Mohon tunggu...
Nickname Osiris
Nickname Osiris Mohon Tunggu... -

tak ada lagi zenith,yg tersisa hanya nadir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Sang Bulan

23 Februari 2012   17:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:16 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita ini bermula ketika ku menyapa sang bulan,kalian tau sang bulan?ya,dia sosok yg menyinari gelap nya malam,sosok yg menjadi indah karena keperkasaan cahaya sang matahari yg di biaskan sang bulan ke bumi,jgn heran pada saat kau memandangi sang bulan,kau seakan melihat keperkasaan sang matahari di balik kelembutan dan keteduhan sinar sang bulan .


Mungkin di antara kalian ada yg bertanya,siapa aku?
Kalian menyangka aq adalah sang bumi,?tidak,kalian salah,aku bukan lah sang bumi yg perkasa,aku hanya lah seekor katak  rawa,katak yg umur nya tidak lebih dari satu setengah tahun setelah beranjak dewasa.
Ya,itu lah aku,hanya seekor katak rawa yg mencoba menyapa sang bulan.aku masih ingat saat saat itu,saat itu aku beranjak dewasa,saat aku menikmati suasana musim kemarau pertama dalam hidup ku,langit malam selalu cerah,aku sangat terpesona melihat kecantikan dan kelembutan cahaya sang bulan.tak bosan2 nya ku memperhatikan sang bulan,sampai akhir nya timbul beberapa pertanyaan di  otak ku….
Mengapa kau seakan diam dalam orbit mu,
Seakan hanya terpaku pada horizon tempat kau akan terbenam nanti,,
Seakan tak peduli pada bintang bintang yg mengelilingi mu,
Beberapa malam ku lewati dgn mengagumi sang bulan,hanya mengagumi,tanpa bertanya mengapa sang bulan hanya diam.mungkin kalian kira aku “si katak rawa” tak berani bertanya?salah,kalian sangat salah,semua makhluk hidup mempunyai batas kesabaran,begitu jga aku,aku juga mempunyai batas kesabaran dalam menghadapi rasa penasaran ku.
Malam itu malam ke 15,ya aku tidak mungkin lupa,saat itu aku berdiri di sebuah bukit yg berada di tengah rawa,bukit bagi ku,bukan bukit bagi kalian.ingin ku berdiri dgn gagah berani,tapi aku sadar,tak ada hal yg bisa di banggakan dari diriku,seekor katak rawa…..aku berdiri,berdiri sebagai mana seharus nya katak rawa berdiri.ku hela nafas,dan dengan setengah berteriak ku berkata…
“hy sang bulan,mengapa kau selalu diam?”
Taukah kalian betapa merasa bodoh nya diriku saat itu.pertanyaan dgn kata kata indah yg sudah kurangkai di dalalam hati,tak bisa keluar dari mulut ku,hanya kata kata singkat itu yg bisa keluar dari mulut ku.
Tiba tiba  sang bulan menoleh ke bawah,kearah ku.sekilas ku merasa ada kesedihan di raut wajah nya,kesedihan yg telah lama tersimpan.dia berbicara,ya,dia berbicara kepada ku….
“hy sang katak,aku diam karena aku tak punya teman ngobrol”
Saat itu lah aku merasa benar benar di hargai.bagaimana tidak,aku di panggil dgn awalan “SANG”.kata “SANG” di pakai untuk memanggil  sesuatu yg derajatnya tinggi,sedang kan aku,hanya seekor katak yg mungkin tak pantas di panggil dengan kata “SANG”.
“Mengapa kau tak  bercanda ria dgn rasi rasi bintang yg mengelilingimu wahai sang bulan?”ucap ku menyambung obrolan.
“dulu…dulu sekali..pernah ku mencoba menyambung kata dengan sang bintang,tau kah kau wahai sang katak?,kata kata mereka begitu indah.sayang..kata kata indah itu hanya untuk menyombong kan kerlap kerlip cahaya mereka,salah kah aku menjauh dari mereka wahai sang katak??”
“kau tak salah wahai sang bulan….tak ada apapun yg mau mendengar kesombongan setiap hari,selama hidup nya….mengapa kau tak membalas nya dengan menceritakan tentang keindahan dirimu?”
“kalau saja seperti itu,apa bedanya aku dgn mereka?ayahanda ku,sang matahari tak pernah mengajarkan ku untuk menyombongkan diri seperti mereka wahai sang katak,”


“sungguh bijak sana dan perkasa  ayahanda mu wahai sang bulan,tak heran jika ku melihat keperkasaan dan kebijaksanaan sang matahari di balik keindahan mu”
Begitulah perbincangan ku dengan sang bulan, perbincangan itu terus berlanjut….terus berlanjut sampai malam malam berikut nya.betapa bahagianya aku bisa menjadi teman  dari suatu hal yg sangat kukagumi.
Hari pun berganti bulan,perlahan lahan kulihat senyuman di wajah sang bulan,mungkin itu bukan karena gurauan sang katak rawa,mungkin karena hal hal yg lebih berharga di alam semesta.asal kalian tau,aku tak ambil pusing apa hal yg membuat nya tersenyum.yg penting senyum itu kulihat di raut wajah nya.
Hari hari pun mendekati penghujung musim panas,saat itu lah sang bulan tiba tiba bertanya…..
“Wahai sang katak,mengapa kau tak pernah membicarakan keluh kesah mu kepada ku?
Apakah sebegitu bahagiakah hidup mu disana?”
“wahai sang bulan,tak ada hal yg perlu di ceritakan dari masalah masalah sang katak..anggap saja cerita itu tak ada,anggap saja hanya mitos belaka,seperti hal nya legenda,hanya satu-dua orang yg tahu kebenaran nya,,anggap saja tabu untuk di ceritakan,anggap saja semua berawal dari baik,baik,dan baik-baik saja,anggap saja tak ada apa apa dan tak berarti apa apa....”
Tak ada kata untuk menyanggah jawaban ku,hanya sebuah senyuman.senyuman yg membuat ku tambah mengagumi nya.senyuman  yg berlanjut dengan obrolan sepanjang malam musim panas  yg indah.
***
Tiba tiba ku tersentak dari lamunan ku,lamunan tentang malam malam ku mengagumi sang bulan.sudah beberapa hari ku tidak bisa mengagumi keindahan sang bulan.sudah beberapa hari indah nya Sang bulan di tutupi pekat nya awan mendung,mungkin akan berlangsung lama,karen musim hujan telah datang.ingin rasa nya ku memarahi sang awan,tapi aku sadar,aku hanya seekor katak.bagaimanapun,tak ada hak seekor katak marah terhadap sang awan yg membawa berkah.
Tiba tiba hujan turun dgn lebat nya,semua katak bersorak gembira,kecuali aku.mungkin hanya aku,katak di rawa ini yg tidak bahagia saat hujan turun.aku menatap langit.ku yakin kau masih tersenyum di balik awan pekat.saat ku mulai terhanyut dalam lamunanku berbicara dgn sang bulan,saat itu lah ku menyadari,seperti ada 2 buah pisau belati yg menusuk punggung ku,seperti ada rantai besar membelit ku.aku tahu,sebentar lagi aku akan masuk ke dalam perut sang ular yg sangat ganas.saat kesadaran ku mulai hilang..saat itu lah ku ingin kau tau,aku tidak mengharap kan kau mengenang ku,aku hanya berharap kau akan selalu tersenyum……… :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun