Dalam wawancara di Leiden, Belanda, 19 Desember 2007 itu, Profesor Sejarah Universitas Leiden , Leonard Blusse, menyampaikan pertanyaan dengan sebuah kalimat panjang. Kalimat itu saya potong dan berbunyi seperti berikut. "..........Sesuatu kekuatan gaib yang tampaknya menghantui setiap orang yang tinggal di Jawa."
Dalam jawabannya, Peter Carey bercerita, ketika masuk rumah kos di tempat tinggal kerabat keraton di Tejokusuman di Pasar Ngasem tepat di seberang rel kereta api, Yogyakarta. Tempat kos Peter itu adalah rumah tua berusia 200 tahun. Di rumah itu terpampang lukisan Diponegoro naik kuda dalam pertempuran
Di tempat itu Peter punya seorang pembantu rumah, seorang bocah laki-laki. Ketika Peter keluar rumah, ke luar kota (ke Surakarta), bocah itu memakai motor milik Peter sampai persenelingnya rusak. Selain itu bocah itu juga sering tidur di tempat tidur Peter bersama teman-temannya, sementara Peter keluar kota. Setelah kepergok, anak itu dipecat.
Beberapa hari kemudian kamera yang dibeli di Singapura untuk memotret berbagai manuskrip, hilang. Saat itu rumah kosnya bocor ketika hujan. Sakit perut Peter kambuh dengan parah.
Peter Carey, sarjana sejarah modern dari Inggris ini langsung ambil keputusan mendatangi seorang paranormal.
Oleh paranormal itu sakit perut Peter hilang setelah minum ramuan daun pohon buah delima yang diberikah para normal itu.
Paranormal itu juga mengatakan kamera akan kembali sendiri. Tidak lama kemudian kamera itu memang kembali.
Sang paranormal juga mengadakan selamatan untuk rumah itu. Katanya rumah itu didatangi arwah mantan jurutulis Diponegoro, Raden Tumenggung Reksoprojo. Pengalaman pahit dalam perang Jawa, kata para normal itu, orang dekat Diponegoro itu benci dengan orang Belanda (bule). Mungkin Peter dianggap orang Belanda.
"Masalah yang terjadi di bulan-bulan saya pertama saya di Tejokusuman tiba-tiba menghilang dan saya mampu memulai penelitian selama satu tahun, termasuk mendatangi tempat-tempat yang sering dikunjungi Diponegoro," demikian kata Peter Carey.
Pernah pula Peter Carey menginap di sebuah gua yang sering digunakan Pangerang Diponegoro bertapa, bersemedi, meditasi di Selarong, Bantul. Ketika memasuki gua itu Peter melihat dua ekor ular kecil bersarang di situ. Ketika ia mandi di sumber air di belakang selembar daun melekat di pahanya.
Ini mengingatkan pada Raja Hastina dalam Mahabharata, ketika masih kecil dimandikan air untuk menguatkan tubuhnya. Tapi selembar daun kecil menempel di pahanya sehingga air ajaib itu tidak membasahi sebagian pahanya, sehingga bagian itu menjadi kelemahannya.