Tulisan sebelumnya Melihat Tempat Ganjar Pranowo Terpeleset Dekat Gunung Wukir (I)
Candi Wukir, Teatrikal
Sabtu, 17 Desember 2016 lalu, Ganjar akan menghadiri peluncuran buku tentang dirinya berjudul "Gubernur Jelata". Tapi Sutanto menyarankan agar peluncuran diadakan di Candi Gunung Wukir. Candi Wukir yang baru diguyur hujan itu menjadi teater seni peluncuran buku.
"Di candi ini tua ini, mungkin ada banyak cerita tahayul. Tapi tahyul itu bagi saya bisa jadi cerita sastra akar rumput untuk menyampaikan suatu kebenaran sejati yang tidak bisa disampaikan secara politis, secara logika nalar, perdebatan publik yang bisa memanas. [...] Gunung, candi, sungai, dan pepohonan di alam raya ini adalah guru." Demikian kata Sutanto Mendut yang bisa saya tangkap berkaitan dengan Candi Wukir dan Ganjar Pranowo.
"Ketika itu saya menyampaikan pesan kepada Pak Jokowi, bahwa beliau akan bersalaman dan bersatu dalam satu pemerintahan dengan Pak Prabowo Subianto. Saya katakan juga, setelah itu, tetap akan terjadi aksi unjuk rasa," demikian Sutanto Mendut.
Apakah Ganjar Pranowo bisa jadi presiden mendatang?
"Waduh ini soal semantik dan diksi," ujar sang seniman yang baru melepaskan jabatannya sebagai preisden lima gunung ini (Sumbing, Sindoro, Andong, Merbabu dan Merapi).
"Menurut saya bisa," ujarnya sambil motong pohon bambu di dekat Candi Gunung Wukir.
Tengah malam, detik-detik pergantian tanggal dan hari, Jumat merayap ke Sabtu (24/12), saya dan rombongan sampai di wilayah Pejambon, Jakarta. Jalan-jalan raya di sekeliling Istana Merdeka dan Istana Negara ditutup untuk lalu lintas umum.
Malam dan subuh itu dari Jalan Thamrin sampai Cileduk Raya, ramai sekali motor-motor yang kebut-kebutan. Suasana meditatif perjalanan saya tertutup lagi suasana Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H