Mohon tunggu...
Maria Ulfa
Maria Ulfa Mohon Tunggu... Dosen -

oshienrazak@blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kepribadian dan Kepuasan Hidup Lanjut Usia

13 Agustus 2014   19:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:39 2430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao



6)Kemandirian

Yaitu kemampuan membuat keputusan sendiri dan mandiri, mampu untuk bertahan terhadap tekanan sosial dengan berfikir dan bertindak melalui cara tertentu, serta mampu untuk mengatur tingkah laku dan mengevaluasi diri dengan standar pribadi. Memiliki penguasaan dan kemampuan mengatur lingkungan, mengontrol dan menyusun sejumlah aktifitas eksternal, mampu untuk membuat efektif setiap kesempatan.



7)Peran dalam Masyarakat

Yaitu adanya pengakuan dari masyarakat terhadap orang lanjut usia dalam aktifitas dan kehidupan sehari – hari.



Interaksi Sosial di Lingkungan Luar Keluarga


  • Konsep Interaksi Sosial di Lingkungan Luar Keluarga

Interaksi sosial merupakan hubungan interpesonal yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan menggunakan tindakan verbal maupun non verbal. Interaksi sosial menjadi faktor utama dan terpenting didalam hubungan antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi. Dengan kata lain, interaksi sosial merupakan kunci utama dari semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Interaksi sosial merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia. Setiap individu pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk bermasyarakat. Ini berarti bahwa manusia terdorong untuk melakukan pergaulan. Pergaulan yang diperoleh dalam berinteraksi tersebut akan mempunyai dampak dalam perubahan tingkah laku, gagasan bahkan memberi corak pada kepribadiannya. Seperti dikemukakan oleh Holander bahwa segala kemampuan individu dalam menghadapi, memutuskan, maupun mengontrol tingkah laku, banyak tergantung dari bagaimana cara individu mengadakan hubungan dengan teman atau orang lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan seseorang berinteraksi sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup bermasyarakat untuk mengembangkan pribadi dan untuk meredakan ketegangan – ketegangan dalam dirinya.



Manusia sebagai makhluk individualis, hidup dalam dan dengan kelompok sosial. Kelompok manusia itu merupakan gejala universal. Manusia tidak mungkin hidup tanpa kelompok, justru kelompok sosiallah yang menjadikan manusia dapat tumbuh dan berkembang sebagai wajarnya. Sherif menggolongkan kelompok sosial sebagai berikut:



a)Kelompok Primer

Dalam kelompok primer itu terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan lebih erat antara anggotanya karena anggota–anggotanya sering berhadapan muka satu dengan yang lain dan saling mengenal dari dekat. Lebih bersifat kekeluargaan, tidak berdasarkan pamrih, memungkinkan untuk berkembangnya sifat–sifat sosialnya antara lain : mengindahkan norma–norma, melepaskan kepentingan dirinya demi kepentingan kelompok sosialnya dan belajar bekerja sama. Yang termasuk dalam kelompok primer : keluarga, rukun tetangga, kelompok agama, kelompok belajar dan sebagainya.



b)Kelompok Sekunder

Interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tidak langsung, berjauhan dan formil, kurang bersifat kekeluargaan, bersifat rasional untuk mencapai satu tujuan tertentu dalam masyarakat serta memperhitungkan untung ruginya, sebagai contoh adalah : Partai politik, perhimpunan serikat kerja dan sejenisnya.

Hubungan Antara Interaksi Sosial di Lingkungan Luar Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia

Masa usia lanjut, bagi individu yang berusia 60 tahun keatas, merupakan suatu proses perkembangan alamiah yang terjadi pada siklus kehidupan manusia. Makin bertambah usia seseorang menyebabkan terjadinya peningkatan fungsi–fungsi fisik, sosial maupun psikis yang bila mencapai puncak perkembangan akan mengalami penurunan dan perubahan yang mengarah pada kemunduran.

Kebahagiaan atau disebut juga kepuasan hidup dibutuhkan dalam rentang kehidupan manusia. Kepuasan hidup merupakan suatu kondisi yang bersifat khas pada orang yang mempunyai semangat hidup dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dalam diri maupun kondisi perubahan lingkungan. Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi mempengaruhi kepuasan hidup yaitu kesehatan, daya tarik fisik, tingkat otonomi, kesempatan interaksi sosial di luar keluarga, jenis pekerjaan, status kerja, kondisi kehidupan, pemilikan harta benda, keseimbangan antara harapan dan pencapaian, penyesuaian emosional, sikap terhadap periode usia tertentu, realisme dari konsep diri dan realisme dari konsep peran.

Salah satu faktor yang diambil untuk penelitian ini adalah interaksi dengan lingkungan luar keluarga karena interaksi seseorang tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja, tetapi denagn adanya pola kehidupan yang memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang – orang di lingkungan luar keluarga pun juga akan memperbesar kepuasan hidup seseorang.

Di Indonesia pada dewasa ini telah terjadi perubahan keadaan dalam hidup orangtua. Kalau semula anak–anak lama tinggal bersama orangtua, maka sekarang berkumpulnya anak dengan orangtua menjadi semakin langka, hal ini disebabkan karena mobilitasyang tinggi, seperti: anak sekolah di kota lain, orang tua yang sudah lanjut usia sering ditinggal pergi anak–anak mereka karena bekerja. Keadaan tersebut menimbulkan kebutuhan akan alternatif lain untuk melakukan hubungan sosial yang tidak hanya terbatas di lingkungan keluarga saja, karena dengan semakin terisolir dari kegiatan sosial atau hubungannya dengan lingkungan sosial maka semakin tidak berkembang dan kecil kesempatan lansia untuk tetap mempertahankan aktualisasinya. Sebagai akibatnya, mereka akan menjadi merasa bosan pada orang lain yang akhirnya dapat mempengaruhi interaksi sosialnya.

Manusia tidak dapat lepas dari masyarakat karena manusia diciptakan sebagai makhluk sosial dimana dalam kehidupan sehari–hari manusia selalu bertemu, saling berkomunikasi, saling berinteraksi satu sama lain. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama karena interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial. Interaksi sosial dapat menyebabkan seseorang mejadi dekat dan meresakan kebersamaan atau sebaliknya dapat menyebabkan seseorang menjadi jauh dan tersisih dari suatu hubungan interpersonal. Interaksi sosial tidak saja terjadi dengan anggota keluarga, tetapi juga meliputi lingkup sosial yang lebih luas seperti masyarakat, teman–teman seusia baik sesama jenis maupun berbeda jenis kelamin.

Interaksi sosial dibutuhkan untuk merealisasikan potensi yang ada atau mengembangkan pribadi seseorang. Begitu juga interaksi sosial bagi lansia, interaksi sosial juga akan mendasari untuk memperoleh kepuasan hidup, sehingga dalam diri seorang lansia mampu menerima diri menjadi seorang lansia dengan perubahan–perubahan yang dialami, memiliki penguasaan lingkungan, kemandirian, berperan dalam masyarakat serta memiliki keinginan merealisasikan potensi. Seperti diungkapkan dalam teori aktivitas semakin orang-orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Salah satu aspek yang mendukung munculnya kepuasan hidup adalah adanya kondisi kehidupan yang sejahtera.

Jika orang merasa kondisi kehidupannya baik dan menyenangkan maka cenderung mengalami kepuasan hidup. Hal tersebut dapat berupa benda, peristiwa dan perasaan, dimana ketiganya dapat diperoleh melalui komunikasi. Karena di dalam komunikasi meliputi penyampaian opini, informasi, ide, pengetahuan, perasaan, sikap dan perbuatan kepada sesamanya yang tujuan utamanya adalah menciptakan pengertian bersama dengan maksud untuk mengubah pikiran, perilaku dan sikap sosial yang menuju ke arah yang lebih positif.

CONTOH KASUS KEPRIBADIAN DAN KEPUASAN HIDUP LANJUT USIA

Memahami Post-Power Syndrome pada Orang yang Dicintai

Rudi, pemuda gagah berusia 23 tahun semakin hari semakin sebal saja melihat tingkah ayahnya. Bayangkan saja, siapa yang tidak sebal bila memiliki ayah yang sudah pensiun dan menganggur, tetapi bila berbicara selalu yang muluk-muluk. Ayahnya tak henti-hentinya bercerita tentang betapa hebatnya dia dulu ketika menjabat direktur utama dari sebuah perusahaan garmen di Surabaya. Seakan-akan dia tidak pernah sadar, bahwa cerita yang selalu diulang-ulangnya sudah puluhan kali keluar masuk telinga Rudi. Bila ditegur, ayahnya tidak bisa menerima dan menganggap Rudi belum berpengalaman atau masih bau kencur.

Bila teman-teman Rudi main ke rumah, ayahnya selalu memberikan "kuliah" kepada teman-temannya supaya mereka mencontoh apa yang sudah dikerjakan ayahnya. Bahkan bukan hanya di rumah, di lingkungan tetanggapun, ayah Rudi dikenal sebagai "pengobral" cerita masa lalu yang sudah usang. Akibatnya, bukan hanya Rudi saja yang jengkel, tetapi tetangganya yang sudah bosan mendengar cerita ayahnya juga langsung menyingkir begitu melihat ayah Rudi datang.

Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi kepada ayah Rudi, beliau mengalami post-power syndrome. Beliau selalu ingin mengungkapkan betapa beliau begitu bangga akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa (menurutnya).

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post-power syndrome. Pensiun dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi yang signifikan kepada perusahaan, post-power syndrom akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain, post-power syndrom yang menyerangnya akan semakin parah.

Kejadian traumatik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya post-power syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak mampu menerima keadaan yang dialaminya, dia akan mengalami post-power syndrome. Dan jika terus berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan dideritanya.

Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.

Beberapa kasus post-power syndrome yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.

Penanganan

Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Misalnya seorang manajer yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang dirintisnya (agrobisnis misalnya), ia akan terhindar dari resiko terserang post-power syndrome. Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-power syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun