UNTUK menulis artikel ini, saya membaca dan mencuplik beberapa kalimat dari beberapa buku. Antara lain buku berjudul, Masa Lalu Selalu Aktual oleh P Swantoro (terbit Januari 2007), Megawati -- Anak Putra Sang Fajar ditulis oleh tim yang dikoordinir SB Wiryanti Sukamdani CHA (terbit tahun 2012), Â Republik Sengkuni oleh MH Said Abdullah, Abrari Alzael dan Miqdad Husein (terbit 2014) serta Puan Maharani, Matang dalam Kerja Keras Politik oleh Rahmat Sahid (terbit 1 April 2015).
Saya mulai cuplikan dari tulisan orang muda Nahdlatul Ulama dari Kebumen, Rahmat Said.  Wartawan muda ini melukiskan sebuah perdebatan seru  para jurnalis  desk politik di sebuah kafe di Solo, Jawa Tengah.
Mereka memperdebatkan berita Harian Kompas halaman depan berjudul "Mesin Partai Berjalan Efektif".
Koran Jakarta itu antara lain menuliskan hasil cepat atau quick count pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Tengah pada Minggu 26 Mei 2013, 10 tahun lalu. Pilgub ini dimenangkan calon dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo .
Padahal waktu itu menurut hasil survei enam bulan sebelumnya tingkat pengenalan Ganjar hanya  6,3 persen. Waktu itu para calon yang dihadapi Ganjar bermodal tingkat pengenalan  jauh di atasnya. Waktu itu Bibit Waluyo, petahana gubernur Jateng, lawan Ganjar, punya tingkat pengenalan 77 persen dan Rustri Ningsih (petahana wakil gubernur dan kader PDI Perjuangan) 40, 6 persen.
Waktu itu para wartawan memperdebatkan kemenangan Ganjar berkaitan dengan hasil survei dan mesin partai yang berjalan efektif. Berita Kompas saat itu menuliskan judul Mesin Partai Berjalan Efektif.
Ganjar dicalonkan oleh PDI Perjuangan dengan modal hasil survey yang rendah.
Rahmat Said dalam buku ini menyebut Puan Maharani sebagai panglima tempur memenangkan Ganjar.
Kini di masyarakat sering diperbincangkan siapakah calon PDI Perjuangan untuk pemilihan presiden 2024 nanti. Ganjar atau Puan?
Beberapa bulan sebelum pendaftaran calon presiden Pilipres 2024, Â Ganjar berada di tingkat atas menurut hasil dari berbagai lembaga survei. Â
MH Said Abdullah, anggota DPR dari PDI Perjuangan sampai saat ini, tahun 2014 dalam tulisannya di bawah subjudul "Puan Maharani" (dalam buku Republik Sengkuni) antara lain mengatakan "........Puan Maharani sebagai politisi yang mampu membesarkan PDI Perjuangan hingga insya Allah nanti menjadi pemenang Pemilu 2014. PDIP memang menang dan juga di tahun 2019. Ketika itu, Sembilan tahun lalu, Said Abdullah berharap Puan jadi calon wakil Jokowi dalam pilpres 2014, Tapi tidak jadi.
Tahun 2012 dalam buku Megawati Anak Putra Sang Fajar di bawah subjudul "Dia Hadir Karena Wahyu" , Sukamdani Sahid Gitosarjono (pengusaha, meninggal tahun 2017) menutup tulisannya dengan mengatakan begini. "Puan sudah pantas memegang jabatan penting beberapa tahun mendatang, seperti Menteri, salah satu ketua DPR, bahkan sebagai Wakil Presiden."
Jabatan Menteri dan ketua DPR sudah terjadi. Wakil Presiden belum atau lebih dari itu? Presiden? Itu harapan sejumlah kader PDI Perjuangan yang dicangkan mulai dua tahun lalu hingga kini. Bagaimana?
Coba kita aktualkan beberapa peristiwa sebelum hari ini yang berkaitan jasa Puan untuk PDI Perjuangan dan negeri ini. Mungkin ada hal hal yang bisa membuat Puan bukan hanya jadi wapres saja tapi RI 1. Sapa tahu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H