Mohon tunggu...
Yosep Mau
Yosep Mau Mohon Tunggu... Penulis - Debeo Amare

Hic et Nunc

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Buah Pemikiran Niccolo Machiaveli, dkk

7 Desember 2020   16:57 Diperbarui: 7 Desember 2020   17:00 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segala perubahan membutuhkan penyesuaian kembali. Manakala sistem lama yang dibongkar berurat berakar sedemikian dalam, perubahan menghasilkan krisis-krisis yang serius (F.Budi Hardiman, Filasaf Moderen:2004). Pernyataan Budi Hardiman seperti membuka luka lama dari ilmu pengetahuan abad pertengahan dan memicu luka baru diabad moderen. Manusia memamang ingin merasakan suatu keadaan baru, tak perlu harus nunut pada keadaan dan aturan-aturan lama yang mengisolasi diri untuk bebas berekspresi.

Peristiwa abad pertengahan memberikan ruang yang serba spiritualistis dan metafisis. Walaupun arah pemikiran mereka dapat mengacu kepada dunia masa kini, namun berat untuk dibuktikan secara empiris. Maka dari itu munculah para pemikir baru, Machiaveli, Giordano Bruno dan Francis Bacon.

Pada prinsipnya ada tiga pilar yang menjadi fondasi dasar dalam menentukkan suatu perubahan sosial. Ketiga pilar ini disampaikan oleh tiga tokoh idealis sebagai bentuk kritik pada sistem kekuasaan masa itu. Mereka adalah Nicollo Maciaveli, dengan dasar pemikiran bertitik tolak pada pola legitimasi kekuasaan. Secara khusus pada sistem pemerintahan atau otoritas Gereja terhadap masyarakat sipil. Giordano Bruno, bertolak dari kemapanan ajaran-ajaran religius  dalam hal ini terkait dogma-dogma yang berpengaruh terhadap kehidupan politik, dan Francis Bacon memberi pengaruh dengan menghantam prasangka-pransangka alam pemikiran tradisional. Tiga pilar dari masing-masing tokoh ini menjadi pengaruh bagi masyarakat luas.

Adapun beberapa pemikiran dari Giordano Bruno yang menjadi ekstrimisme pada masa itu di mana menjadi persoalan mendasar antara pemikirannya dengan Gereja dan beberapa filsuf klasik seperti Aristoteles dan Plato, termasuk Thomas Aquinas sebagai filsuf sekaligus Teolog dari abad pertengahan.

Berikut merupakan beberapa argumen dari Giordano Bruno melawan Aristoteles. Albertino sebagai Aristotelian mengatakan bahwa dunia ini satu dan ada Causa Prima yang menghasilkan alam semesta ini dan penyebab itu tidak termasukk dalam ciptaannya. Namun, Filoteofilo (G.Bruno), melawan argumen Albertino dengan mengatakan bahwa adanya causa prima di luar semesta ini sulit diterima. 

Bagi Filoteofilo yang ada adalah semesta tak terbatas dan dalam semesta itu bumi tidak berbeda dari planet-planet lain, maka sulit dibayangkan bahwa bumi menjadi pusat semesta. Planet-planet termasuk bumi bergerak dengan kekuatan sendiri.

Selain pandangan di atas, dalam filsafat G.Bruno secara khusus pada Panteisme Moderat, terdapat pencampuran antara astronomi, metafisika dan teologi. Pandangan astronomi dilanjutkan dengan refleksi metafisis dan teologis. Dia menjelaskan bahwa semesta ini tak terbatas seperti juga Allah. akan tetapi kita tidak dapat menyamakan alam semesta dengan Allah. Dia membedakan dua manifestasi  Allah. natura naturans (Allah sebagai penyebab pencipta) dan natura naturata (alam semesta sebagai akibat penciptaan).

G.Bruno tentu tidak berbeda jauh dengan Sir Francis Bacon. Pemikiran F. Bacon, lebih terarah pada kepercayaan akan ilmu pengetahuan yang tidak terlepas dari masa Renaisans. Ia dapat dikatakan meninggalkan pemikiran tradisional tetapi masih dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles. Bacon juga memiliki anggapan bahwa manusia sebagai ukuran bagi segalanya. Dia tidak menyangkal adanya Allah. tetapi menekankan bahwa manusia harus berusaha sendiri dalam memecahkan masalah-masalah hidupnya. Sebab ilmu pengetahuan dan bukan agama yang menyelesaikan masalah-masalah manusia.

Sebagai seorang intelektual dengan memahami ketiga pemikiran di atas, dapat ditarik hubungan timbal balik antara pola pikir masa lalu dan saat ini. Ada satu hal mendasar yang kerap terjadi dan selalu sama baik di masa lalu maupun saat ini yaitu ekstremisme agama. Agama selalu menjadi polemik dalam suatu negara. 

Mengapa? Karena Tuhan yang diinstitusikan oleh manusia berusaha untuk menguasai negara demi kepentingan sekelompok manusia. Pemikiran-pemikiran ini yang harus dihilangkan pada zaman ini. Sehingga keterbukaan terhadap dunia pengetahuan dapat berkembang dan tidak lagi ada persoalan-persoalan yang solusinya berdasarkan agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun