Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

J. Sahilatua, Kohar, dan Forum Diskusi Denpasar 12

29 Januari 2024   23:20 Diperbarui: 29 Januari 2024   23:20 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lagu yang dirilis tahun 1985 itu sudah mondar-mandir di telinga saya saat saya masih kelas dua SMP di Kertosono, sebuah kota kecil di wilayah Nganjuk, Jawa Timur.

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat atau Mbak Rerie (kepat dari kiri) bersama pemusik, pencipta lagu dan penyanyi Jhonny Sahilatua (ketiga dari kanan) diapit para peserta diskusi istimewa Forum Diskusi Denpasar (FDD) 12,  di Jalan Denpasar Raya, Jakarta, Sabtu 27 Januari 2024. Foto: Dok. Pribadi)
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat atau Mbak Rerie (kepat dari kiri) bersama pemusik, pencipta lagu dan penyanyi Jhonny Sahilatua (ketiga dari kanan) diapit para peserta diskusi istimewa Forum Diskusi Denpasar (FDD) 12,  di Jalan Denpasar Raya, Jakarta, Sabtu 27 Januari 2024. Foto: Dok. Pribadi)

Ada sebuah kenangan indah dengan lagu 'Untukmu Gadisku' bagi Kohar. Suatu ketika, tahun 1999, Mas Kohar dalam tugas jurnalistiknya, naik bus PPD 213 jurusan Kampung Melayu - Grogol. Di Jalan Diponegoro, Jakarta, naik juga di bus itu, tiga orang pengamen. Mereka melantunkan lagu 'Untukmu Gadisku'.

Salah seorang pengamen memetik gitar, pengamen kedua memainkan biola dan pengamen ketiga memukul galon air kosong sbeagai alat perkusi. Lantunan ketiga pengaman membawakan 'Untuk Gadisku" menyentuh hati Mas Kohar.

Usai melantunkan lagu itu, ketika pengamen itu menyodorkan topi mereka untuk diisi uang seiklasnya. Hampir semua penumpang, masing- masing, memberi uang lebih dari tarif bus, yakni Rp 350.

"Rasanya tidak enak kalau saya tidak kasih uang juga pada pengamen ini. Di kantong saya ada satu lembaran Rp 5 ribu. Hanya itu, sisa uang yang saya miliki, setelah bayar tarif bus. Lembaran Rp 5 ribu itu saya berika pada pengamen tersebut. Rp 5 ribu kalau dikonversi sekarang, Rp 50 ribu," ujar Mas Kohar penuh keharuan.

Beberapa kalimat lirik lagu 'Untukmu Gadisku", berbunyi begini.

"Dengar angin mengusik batang- batang padi. Sebelum matahari meninggalkan senja. Dengar juga senandung di balik jendela. Sebelum masuk sunyi....Rumah kecil, Bukalah pintu pagarmu, Kan ku ajak gadisku meninggalkan kamarnya....".

Diskusi "istimewa" FDD 12 itu antara lain dihadiri antara lain, Tri Mumpuni (pakar energi terbarukan), Achmad Baedowi (pakar pendidikan), Anggiasari (aktivis pembela hak-hak kaum difabel), Komaruddin Hidayat (pakar pendidikan), Arief Suditomo (pimpinan Metro TV), Arimbi Heroeputri (pakar lingkungan), Irwansyah (pakar komunikasi), Arief Adiwibowo (kyayi NU), Indra Maulana (pers) dan Radityo (Dosen Universitas Pelita Harapan, tenaga ahli Wakil Ketua MPR), mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Sulawesi Utara Yessy Momongan, penyanyi Fancy Ransun, Liana Adi Rahmawati atau Lia (pengamat politik) dan Ika Laili Rahmawati atau Ellie (pengamat politik), Maria Hamid (pakar minyak bumi) dan Brian Saerang (pengamat sosial).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun