Mohon tunggu...
Oleh Solihin
Oleh Solihin Mohon Tunggu... profesional -

Menulis beberapa buku untuk remaja, di antaranya Jangan Jadi Bebek (2002); Jangan Nodai Cinta (2003); LOVING You Merit Yuk! (2005); Yes! I am MUSLIM (2007); Jomblo's Diary (2010) dan beberapa buku lainnya | Instruktur Menulis Kreatif di Rumah Gemilang Indonesia [www.rumahgemilang.com] dan Pesantren MEDIA [www.pesantrenmedia.com] | Sekadar berusaha memberikan sedikit pengalaman hidup melalui tulisan. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi siapapun. Boleh juga kunjungi blog saya: http://osolihin.net. | website kepenulisan yang saya kelola: [www.menuliskreatif.com]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menulis, Antara Idealisme dan Periuk Nasi

15 Januari 2014   20:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam ayat lain Allah Swt. menyampaikan firmanNya (yang artinya): “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS al-Baqarah [2]: 214)

Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah.” (HR Tirmidzi)

Dengan kedua ayat dan satu hadits ini, cukup rasanya bagi kita bahwa apa yang kita pilih pastinya akan ada ujiannya. Tak terkecuali dalam hal ini adalah keimanan yang kita pilih. Ini masuk ke ranah prinsip hidup sebagai muslim. Maka, ketika seorang mukmin diguncangkan dengan dengan kekurangan secara finansial, itulah ujian. Bersabar dan tidak mudah goyah untuk meninggalkan prinsip hidupnya. Ia tak akan menggerus idealisme dan keimanannya demi mendapatkan harta dan kekayaan agar terlepas dari kesulitan hidup. Maka, seorang penulis muslim yang mukmin, tak akan gentar meski aktivitas menulisnya tak dihargai dengan lebih banyak materi. Dia tak akan melunakkan isi tulisannya dan tak akan mengaburkan ide-ide Islam yang murni hanya demi mendapat simpati manusia dan berharap harta.

Dalam sebuah pertemuan antara penulis, penerbit dan toko buku, seorang penulis yang saya kagumi ide-idenya berkomentar bahwa, “Sebagai penulis saya ingin tulisan saya dibaca banyak orang. Ide saya sampai ke mereka. Meskipun bagi penerbit dan toko buku, karena mereka bisnis, akan memilih buku-buku yang menurutnya laku dijual di pasaran.”

Ini sebagai wujud ungkapan perasaan yang terdalam dari seorang penulis. Ia ingin agar buku-bukunya bisa diterbitkan meski mungkin isinya tak populer di kalangan pembaca awam. Karena misinya adalah dakwah. Sementara misi penerbitan dan toko buku berbeda. Mereka jualan. Meski pada akhirnya bisa dicarikan solusinya, dengan tidak mengorbankan idealisme sepenuhnya, misalnya dengan menulis tema-tema yang ringan tetapi masih ada pesan ideologisnya, tetapi rasanya memang belum optimal mempertahankan idealismenya. Tetapi itulah pilihan prinsip hidup. Idealisme harus dijaga dengan kuat, meski pada akhirnya ada yang dikorbankan, yakni tak terisi penuhnya periuk nasi.

Saya dan kawan-kawan saat mengelola majalah remaja (kini sudah ‘wafat’ medianya) pernah juga diberikan pilihan oleh seoarang calon investor: akan diberikan kucuran dana, tetapi syaratnya isi majalahnya harus menyuarakan kampanye salah seorang kandidat bupati di salah satu daerah. Mereka berkepentingan menjaring suara pemilih pemula yang membaca majalah remaja kami. Dari kucuran dana yang ditawarkan—jika mau—cukup akan memberikan majalah tersebut terbit sebulan sekali dan hidup setidaknya 5 tahun ke depan dengan tanpa perlu susah payah mencari iklan. Apa yang dilakukan saat itu? Bukan sombong, kami menolaknya. Secara kasarnya, lebih baik sengsara ketimbang bergelimang harta tetapi mengorbankan idealisme dan keimanan kami.

Tetap mencari solusi terbaik

Alhamdulillah, ikhtiar saya dan kawan mendapat banyak dukungan dari kaum muslimin secara umum. Inilah kontribusi nyata yang bisa kami berikan untuk mendukung tersebarnya dakwah Islam, khususnya di kalangan remaja. Bagi seorang mukmin, harus siap dan tegar hadapi berbagai kondisi. Meski demikian tentu saja tetap mencari solusi terbaik. Menulis misalnya, jika masih ada ide yang bisa diproduksi tanpa harus mengorbankan idealisme, teruslah menulis. Meskipun yang ditulisnya sebatas motivasi atau tips-tips jalani hidup. Tetapi agar terasa hangatnya mabda Islam, pembaca bisa digiring kepada pemahaman bahwa Islam harus diperjuangkan dan ditegakkan agar motivasi dan tips-tips jalani hidup lebih ideologis. Bukan semata kebutuhan, tetapi memang kewajiban.

Untuk satu alasan ini pula, saya dan kawan-kawan insya Allah bersikukuh menerbitkan buletin remaja gaulislam, dan digratiskan. Tentu saja bukan karena saya dan kawan-kawan di manajemen gaulislam sudah kelebihan dana, tetapi kami ingin memberikan kontribusi nyata. Alhamdulillah, ikhtiar saya dan kawan mendapat banyak dukungan dari kaum muslimin secara umum. Inilah kontribusi nyata yang bisa kami berikan untuk mendukung tersebarnya dakwah Islam, khususnya di kalangan remaja. Maka, mengalirlah para donatur yang mau menafkahkan hartanya di jalan dakwah. Buletin gaulislam diberikan secara gratis. Bagi sekolah di luar daerah Bogor, hanya dikenakan biaya ongkos kirim saja. Tetapi jika sekalian mau memberikan infak juga tidak akan kami tolak.

Keputusan menerbitkan buletin gaulislam dan mendistribusikannya secara gratis insya Allah adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Kami tidak ingin membebani pihak sekolah dan para siswa dengan segala pungutan. Semoga saja dengan digratiskannya buletin gaulislam akan lebih banyak remaja yang mengenal Islam dengan benar dan baik. Tidak itu saja, edisi onlinenya juga kami berikan cuma-cuma alias bisa diunduh bebas di website resminya [www.gaulislam.com]. Untuk menambah daya jangkau kami juga bekerjasama dengan 2 radio di kota Bogor untuk menyiarkan talkshow, konsultasi dan bedah buletin setiap pekannya. Alhamdulillah, perkembangan terbaru, kami di manajemen gaulislam mengeluarkan fasilitas streaming (siaran online) agar suara dakwah gaulislam bisa didengar hingga ke mancanegara. Anda bisa mengunjungi di [live.gaulislam.com]. Insya Allah ini salah satu contoh solusi terbaik dari ikhtiar kami menjaga idealisme, dan mohon doa serta dukungan dari berbagai pihak agar ‘proyek’ dakwah ini berjalan lancar. Kepada Allah Ta’ala jualah kita menyerahkan semua urusan kita. Allah Swt. adalah sebaik-baik penolong.

Menutup tulisan ini, saya ingin mengingatkan kita (terutama bagi saya) bahwa Islam adalah jalan hidup yang harus kita pilih. Dan, dakwah adalah jalan cinta para pejuang Islam. Menulis, adalah bagian dari media penyampaian pesan yang bisa dikemas dengan lebih baik dari waktu ke waktu dan dipadukan dengan banyak media penyampai pesan lainnya, sehingga kekuatannya dalam menggalang opini bisa dimaksimalkan. Selain itu, kita harus meyakinkan diri dan memastikan bahwa idealisme (terutama keimanan) kita tak tergerus apalagi digadaikan demi terpenuhinya periuk nasi kita. Itu sebabnya, kita mulai luruskan niat, maksimalkan ikhtiar dan biarlah Allah Swt. menyempurnakan upaya kita. Insya Allah keberhasilan akan kita raih tanpa harus mengorbankan idealisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun