SENIN, 20 Juni 2022, lalulintas di beberapa ruas Jakarta macet total, bising, hingar bingar dan pengab. Suasana hampir sama terjadi di dalam sebuah rumah makan di wilayah elit Jakarta Selatan, Jalan Mahakam 1.
Di dalam rumah makan itu penuh sesak kursi, meja, asesoris pentas, alat-alat musik/band, para undangan acara kelahiran kembali rumah makan ini setelah pandemi covid 19 "dirasa melemah". Suara musik cukup memekakakn telinga.
Hingar bingar itu tersingkir sejenak, paling tidak bagi saya yang hadir di situ, dengan pemunculan perempuan berperwakan "chubby" yang baru beberapa jam tiba di Jakarta dari Kampung Malalayang, Manado, Sulawesi Utara.Â
Dia adalah Greis Winda Tamba (38), pegawai negeri sipil, yang tampil membawakan lagu bahasa Jawa, "Tatu" (luka) ciptaan God Father of Broken Heart atau maestro musik campur sari, almarhum Didi Kempot.
Greis yang baru kali ini tampil menyanyi di depan publik membawakan lagu bahasa Jawa dengan cengkok Jawa yang cukup sempurna dan menyentuh hati. Padahal Greis belum bisa berbahasa Jawa. Selama hidupnya ia baru beberapa kali datang ke Jakarta dan Pulau Jawa.Â
Kedatangan ke Jakarta kali ini mula-mula ingin foto di Tugu Monas selain mengikuti acara di kantor pusat Komisi Pemilihan Umum (KPU).Â
Ia datang ditemani anggota KPU Provinsi Sulawesi Utara Yessy Momongan dan dosen fakultas hukum Universitas Bung Karno Daniel Panda serta pengamat perkembangan rumah makan di Jakarta, Brian Saerang.
 Sebelum tampil di rumah makan bergedung mewah di Kebayoran Baru, Rarampa, Greis diajak rekan-rekannya makan di sebuah rumah makan modern di Menteng, tidak jauh dari kantor KPU. Greis diminta membawakan lagu bahasa Jawa, Tatu.Â
Greis diminta menyanyi untuk memberi kesejukan sebagian ruang rumah makan itu akibat membaranya panas api perdebatan politik, sosial dan ekonomi jelang pemiihan umum 2024.
Beberapa pejabat tinggi pemerintahan negeri ini, yang hadir di situ tepesona dan terkesima, mendengarkan perempuan Manado, Greis, melantunkan lagu cengkok Jawa. Para pejabat itu terkejut lagi bahwa Greis tidak bisa bahasa Jawa.Â