Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bukan Mona dari Sinosayang

31 Mei 2020   15:32 Diperbarui: 1 Juni 2020   05:38 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (kiri), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basoeki Hadimoeljono (tengah), dan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey (kanan) di pantai Likupang, MInahasa Utara, Juli 2019. (Foto: OSD)

Pertengan tahun 1960, Dolf Runturambi bersama istri, dan anaknya serta pasukan pengawalnya berda dua hari dua malam di lereng Gunung Sinonsayang. Dalam perjuangan Permesta 1958 - 1961, Dolf Runturambi secarat berturu-turut menjabat Kepala Staf Gubernur Militer Sulawesi Utara-Tengah merangkap Komandan Batalion 714, kemudian Komandan Resimen Ular Hitam.

Jabatan selanjtnya adalah Panglima Komando Daerah Pertempuran III- Gorontalo - BolaangMongondow. Sebelum Permesta kembali ke pangkuan RI, ia menjabat Kepala Staf Angkatan Perang Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Antara setelah Piagam Permesta dicanangkan Di Makasar 1957 dan Permesta mengumumkan putus hubungan dengan Pemerintahan RI di Jakarta pada 17 Frebuari 1958, Dolf Runturambi bertemu dengan Presiden Soekarno di Manado (antara akhir September sampai awal Oktober 1957). Dalam bukunya Dolf Runturambi mengatakan : "Kunjungan Presiden RI Bung Karno waktu itu merupakan kejutan bagi Permesta".

"Semua orang tahu, bahwa pada dasarnya Bung Karno adalah seorang Bapak Rakyat yang selalu ingin merangkul rakyat yang sangat dicintainya. Oleh sebab itu, Permesta menyambut Bung Karno dengan gembira dan dengan cara-cara kebesaran.......".

Menurut catatan Dolf Runturambi, Bung Karno selama di Minahasa, Bung Karno mengunjungi Kantor Pusat Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), Sekolah Tinggi Seminari Pineleng dan Universitas Permesta di Sario, Manado.

Ketika itu Bung Karno mengadakan dialog dengan para mahasiswa." Foto yang terkenal ketika mengunjungi Kantor Pusat GMIM di Tomohon, Presiden Soekarno berjalan di depan Gereja GMIM Sion memegang payung hitam.

Tidak dipayungi. Bulan Agustus 2016, sebelum acara Natal Nasional di Tondano, Presiden RI ke V, Megawati Soekarnoputri juga datang untuk pertamakali ke gereja itu dan banyak bicara tentang Pancasila.

Dalam bukunya Dolf Runturambi juga banyak mengkritik pemerintahan masa Bung Karno. Menurut Dolf pemerintahan di masa Bung Karno terlalu berdekatan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan penuh pertikaian.

Dolf mengkhawatirkan Indonesia akan menjadi jajahan pemerintahan komunis Uni Soviet dan Cina (waktu itu). Soal "banyak pertikaian" itu, justru terjaadi di dalam gerakan bersenjata Permesta sebelum kembali ke Ibu Pertiwi.

Selama berada di Manado, kedatangan Bung Karno juga disambut antara lain oleh spanduk-spanduk yang berbunyi :"Takut kepada Tuhan adalah permulaan dari segala Kearifan." 

Ini menurut catatan penulis buku tentang Permesta yang paling lengkap, komprehensif, akurat, dan mendalam, Barbara Sillar Harve, dari Amerika Serikat dalam bukunya "Permesta Pemberontakan Setengah Hati" yang dicetak pertama dalam bahasa Indonesia tahun 1984.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun