(Tinjauan Kritis Terhadap Pemikiran Romo Robertus Manik dan Bosco Da Cunha tentang Tahun Liturgi)
  Oleh: Osti Lamanepa, Mahasiswa Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang
Abstrak
Fokus tulisan ini adalah membahas tentang misteri Paskah Kristus sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi. Saya menaruh perhatian penuh terhadap tema yang terkait dengan studi perbandingan misteri Paskah Kristus sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi yang ditulis oleh Doktor Liturgi Robert Manik dengan tradisi misteri Paskah orang Kristen sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi yang ditulis oleh Bosco da Cunha. Tema ini ada dalam buku atau diktat Liturgi Romo Robert Manik yang merupakan sumber utama dalam tulisan ini.Â
Selain itu saya juga menggunakan sumber tambahan dari beberapa buku Bosco da Cunha yang juga membahas tentang misteri Paskah Kristus sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi sebagai studi perbandingan. Metode pembahasan tulisan ini adalah analisis kritis pembacaan dengan membandingkan dua pemikiran ini yakni Robert Manik dan Bosco da Cunha yang berbicara tentang misteri paskah Kristus sebagai pusat lahirnya Tahun Liturgi. Saya menemukan bahwa argumen kedua pemikiran ini sangat membantu orang lain untuk mengerti dan memahami apa Tahun Liturgi serta bersikap kritis dalam realitas kehidupan Gereja. Tanpa sikap kritis orang akan terjebak dalam praktik-praktik liturgi yang salah mengenai Tahun Liturgi.
Â
II. Pembahasan
- Manusia Mempunyai Kesadaran akan Waktu
Saya sangat terkesan dengan pernyataan Robert Manik. Ia mengatakan bahwa sejarah peradaban manusia sejak dahulu sudah mengetahui dan mempunyai kesadaran akan waktu (Robert Manik: Diktat Liturgi, 2).
. Hal ini bisa diketahui karena pengamatan manusia terhadap kondisi alam, misalnya; Adanya perubahan musim yang mengikuti pola ritme tertentu, Adanya siang dan malam, Perubahan bentuk bulan dan pergeseran bintang, Adanya pergeseran perubahan siang dan malam yang mengikuti pola tertentu. Semua ini memungkinkan manusia sampai pada refleksi akan adanya waktu.
Itu sebabnya saat ini kita masih bisa menemukan bahwa ada banyak suku atau bangsa yang memiliki cara masing-masing dalam mengukur waktu. Menurut Robert Manik, kita sekarang mengikuti cara perhitungan waktu yang berlaku secara umum. Ada dua cara perhitungan waktu yang sudah dikenal sejak zaman kuno yaitu; Dengan cara mengikuti peredaran matahari (tahun) dan Cara peredaran bulan (bulan). Kemudian ini diuraikan lebih detail dalam bentuk hari yang kemudian kita temukan dalam sistim kalender.
Robert Manik mengatakan bahwa sistim waktu ini kemudian perlahan-lahan masuk dalam kehidupan Gereja karena Gereja merefleksikan dan menetapkan bahwa waktu adalah kudus. Dan sejak saat itu, Gereja mempunyai waktu atau masa liturginya secara tersendiri.
- Kekudusan Waktu Menurut Gereja
Gereja pun mempunyai waktu atau masa liturgi (liturgical time/liturgical season) yang juga disusun dalam suatu kalender liturgi. Menurut Robert Manik, sistim penanggalan kalender yang kita pakai sekarang juga mengikuti sistim penanggalan liturgi yang berlaku umum. Lalu kemudian penanggalan setiap hari mempunyai agenda dan kegiatan liturgi masing-masing. Dasar teologis dari penyusunan waktu atau masa liturgis ini adalah kesadaran Gereja akan kekudusan waktu; yakni bahwa semua waktu pada dasarnya suci dan kudus karena waktu juga dating dari Tuhan dan anugerah dari Allah. Maka Gereja sadar bahwa waktu juga harus dipersembahkan kepada Tuhan.
- Sejarah Singkat Kalender Moderen (Civil modern calendar)
Kurang lebih 46 (BC) Kaisar Yulius Caesar menetapkan kalender berdasarkan peredaran matahari; 1 tahun= 365, 25 hari; setiap 4 tahun ada tahun kabisat. Tahun baru dimulai dengan tanggal 1 Januari. Kalender Yulius Caesar ini dikenal dengan nama Kalender Yulianus. Kalender Yulianus berlaku sampai abad pertengahan termasuk berlaku untuk Gereja juga saat itu. Pada abad pencerahan, ilmu pengetahuan moderen berdampak pada penelitian astronomi.
Pada Kosili Trente, Paus Gregorius XIII (1582) mengoreksi kalender Yulianus, dan menetapkan 1 tahun adalah; 365, 2422 hari. Setiap hari kalender Yulianus lebih panjang 11, 25 menit. Dalam Bulla Inter Gravissimas; sesudah tanggal 4 Oktober 1582 langsung tanggal 15 Oktober 1582, sehingga sesuai dengan astronomi. Sistim penanggalan ini berlaku hingga saat ini.
- Kalender Kristen
Kalender Kristen dapat dibagi ke dalam kedua bagian besar yakni; Temporale; Semua bagian dari waktu atau masa liturgi atau penanggalan liturgi dalam periode atau siklus satu tahun liturgi. Temporale mencakup; masa Adven, Natal, Prapaskah, Paskah, masa Biasa, dan semua periode waktu liturgis yang tidak mempunyai peringatan-peringatan khusus. Sanctorale adalah peringatan-peringatan Para Kudus yang dirayakan dalam hari-hari tertentu dalam satu tahun liturgi.
- Struktur Tahun Liturgi
Tahun Liturgi diawali dengan hari Minggu advent 1. Pada awalnya tahun liturgi di berbagai tempat berbeda-beda. Baru setelah abad ke10-11 setelah formula buku-buku liturgi mulai baku maka Minggu Advent 1 menjadi awal tahun liturgi karena Advent 1 biasanya membuka lingkaran tahun liturgi dalam buku-buku liturgi. Advent adalah masa penantian kedatangan Kristus yang berpuncak pada hari raya Natal. A dvent 1 adalah pembukaan tahun liturgi dan hari raya Kristus Raja adalah penutupan tahun liturgi, dan secara bersamaan tahun liturgi ini terdiri dari dua tumpuan masa liturgi yaitu lingkaran Paskah dan Natal, dan dua tumpuan masa lliturgi ini terdapat masa biasayang terdiri dari 33 atau 34 pekan. Tahun liturgi ini menekankan bahwa Gereja sekarang sedang berziarah dalam rentang waktu antara setelah kedatangan Yesus pertama menuju kedatangan-Nya, yang kedua yang sedang kita nantikan.
- Hidup Manusia dan Waktu
Menurut Bosco da Cunha, Peredaran bumi mengelilingi matahari merupakan pangkal adanya periode satu tahun. Peredaran Bulan mengelilingi bumi menjadi alasan pokok bagi terciptanya periode waktu satu bulan, yang terdiri dari kumpulan waktu sejumlah 29 atau 30 hari. Cepatnya rotasi bumi mengelilingi dirinya sendiri menciptakan hari yang terdiri dari 24 jam ( Bosco da Cunha, 1992: 19).
Peredaran bintang-bintang dan berbagai planet lainnya menciptakan waktu siang dan malam, cuaca panas panas dan dingin juga mempengaruhi hidup organik.
Peredaran bulan mengelilingi planet bumi menarik perhatian manusia sejak zaman purba dan kita melihat tahap-tahap bulan purnama, bulan separuh, bulan sabit, dan bulan yang baru muncul merupakan dasar penetapan 1 minggu yang terdiri dari 7 hari. Bosco da Cunha selanjutnya mengatakan kita menyadari bahwa hidup manusia pun diatur menurut waktu; hari, minggu, bulan, dan tahun. Peredaran waktu yang berulang secara teratur ini menjadi ukuran cara hidup dan kegiatan kerja.Â
Sejak zaman purba manusia memandang ritme alam sebagai pemberian yang berasal dari kekuatan gaib. Manusia memandang waktu sebagai pembawa selamat atau dapat juga sebagai pembawa malapetaka. Atas dasar ini manusia mengatur sikap-sikap religius sesuai dengan ritme waktu dalam bentuk penanggalan religius tahunan serta berbagai bentuk kurban dan perayaan menurut gejala alam dan waktu. Dengan demikian terciptalah banyak upacara keagamaan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan misalnya; untuk mengucap syukur, untuk menolak bala, untuk memohon berkat, perlindungan dan lain-lain.
2.3.2. Pandangan Gereja Mengenai Tahun Liturgi
Bosco da Cunha juga menampilkan dokumen-dokumen Gereja yang berbicara mengenai Tahun Liturgi. Dokumen Gereja yang berbicara mengenai tahun liturgi antaralain; Dokumen In Ecclesiasticam Futurorum yang berbunyi; "Lingkaran tahun misteri-misteri Kristus haruslah dirayakan di Seminari-seminari dengan penuh perhatian dan bersemangat seperti yang telah ditandaskan oleh Konsili Vatikan II". Selain itu dokumen liturgi yakni Pedoman Tahun Liturgi mengungkap secara jelas dalam artikel 17; "Gereja merayakan segenap misteri Kristus sepanjang satu tahun mulai dari misteri Inkarnasi sampai pada Pentakosta bahkan sampai pada penantian kedatangan Tuhan". Dalam kostitusi liturgi juga di jelaskan; "Tahun Liturgi hendaknya dilihat sebagai kumpulan perayaan selama satu tahun, liturgi dirayakan berarti Kristus Sang Imam Agung Perjanjian Baru hadir dan menyatukan segenap umat dan menguduskan mereka".
2.3.3. Misteri Paskah Kristus Sebagai Pusat Tahun Liturgi.
Bosco da Cunha mengatakan; Sengsara, Wafat, dan Kebangkitan Kristus adaah sumber daya yang menghidupkan adalah pangkal keselamatan kita sehingga sekaligus menjadi Pusat Tahun Liturgi Gereja sebab merupakan sumber hakiki bagi kehidupan kaum beriman. Allah telah menyatakan diri dalam Putra-Nya Yesus yang taat sampai mati dikayu salib sebagai karya penebusan, dan Gereja menyebut karya Penebusan oleh Yesus ini sebagai misteri Paskah.
- Relevansinya Bagi Kehidupan Gereja di Masa Sekarang (Sebuah Refleksi)
Tahun Liturgi selalu ada dan dirayakan setiap tahun dalam Gereja. Gereja seperti dibawa masuk dan terlibat dalam tahun liturgi karena Kristus sendirilah yang melakukan karya penebusan manusia. Menurut hemat saya, tahun liturgi merupakan penataan berbagai aspek dari kehidupan Kristus, Sang Sabda kekal yang lahir dari Perawan Maria yang mengajari kita kebenaran, menyembuhkan yang sakit, menghibur yang berputus asa, yang disalibkan, wafat, dan bangkit, kemudian naik kesurga dan mengutus Roh Kudus kepada kita demi kehidupan Gereja.
Apakah Tahun Liturgi yang kita rayakan tiap tahun membantu kita untuk bertobat terus-menerus? Apakah tahun liturgi yang kita rayakan tiap tahun membantu kita untuk lebih mencintai Yesus? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini harus selalu direfleksikan agar kita semakin hari semakin bertumbuh dalam terang iman akan Kristus. Yesus masuk dalam sejarah waktu merupakan suatu anugerah terbesar dari Allah Bapa untuk kita dengan mengutus Putera-Nya yang terkasih. Dia yang adalah Tuhan rela masuk dalam sejarah waktu manusia agar kita lebih manusiawi. Yesus masuk dalam sejarah waktu, agar Dia mendidik kita untuk menjadi manusia yang baik, yang mampu bersyukur akan karya-karya Allah yang selalu ada dalam setiap tahun.
Allah adalah sumber kebaruan. Dia selalu memberikan kejutan-kejutan yang baru dalam hidup. Di dalam Gereja pun Allah selalu memberikan kejutan-kejutan baru. Kita patut bersyukur karena Allah selalu ada menemani kita, menemani Gereja kudus-Nya dari hari-kehari, dari bulan-kebulan, dari tahun ketahun. Karya penyelamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus harusnya menyadarkan kita betapa Allah sangat mencintai kita. Betapa dia selalu menarik kita kepada-Nya agar kita menjadi sempurna seperti Dia.
Gereja pun diajak untuk selalu mengarahkan pandangannya kepada Allah. Saya percaya bahwa Allah selalu hadir menemani perjalanan Gereja Kudus-Nya. Karena itu Gereja tidak perlu takut akan tantangan-tantangan, kesulitan-kesulitan, tetapi harus beroptimis bahwa Allah selalu menyertai Gereja-Nya. Gereja pun di panggil untuk mewartakan dan membuat manusia sepanjang zaman agar mengalami karya penebusan Kristus yang kita rayakan sepanjang tahun liturgi. Hendaknya perayaan-perayaan yang dilaksanakan oleh Gereja sebagai peringatan karya Kristus harus terus-menerus diulang dari tahun ketahun untuk mewujudkan funsi yang sesungguhnya karya pewartaan yang menghadirkan kembali misteri keselamatan Kristus.
III. Penutup
Pemikiran Robertus Manik dan Bosco da Cunha ini sangat baik untuk kita jadikan sebagai sarana untuk memahami dengan baik apa itu tahun liturgi. Keduanya menekankan bahwa Tahun Liturgi adalah perayaan Karya Penyelamatan kita dalam Kristus sepanjang Periode waktu satu tahun. Perayaan-perayaan yang dilakukan oleh Gereja sebagai peringatan karya Kristus harus terus-menerus diulang dari tahun ke tahun untuk mewujudkan fungsi yang sesungguhnya karya pewartaan yang menghadirkan kembali misteri keselamatan.
Daftar Kepustakaan:
Manik Robert. Diktat Liturgi.
_____________ Ritual, Maggid, Sebagai Model Berkatekese; Dalam pembaharuan Gereja Melalui Katekese, Seri Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang: STFT Widya Sasana, 2018.
Â
Da Cunha Bosco. Merayakan Karya Penyelamatan Dalam Kerangka Tahun Liturgi, Yogyakarta: Â Kanisius, 1992.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI