Mohon tunggu...
Daniel Oslanto
Daniel Oslanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Rasanya lebih sulit berganti klub kesayangan ketimbang berganti pasangan (Anekdot Sepakbola Eropa) - 190314

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Quo Vadis Timnas U-19

21 Maret 2014   16:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:40 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas U-19 belum pernah bermain di luar Indonesia membuat mentalitas mereka dipertanyakan sebagian pengamat (Credit: Solopos)

Kolom Daniel Oslanto

Quo Vadis Timnas U-19 ?

Kamis pagi kemarin, saya berpikir mengenai apa topik yang akan saya bahas pada Kolom saya. Tak lama kemudian saya teringat akan seorang teman yang begitu mengidolakan Evan Dimas dkk. Sebagai salah satu pecinta sepakbola dalam negeri, saya pribadi cukup takjub dengan penampilan yang ditunjukkan oleh anak asuh Indra Sjafri, terlebih saya pertama kali menyaksikan mereka bukan di ajang AFF, tapi saat menghadapi Korea Selatan di ajang kualifikasi Piala Asia U-19yang akan digelar di Myanmar. Secara permainan, Maldini Pali dan rekan-rekannya bermain sangat padu. Sentuhan bola-bola pendek yang menawan, dan diselingi dengan beberapa aksi individual pemain-pemain marquee seperti Evan Dimas menjadi daya tarik pasukan Garuda Muda.

Menarik untuk membahas pasukan muda ini. Dimulai dari kisah sang pelatih, Indra Sjafri “blusukan” mencari bakat-bakat muda ke seluruh pelosok negeri, Sjafri akhirnya menemukan beberapa pemain bertalenta bagus yang dipersiapkan menghadapi Turnamen AFF U-19. Di laga final, Timnas muda ini berhasil mengalahkan Vitenam melalui adu penalti. Tak berhenti sampai disana, Timnas U-19 juga berhasil mengalahkan beberapa rivalnya, termasuk tim kuat Korea Selatan, sebelum akhirnya memastikan satu tiket bermain di Piala Asia U-19. Sepanjang persiapannya menuju Turnamen utama ini, Timnas melakukan pertandingan persahabatan melawan tim- tim lokal, atau yang lebih akrab disebut dengan Tur Nusantara. Sejauh mengikuti berbagai pertandingan melawan tim lokal, Timnas U-19 menciptakan sebuah catatan ciamik, belum pernah terkalahkan. Well, seharusnya catatan ini bisa menjadi gambaran kekuatan Timnas U-19, namun bilamana harus jujur, benarkah catatan ini efektif?

Saya terkejut mendengar Timnas U-19 menghadapi beberapa Tim yang berstatus peserta Liga Super Indonesia, seperti Mitra Kukar dan Persebaya. Terlebih bila mendengar kabar mereka tidak kalah melawan tim tersebut. Namun, dahi saya mengernyit setelah mengetahui bahwa lawan mereka adalah tim muda Klub Liga Super Indonesia itu. Sebagai regulasi yang dijalankan sejak beberapa tahun lalu, pihak penyelenggara Liga Super Indonesia sudah membuat kompetisi Liga Indonesia U-21 yang diperuntukkan para pemain muda klub-klub profesional. Dekandensi rasa kagum pun terjadi menjadi sebuah kewajaran. Timnas U-19 dan lawannya memiliki usia yang hampir sama, dan mereka adalah sekumpulan pemain muda terbaik yang ada di negeri ini. Jadi terasa sangat wajar bila mereka unggul atau tidak terkalahkan dalam laga tersebut. Selama menjalani Tur Nusantara, timnas menghadapi sekelompok anak yang masih seumuran mereka, jadi amatlah wajar Timnas urung bisa dikalahkan.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Evan Dimas Menghadapi Lawan seumuran dengan kelas berbeda (credit: blogger)"][/caption]

Sikap optimis bahwa Garuda muda akan diperhitungkan di ajang Piala Asia U-19 berubah berkurang menuju titik skeptis bahwa lolos ke babak utama sudah cukup membanggakan. Meski Timnas rutin menggelar laga selama Tur Nusantara, namun kekuatan Evan Dimas dan kawan-kawan belum benar-benar teruji melawan tim yang tangguh. Sementara itu, timnas negara tetangga seperti Singapura dan Myanmar sudah melakukan ujicoba bersama tim luar negeri yang tentunya jauh lebih kompetitif, untuk menakar kekuatan mereka. Kondisi ini diperburuk dengan beberapa penampilan Timnas yang jauh dibawah ekpektasi. Kegemaran Indra Sjafri untuk membongkar pasang timnya selama Tur Nusantara memperlihatkan beberapa kelemahan elementer dalam tubuh anak asuhnya. Beberapa pemain cadangan terlihat belum klop dengan pemain yang langganan starting eleven. Terlebih, Timnas U-19 cukup ketergantungan pada peran Evan Dimas, yang begitu sentral di lini tengah. Evan Dimas, sang Skipper timnas bukan hanya sekedar menjadi pemimpin di lapangan, tapi juga memperlihatkan determinasinya dalam pertandingan. Evan sering menjadi pemecah kebuntuan Timnas, dan bila Evan tidak diaminkan, pola permainan Timnas sedikit goyah. Ini menjadi salah satu pe-er bagi sang coach, Indra untuk mengembangkan permainan anak asuhnya dengan dan tanpa sang Kapten.

Mentalitas dan Masa Depan

Menilik bahwa Piala Asia akan digelar di Myanmar, sangat menarik tentunya melihat bagaimana Paulo Sitanggang dkk menghadapi atmosfer pertandingan yang berbeda, dimana penonton tidak akan meneriakkan nama mereka. Curriculum Vitae tim Garuda Muda ini memang belum pernah memainkan laga di luar Indonesia. Pagelaran AFF U-19 di gelar di Indonesia, demikian halnya dengan kualifikasi Piala Asia U-19.

Menilik fakta belum pernahnya Timnas menghadapi tim lain di luar “Indonesia”, tak heran sebagian pengamat tetap skeptis dengan kemampuan timnas, meskipun pola bermain dan kekompakan antar pemain semakin padu dari hari ke hari. Evan Dimas akan menghadapi sebuah atmosfer berbeda, tekanan yang berbeda saat memainkan lagi di hadapan suporter lawan. Tentunya mentalitas menjadi sesuatu yang sangat menentukan di laga-laga seperti ini. Untuk menakar secara objektif kekuatan timnas, bisa dimulai dari berbagai laga persahabatan yang akan dilakukan di luar negeri kelak.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Timnas U-19 belum pernah bermain di luar Indonesia membuat mentalitas mereka dipertanyakan sebagian pengamat (Credit: Solopos)"]

Timnas U-19 belum pernah bermain di luar Indonesia membuat mentalitas mereka dipertanyakan sebagian pengamat (Credit: Solopos)
Timnas U-19 belum pernah bermain di luar Indonesia membuat mentalitas mereka dipertanyakan sebagian pengamat (Credit: Solopos)
[/caption]

Namun, persoalan yang lebih mengganjal adalah status para penggawa Garuda Muda. Sehabis pagelaran Piala Asia U-19, para pemain muda hampir dipastikan tercerai berai. Bisa dilihat dari gelagat para klub profesional Indonesia yang sudah memantau para pemain Timnas untuk menambah daftar kekuatan mereka untuk mengarungi kompetisi sepakbola Indonesia. Indra Sjafri tidak akan mampu menahan anak asuhnya untuk bertahan dalam lingkungan timnas lagi. Dan bila hal itu terjadi, bukankah kita akan menyaksikan sebuah siklus materi timnas senior kelak yang kualitasnya “itu-itu saja” kelak?

Quo Vadis Timnas U-19? Pagelaran Piala Asia U-19 adalah sebuah tiket yang sangat menentukan masa depan para pasukan Garuda Muda. Bila mengantongi tiket semifinal, berarti Timnas akan berhak tampil di Piala Dunia U-20 tahun depan. Kompetisi ini telah melahirkan pemain-pemain terbaik di dunia, mulai dari Cristiano Ronaldo hingga Lionel Messi. Sudah dipastikan puluhan ribu scout dari berbagai klub di seluruh dunia datang memantau para bakat-bakat muda, yang akan memperbesar kesempatan para penggawa timnas bermain di kompetisi yang lebih kompetitif ketimbang di Indonesia.

Mau dibawa kemana Timnas U-19? Quo Vadis Timnas? Semuanya akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan. Wish nothing but the best for Young Garuda.

-Daniel Oslanto-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun