"Lagu yang dirilis tahun 1985 itu sudah mondar-mandir di telinga saya saat saya masih kelas dua SMP di Kertosono, sebuah kota kecil di wilayah Nganjuk, Jawa Timur.
Ada sebuah kenangan indah dengan lagu 'Untukmu Gadisku' bagi Kohar. Suatu ketika, tahun 1999, Mas Kohar dalam tugas jurnalistiknya, naik bus PPD 213 jurusan Kampung Melayu - Grogol. Di Jalan Diponegoro, Jakarta, naik juga di bus itu, tiga orang pengamen. Mereka melantunkan lagu 'Untukmu Gadisku'.
Salah seorang pengamen memetik gitar, pengamen kedua memainkan biola dan pengamen ketiga memukul galon air kosong sbeagai alat perkusi. Lantunan ketiga pengaman membawakan 'Untuk Gadisku" menyentuh hati Mas Kohar.
Usai melantunkan lagu itu, ketika pengamen itu menyodorkan topi mereka untuk diisi uang seiklasnya. Hampir semua penumpang, masing- masing, memberi uang lebih dari tarif bus, yakni Rp 350.
"Rasanya tidak enak kalau saya tidak kasih uang juga pada pengamen ini. Di kantong saya ada satu lembaran Rp 5 ribu. Hanya itu, sisa uang yang saya miliki, setelah bayar tarif bus. Lembaran Rp 5 ribu itu saya berika pada pengamen tersebut. Rp 5 ribu kalau dikonversi sekarang, Rp 50 ribu," ujar Mas Kohar penuh keharuan.
Beberapa kalimat lirik lagu 'Untukmu Gadisku", berbunyi begini.
"Dengar angin mengusik batang- batang padi. Sebelum matahari meninggalkan senja. Dengar juga senandung di balik jendela. Sebelum masuk sunyi....Rumah kecil, Bukalah pintu pagarmu, Kan ku ajak gadisku meninggalkan kamarnya....".
Diskusi "istimewa" FDD 12 itu antara lain dihadiri antara lain, Tri Mumpuni (pakar energi terbarukan), Achmad Baedowi (pakar pendidikan), Anggiasari (aktivis pembela hak-hak kaum difabel), Komaruddin Hidayat (pakar pendidikan), Arief Suditomo (pimpinan Metro TV), Arimbi Heroeputri (pakar lingkungan), Irwansyah (pakar komunikasi), Arief Adiwibowo (kyayi NU), Indra Maulana (pers) dan Radityo (Dosen Universitas Pelita Harapan, tenaga ahli Wakil Ketua MPR), mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Sulawesi Utara Yessy Momongan, penyanyi Fancy Ransun, Liana Adi Rahmawati atau Lia (pengamat politik) dan Ika Laili Rahmawati atau Ellie (pengamat politik), Maria Hamid (pakar minyak bumi) dan Brian Saerang (pengamat sosial).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H