Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

OD-SK dan Renungan Laut

23 September 2024   08:48 Diperbarui: 24 September 2024   17:49 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama tahun 2024, beberapa kali saya mengikuti Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw menjelajah lautan di sekitar Sulut. Kedua pejabat tinggi Provinsi ini lebih dikenal sebagai dwitunggal dengan julukan OD-SK.

Menggunakan kapal bermuatkan sekitar 40 orang, kami singgah di beberapa pulau, seperti Pulau Gangga dan Bunaken. Juga singgah di pelabuhan Kalasey (Manado) dan Amurang, Minahasa Selatan.

Dalam perjalanan di lautan ini saya minta kepada Steven Kandouw (SK) untuk bercerita tentang pengalaman perjalanannya lewat laut dari pelabuhan Bitung (Sulut) ke Pelabuhan Tanjungpriok (Jakarta) pada buan Juni 2023 lalu. Perjalanan ini berlangsung empat hari tiga malam. 

Gagasan perjalanan laut  dengan kapal penumpang publik ini merupakan gagasan bersama OD-SK. Semula perjalanan ini akan dilakukan secara bersama dua pejabat itu (OD-SK). Tapi karena ada halangan, perjalanan sejumlah orang yang akan dipimpin Olly dibatalkan.

Perjalanan dilakukan oleh Steven Kandouw (SK) saja. Olly sendiri pernah bercerita pada saya, bahwa dia pernah naik kapal penumpang umum  dari Bitung ke Jakarta tahun 1979 dengan membeli tiket Rp 30 ribu. Olly juga sering menggunakan motor laut dan dikejar-kejar ikan hiu di sekitar Pulau Lembeh, Bitung, Sulut.

Wagub Sulut Steven Kandouw di antara penumpang kapal
Wagub Sulut Steven Kandouw di antara penumpang kapal "Doloronda" dalam pelayaran dari Pelabuhan Bitung (Sulut) ke Tanjungpriok (JKT) pada Juni 2023/Dok. Pribadi

Perjalanan mengarungi lautan selama beberapa hari yang dilakukan oleh SK sebagai seorang pejabat ini bagi saya merupakan titik penting untuk direnungkan. Atau kalau perlu, perjalanan ini  menjadi bahan meditasi atau kontemplasi bagi banyak pejabat di Indonesia.

Perjalanan laut ini menggunakan kapal penumpang umum atau kendaraan umum di lautan. Pejabat pemerintah negeri yang berlatar belakang dari TNI Angkatan Laut (AL) atau yang pernah bekerja di kapal-kapal publik mungkin setuju bila perjalanan laut seperti itu perlu untuk direnungkan sebagai bahan evaluasi banyak pejabat di negeri yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan, bahari.

Untuk menghayati laut kita perlu untuk pernah mengalami mabuk laut. Berhari-hari berada di kapal sebagai kendaraan umum. Ini untuk mengingatkan kita pada seruan seseorang yang berbunyi seperti berikut. 

"Sudah lama kita memunggungi laut, danau dan sungai. Kita perlu membuat kapal-kapal penumpang umum dan barang mondar-mandir Sabang-Merauke atau Miangas (Sulut)-Pulau Rote (Nusa Tenggara Timur/NTT). Kita harus menjadi poros maritim dunia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun