Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Greis: Sumbangan Manado untuk Jakarta

22 Juni 2022   18:57 Diperbarui: 22 Juni 2022   18:58 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SENIN, 20 Juni 2022, lalulintas di beberapa ruas Jakarta macet total, bising, hingar bingar dan pengab. Suasana hampir sama terjadi di dalam sebuah rumah makan di wilayah elit Jakarta Selatan, Jalan Mahakam 1.

Di dalam rumah makan itu penuh sesak kursi, meja, asesoris pentas, alat-alat musik/band, para undangan acara kelahiran kembali rumah makan ini setelah pandemi covid 19 "dirasa melemah". Suara musik cukup memekakakn telinga.

Hingar bingar itu tersingkir sejenak, paling tidak bagi saya yang hadir di situ, dengan pemunculan perempuan berperwakan "chubby" yang baru beberapa jam tiba di Jakarta dari Kampung Malalayang, Manado, Sulawesi Utara. 

Dia adalah Greis Winda Tamba (38), pegawai negeri sipil, yang tampil membawakan lagu bahasa Jawa, "Tatu" (luka) ciptaan God Father of Broken Heart atau maestro musik campur sari, almarhum Didi Kempot.

Greis yang baru kali ini tampil menyanyi di depan publik membawakan lagu bahasa Jawa dengan cengkok Jawa yang cukup sempurna dan menyentuh hati. Padahal Greis belum bisa berbahasa Jawa. Selama hidupnya ia baru beberapa kali datang ke Jakarta dan Pulau Jawa. 

Kedatangan ke Jakarta kali ini mula-mula ingin foto di Tugu Monas selain mengikuti acara di kantor pusat Komisi Pemilihan Umum (KPU). 

Ia datang ditemani anggota KPU Provinsi Sulawesi Utara Yessy Momongan dan dosen fakultas hukum Universitas Bung Karno Daniel Panda serta pengamat perkembangan rumah makan di Jakarta, Brian Saerang.

 Sebelum tampil di rumah makan bergedung mewah di Kebayoran Baru, Rarampa, Greis diajak rekan-rekannya makan di sebuah rumah makan modern di Menteng, tidak jauh dari kantor KPU. Greis diminta membawakan lagu bahasa Jawa, Tatu. 

Greis diminta menyanyi untuk memberi kesejukan sebagian ruang rumah makan itu akibat membaranya panas api perdebatan politik, sosial dan ekonomi jelang pemiihan umum 2024.

Beberapa pejabat tinggi pemerintahan negeri ini, yang hadir di situ tepesona dan terkesima, mendengarkan perempuan Manado, Greis, melantunkan lagu cengkok Jawa. Para pejabat itu terkejut lagi bahwa Greis tidak bisa bahasa Jawa. 

"Greis membawa jiwa saya ke alam desa saya di tepi Bengawan Solo sana," ujar pejabat tinggi yang mewanti-wanti saya untuk tidak menuliskan namanya.

"Suara Greis dalam tembang Jawa ini mendorong hati saya untuk berkata, Indonesia ini penuh keajaiban alam. Greis telah menyumbangkan kejaiban dari Manado kepada Jakarta dan Pulau Jawa," kata pejabat berambut putih itu. Sang pejabat sampai menggerakan kedua tangan ke atas dalam bentuk joget srimpi Solo mengikuti irama alunan suara Greis.

Greis Winda Tamba melantunkan lagu-lagu ciptaan almarhum Didi Kempot di markas pusat kajian strategis sosial politik budaya kelompok HL 717 di Jalan Hang Lekir, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, 20 Juni 2022. (Foto: Dok. Pribadi)
Greis Winda Tamba melantunkan lagu-lagu ciptaan almarhum Didi Kempot di markas pusat kajian strategis sosial politik budaya kelompok HL 717 di Jalan Hang Lekir, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, 20 Juni 2022. (Foto: Dok. Pribadi)

Kemudian saya bawa Greis ke Jalan Hang Lekir, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tempat itu adalah markas pusat kajian strategis HL 717. 

HL 717 adalah kelompok orang yang giat melakukan diskusi politik (termasuk soal para calon presiden untuk pemilihan presiden 2024) serta diskusi soal lahan kebun duren dan sumur minyak tua. 

Greis saya minta melantunkan lagu Tatu di markas HL 717 ini untuk mendinginkan aura panas dan ribet yang melekat di dinding-dinding markas itu akibat diskusi-diskusi yang membuat peserta "bingung".

Lagu "Tatu" yang dibawakan Greis berbunyi demikian, "Sanajan kowe ngilang, ra biso tak sawang, nanging neng ati tansah kelingan, manise janji- janjimu kuwi nglarani ati. Senajan aku lara, ning sih kuat kuat nyonggo tatu neng ono ndodo, perih rasane yen eling kowe, angel tambane........dan seterusnya) 

Terjemahan bebasnya: Walau kau menghilang, tidak bisa kupandang, tapi di hati selalu kuingat, janji janjimu itu meyakitkan hati. Walau aku sakit (hati), tapi aku tetap kuat menahan luka di dalam hati ini, pedih rasanya kalau ingat engkau, sulit obat penyembuhnya).

Para wartawan di rumah makan Rarampa malam itu banyak berkonsentarasi pada Greis. Hadir di situ Walikota Manado Andre Angau yang baru kali itu jumpa Greis. Andre yang mengenakan busana serba merah PDI Perjuangan bertepuk tangan dan memberi apresiasi seorang warganya bernama Greis.

Greis Winda Tamba dan Walikota Manado Andre Angau di Jalan Mahakam, Jakarta, Senin malam (20/6). (Foto: Dok. Pribadi)
Greis Winda Tamba dan Walikota Manado Andre Angau di Jalan Mahakam, Jakarta, Senin malam (20/6). (Foto: Dok. Pribadi)

Manado telah menyumbang tempat bagi Pahlawan Nasional Diponegoro menuliskan naskah yang diakui sebagai naskah sejarah dunia, yakni Babad Diponegoro (ditulis abad ke-19). Diponegoro adalah tokoh perang Jawa melawan kolonial Belanda demi tegaknya kultur Jawa/Indonesia yang merdeka.

Senin, 20 Juni 2022, Greis Winda Tamba yang lahir di Manado tanggal 8 Juni 1985, membawakan lagu Jawa dengan sepenuh bakat dan hatinya sebagai sumbangan untuk keindahan keragaman dan kesatuan Jakarta, Jawa dan Indonesia yang saat ini sedang ingar bingar mencari popularitas untuk menjadi presiden negeri ini.

Greis bukan siapa-siapa. Tapi ia datang dari wilayah perbatasan dengan Filipina untuk sekelumit sumbangan terciptanya keheningan di Jakarta yang panas, macet serta sebagian masyarakatnya kebingungan mengenai rencana pemindahan ibu kota negara.

Harus indah karena antara lain karena banjir, macet dan padat? Tanggal 28 Juni 2011 lalu di Solo Jokowi bilang :"Jakarta itu problemnya sebenarnya ada dua. Macet sama banjir. Kelihatannya nggak sulit-sulit amat (diatasi) menurut pengalaman saya."

Membaca ucapan itu menggema lirih lagu Tatu yang dibawakan Greis Winda. ".....Manise janji, janjimu kuwi nglarani ati". Hahahahaha salam dari Malalayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun