Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sandiaga Uno Lari sampai Puncak Bukit dan Terjun di Laut Likupang

10 September 2024   18:11 Diperbarui: 11 September 2024   14:07 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai pasir putih Teluk Likupang. (Foto dari kantor Deputi Bidang Pemasaran Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)

Sandiaga Uno memberi apresiasi tinggi pada Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan segenap jajarannya di pemerintahan provinsi maupun kabupaten dan kota yang aktif memajukan dunia wisata di provinsi tersebut. "Saya salut kepada Pak Olly," ujarnya.

Penjaringan wisata dari Sulut, kata Sandiaga, cukup signifikan, antara lain di Syanghai, Korea, Belanda, Jerman dan bahkan sampai New York. Seperti Sulut Expo di New York. 

"Untuk acara di New York saya antara lain mengatakan Manado ini sebagai salah satu pintu gerbang bagi turisme kelas dunia, setelah Bali, Jakarta dan Kepri (Kepulauan Riau)," ujar Sandiaga Uno.

Saya (penulis) tertarik pada Likupang bukan hanya karena "iming-iming" dari Ni Ayu Made Marthini yang pernah berdiri di atas puncak bukit di Teluk Pulisan, Likupang. 

Tapi nama Likupang di dunia internasioanl sudah menggema di bumi ini karena buku sejarah Nusantara (The Malay Archipelego) karya penjelajah dan ilmuwan terkenal asal Inggris, Alfred Russel Wallace, yang diterbitkan tahun 1869. Ia berada di Likupang setelah menjelajah ke Tomohon, Sulawesi Utara) bulan Agustus sampai September 1859.

Peneliti dan penulis tentang flora, fauna, dan budaya Nusantara ini terkenal dengan paparan teori tentang distribusi geografis spesies-spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan serta budaya masyarakat di Nusantara. Dengan ini ia terkenal sampai 165 tahun kemudian dan mungkin sampai nanti. Ia yang menciptakan"Wallace Line" atau garis imajiner Walllace.

Ampiteater di bawah perbukitan Pantai Pulisan, Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. (Foto: J. Osdar)
Ampiteater di bawah perbukitan Pantai Pulisan, Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. (Foto: J. Osdar)

Alfred Russel Wallace berada di hutan belantara Likupang 165 tahun lalu. Ia mengatakan di wilayah itu ada hutan rotan sangat lebat, selain banyak jenis pohon yang tidak kelihatan oleh mata telanjang sampai pohon raksasa di situ. Sebelumnya ia mencari burung penuh misteri, Maleo, tapi di Likupang, ia menemui Anoa, babi hutan dan sapi hutan.

Sabtu malam Minggu itu, saya menyelusuri sebagian hutan dengan pohon-pohon tinggi, alang-alang serta pohon-pohon raksasa (bukan pohon manggrov) di pantai pasir putih lembut pantai Pulisan. 

Saya diantar seninam asal Jakarta yang berjaga di kawasan wisata itu, yang mengaku bernama Bogie (pernah jadi jurnalis televisi di Jakarta). Ia membawa saya menyaksikan ampiteater di bukit alang-alang dan mendaki puncak bukit untuk memandang laut lepas. Di situ saya merasa bersama Alfred Russel Wallace, 165 tahun lalu.

Namun ketika berada di kawasan hutan pantai saya terganggu oleh pesanan teman saya di Jakarta asal Minahasa beberapa waktu lalu. Ia mengharapkan saya untuk menjualkan sebidang tanah miliknya yang ada di pantai sekitar kawasan tujuan wisata prioritas situ. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun