan pelbagai aspek yang berbeda. Kesulitan penafsiran teks terdapat pada kurangnya penggunaan tanda baca pada teks-teks kuno. Ada tiga pokok pandangan filosofis Daoisme yakni kodrat Dao, etika Dao meliputi kebajikan, dan idealisme politik meliputi cara terbaik mengatur pemerintahan.

Adapun pembagian kitab Daodejing meliputi dua bagian kitab yang terdiri dari 81 bab antaralain:

  • Bagian pertama adalah kitab Ching Tao yakni terdiri dari bab 1-37
  • Bagian kedua adalah kitab Te Ching yakni terdiri dari bab 38-81

Pembagian Bab perbab sebagai berikut:

  • Bab 1: sifat Dao yang Mahabesar
  • Bab 2: Hidu sesuai dengan Dao
  • Bab 3: Pemerintahan Negeri atas dasar Dao
  • Bab 4: Kegaiban Dao
  • Bab 5: Sifat Wajar Dao
  • Bab 6: Gaya Gaib Dao bekerja tanpa akhir
  • Bab 7: Dao bersifat hidup dan mengidupi
  • Bab 8: Sifat Dao seperti air
  • Bab 9: Mengenal batas adalah sifat Dao
  •  Bab 10: Tak ada kompromi antara baik dan jahat Dalam Dao
  • Bab 11: Nilai kekosongan sesuai Dao
  • Bab 12: Mengendalikan pancaindera sejalan Dao
  • Bab 13: Goncangan-goncangan sang aku bertentangan dengan Dao
  • Bab 14: Dao yang sempurna tidak mempunyai wujud
  • Bab 15: Orang yang mahir ilmu Dao bersikap samar
  • Bab 16: Ketentraman dalam diam dan bersatu daam Dao
  • Bab 17: Manusia dan sifat wajar dari Dao
  • Bab 18: Kebaikan ditonjolkan setelah Dao lenyap
  • Bab 19: Hidup sewajarnya sesuai dengan Dao
  • Bab 20: Menjauhkan masalah duniawi untuk bersatu dengan Dao
  • Bab 21: Tiada sesuatu ppun berharga kecuali Dao
  • Bab 22: Dao menyempurnakan segala kekurangan
  • Bab 23: Siapa yang sesuai dengan Dao akan diterima oleh Dao
  • Bab 24: Siapa yang menentang Dao tidak akan abadi
  • Bab 25: Dao adalah ibu dari langit
  • Bab 26: Orang budiman tak terpisahkan dari Dao
  • Bab 27: Yang mengenal Dao bertugas sebagai guru
  • Bab 28: Tahu diri adalah sesuai dengan Dao
  • Bab 29: Dao menghendaki kebebasan setiap makhluk
  • Bab 30: Sikap seorang ksatria sesuai dengan Dao
  • Bab 31: Dao tidak menghendaki pertumpahan darah
  • Bab 32: Dao yang abadi tak mempunyai nama
  • Bab 33: Mengenal diri sendiri adalah kebijaksanaan
  • Bab 34: Dao yang mahabesar mengalir bagai air
  • Bab 35: Kesempurnaan dari Dao
  • Bab 36: Dunia yang fana dan Dao yang abadi
  • Bab 37: Dao tidak bekerja tetapi tidak ada sesuatu pun yang tidak diperkerjakan olehnya
  •  Bab 38: Kebajikan luhur tidak dikenal sebagai kebajikan
  • Bab 39: Barangsiapa meninggal pada Dao akan sempurna
  • Bab 40: Sifat kebalikan ialah pergerakkan
  • Bab 41: Bila tidak ditertawakan belum cukup untuk disebut Dao
  • Bab 42: Dao menciptakan satu, satu menciptakan dua dan seterusnya
  • Bab 43: Kebajikan tanpa berbuat dari Dao
  • Bab 44: Tahu kecukupan dan tahu berhenti adalah sifat dari Dao
  • Bab 45: Dao yang sempurna bahkan nampaknya yang kurang sempurna
  • Bab 46: Keinginan yang tak mengenal puas tidak sesuai dengan Dao
  • Bab 47: Dao bertentangan dengan pendapat umum
  • Bab 48: Yang meyakini Dao makin lama makin mundur
  • Bab 49: Sikap seorang budiman yang sesuai dengan Dao
  • Bab 50: Dao membimbing kearah jalan hidup
  • Bab 51: Dao menghidupi dan memelihara segalanya
  • Bab 52: Dao adalah pokok permulaan segala benda
  • Bab 53: Jalan kearah Dao sangat lapang tetapi orang memillih jalan sempit
  • Bab 54: Dao adalah milik yang kekal dan abadi
  • Bab 55: Kebajikan luhur dari Dao bagaikan bayi
  • Bab 56: Yang mengerti Dao tak bicara dan yang bicara tak mengerti
  • Bab 57: Yang sesuai dengan Dao hidup dan yang menentang runtuh
  • Bab 58: Pemerintahan berdasarkan Dao dan yang menentang Dao
  • Bab 59: Raja yang hebat dan sederhana mengenal Dao lebih dini
  • Bab 60: Didalam negeri yang sesuai dengan Dao taka da gangguan iblis
  • Bab 61: Negeri besar yang sesuai dengan Dao menjalankan politik damai
  • Bab 62: Dao adalah pelindung segala makhluk
  • Bab 63: Dao membalas kejahatan dengan kebaikan
  • Bab 64: Dao tak menguasai sesuatu maka tak pernah kehilangan
  • Bab 65: Raja budiman yang sesuai dengan Dao membimbing rakyat pada sifatnya yang wajar
  • Bab 66: Pemimpin rakyat yang bersifat rendah hati sesuai dengan Dao
  • Bab 67: Pada Dao yang mahabesar, orang tak dapat menyesuaikan diri
  • Bab 68: Kebajikan tidak bergulat, yang seimbang dengan Dao
  • Bab 69: Panglima perang yang sesuai dengan Dao lebih menghargai daripada   kemenangan
  • Bab 70: Dao sesungguhnya mudah dimengerti dan mudah dijalankan
  • Bab 71: Siapa mengenal Dao akan pun mengenal cacat
  • Bab 72: Dalam negeri yang sesuai dengan Dao tak ada revolusi
  • Bab 73: Dao tak merebut, tapi senantiasa menang
  • Bab 74: Da tidak mengenal  hukuman mati
  • Bab 75: Karena tak berdasarkan Dao maka rakyat menderita
  • Bab 76: Dao bersifat lunak dan menentang kekerasan
  • Bab 77: Dao mengurangi yang lebih dan menambah yang kurang
  • Bab 78: Didalam kelunakkan dari Dao tersembunyi kekuatan yang sangat besar
  • Bab 79: Mentaati janji adalah sesuai dengan hukum alam
  • Bab 80: Memerintah negeri kecil sesuai dengan Dao

Bab 81: Ucapan yang sesuai dengan Dao tak indah dan yang indah tak sesuai (http://wikipedia.org/wiki/ Pembagian Kitab Daodejing, diakses pada tanggal 21 April 2020 di Seminari Montfort Malang).

  • 2.2. Laozi dianggap sebagai penulis Kitab Daodejing

Dalam kitab sejarah disebutkan bahwa Laozi dianggapp sebagai penulis kitab Daodejing. Dia menulis kitab Daodejing dan mengembangkan Dao supaya orang hidup sesuai dengan ajaran Dao.

2.2.1. Pro dan Kontra tentang Pengarangnya

Laozi dianggap sezaman dengan Konfusius. Tetapi belakangan ini, Laozi diperkirakan hidup pada zaman sesudah Konfusius, barangkali pada periode Perang antar Negara. Alasannya, yang pertama, sebelum Konfusius tidak ada tulisan yang mengatasnamakan pribadi dan bertindak dalam kapasitas di luar jabatan pemerintahan. Kedua, bentuk literaturnya bukan model tanya jawab, sehingga pasti berasal dari zaman sesudah Lun Yu dan Mencius. Yang ketiga, model penulisan Laozi berbentuk norma yang merupakan alasan barangkali berasal dari Periode Perang Antar Negara.

Ada juga pendapat lain yang yang mengatakan Daoisme umumnya dianggap sudah ada jauh sebelum Konfusius dengan nama pendirinya adalah Lao Txe. Namun beberapa ahli sejarah filsafat China antaralain Fung Yu Lan menyatakan bahwa buku dasar Daoisme yaitu Tao te Ching atau Daodejing ditulis sesudah Konfusius dan ppenulisnya adalah Li Erh yang juga disebut Lao Tzu.

2.2.2. Laozi dari sudut Dao religius

Latar belakang tokoh Laozi ini masih simpang siur. Dalam kitab sejarah disebutkan, Laozi berasal dari Negara Chu, sebelah selatan Dinasti Zhou. Namanya adalah Er dan nama keluarganya adalah Li dan dia disebut juga Dan. Laozi bekerja di istana Zhou sebagai pengurus perpustakaan istana. Konfusius pernah bertanya kepadanya tentang ritual, dan sangat memuji dia (Shiji 63). Dalam pelbagai pertemuan antara Konfusius dan Laozi, yang dipanggil sebagai Lao Dan, juga dikisahkan oleh Zhuangzi dan sumber-sumber lainnya. Laozi mengembangkan Dao dan De. Ajarannya bertujuan pada pengosongan diri dan tidak mencari popularitas. Dia tinggal di Zhou cukup lama, dan meninggalkan Zhou setelah kemerosotan Zhou. Sewaktu mendekati perbatasan China dengan dunia lain, Yin Xi petugas perbatasan meminta dia menuliskan seluruh catatannya. Maka kitab ini terdiri dari lima ribu huruf yang berbicara tentang Dao dan De.

III. Kesimpulan

Daoisme memainkan peran yang sangat penting dalam seluruh filsafat Cina. Ajaran Daoisme telah mempengaruhi sistem filsafat Cina. Dialah unsur tertinggi dan dianggap sebagai pencipta alam semesta. Dia adalah eksistensi universal. Artinya Daolah yang melahirkan semuanya dan Dao ada dalam semua, dan semua ada dalam Dao. Kiranya tulisan ini membantu orang lain yang ingin mempelajari Daoisme atau yang berminat pada filsafat Cina khususnya Daoisme.

 

Daftar Pustaka

Lie Agustinus. Diktat Filsafat China.

Internet: http://wikipedia.org/wiki/ Pembagian Kitab Daodejing, diakses di Seminari Montfort Malang pada tanggal 21 April 2020.

Internet: http://Id. Wikipedia. Org/wiki/ Yuanshi Tianzun, di akses di Seminari Montfort Malang pada tanggal 22 April 2020

 Reksosusilo S. Sejarah Awal Filsafat Timur, Hinduisme, Budhisme, Filsafat China Awal, Malang: Pusat Publikasi Filsafat Teologi Widya Sasana, 2007.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun