Sejujurnya, Ibu saya bukan seorang serjana atau lulusan Sekolah Rakyat (SR) pada zaman jepang sebelum berubah menjadi Sekolah Dasar (SD) dia hanyalah seorang anak guru yang pernah mendapat pendidikan tetapi tidak selesai karena harus menjaga ternak keluarga.Â
Singkat kata, Â Ibu..mantan si gembala sapi di dataran pulau Timor yang pertama memberikan bekal pengetahuan dan kesadaran untuk mencintai pendidikan. Dia tidak ingin anak-anaknya menjadi seperti dia. Oleh karena itu, Ibu mendorong saya untuk belajar dan belajar bahkan harus bertanggungjawab dengan kesempatan yang telah diberi dan itu saya terapkan dalam hidup saya.
Ketika saya mengenyam pendidikan sampai detik ini.., Ibu Sekolah Pertamaku selalu menjadi penasihat dan guru kebijaksanaan. Dari kesederhanaannya, dia mengerti kesulitan apa yang saya rasakan dan solusi terbaik dari setiap persoalan hidup yang saya alami.Â
Kerendahan hati, pembawaan diri, perjuangan, kejujuran dan tanggungjawab selalu ia tekankan, karena baginya ini adalah kunci untuk menjadi orang besar (sukses).Â
Pada akhirnya saya ingin mengatakan, terimakasih atas semua yang telah diberikan. "Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya, seperti itulah cinta seorang ibu untukku dan kita sekalian."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H