Lalu mengapa mereka saling tiru, hampir sama  dan bahkan terlihat minim Inovasi?
Data memang tidak berbohong, bahwa pada tahun 2021 aplikasi Tiktok asal China meraup kesuksesan besarnya dengan memiliki 1 Miliar Penggunanya di tahun 2021.Â
Jadi jika suatu aplikasi sukses dalam menggaet pengguna, maka tentu akan menginspirasi platform lain untuk menyalinnya. Ini bagian bentuk dari strategi mereka supaya penggunanya tetap dapat berada di aplikasinya.
Dilain sisi, meskipun adanya ejekan atas timbulnya duplikasi fitur, platform tidak akan mempedulikan hal itu. Karena ini bagian dari cara mereka supaya orang-orang (penggunanya) tidak mengunduh aplikasi kompetitor.
Jadi, suka atau tidak suka, ini adalah strategi yang akan terus mereka gunakan dalam pertempuran untuk mempertahankan relevansi dan audiens.
Daripada orang -orang lebih banyak menghabiskan waktu di platform kompetitor dan mengurangi durasi pakai di aplikasi mereka sendiri. Maka solusinya adalah menyalin.Â
Jika tidak demikian, maka tentu prespektif mereka bahwa penggunanya dapat meninggalkan aplikasinya hanya karena ada hal yang unik di situs media sosial lainnya.
Lalu Apa Ruginya bagi kita?
Ambil Contoh dari Platform media sosial besutan Mark Zukerberg. Jika dulu Facebook adalah salah satu cara kita terhubung dengan teman semasa SMA dan Kuliahan.Â
Bertemu dengan teman yang sudah lama tidak pernah bertatap muka, hanya dengan bantuan dari Algortima Facebook serta fitur Search nya maka dengan mudah untuk menemukannya. Dan bisa lagi saling berkomunikasi.
Ini adalah salah satu kekuatan Facebook yang tidak di miliki oleh media sosial lainnya. Yaitu tentang hubungan pribadi dan sosial yang kuat. Lagi pula, di mana lagi kita akan mengikuti teman SMA, Teman Kampus yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu?