Mohon tunggu...
Oscar Oyi
Oscar Oyi Mohon Tunggu... -

a man in punk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Download Video Porno Gratis

18 Mei 2013   22:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:22 19266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Persepsi saya bertahan sampai saya sadar - seperti manusia lainnya - bahwa saya dilahirkan oleh seorang ibu. Oleh seorang manusia yang bukan pria. Baik pria maupun wanita dilahirkan oleh wanita. Baik tinggi besar, kecil, bodoh, pintar, jelek, atau se-jenius Einstein juga dilahirkan oleh wanita. Disusui supaya tumbuh badannya. Dirawat, dididik, dimanja melebihi anak kucing. Usia 5 tahun adalah seekor kucing jantan, gagah, dan dewasa. Tapi manusia 5 tahun adalah perengek, pengganggu, perusuh, pemanja, pengalih-perhatian ibu untuk hal-hal penting. Jika dibuang, kira-kira akan mati kelaparan karena kemampuannya hanya buang air besar dan kecil.

Saya tersadar bahwa wanita-wanita yang saya lihat sekujur tubuhnya tanpa sehelai benang itu ialah kaum-kaum ibu. Yang entah kapan diijinkan Tuhan akan menjadi seorang ibu seutuhnya.Yang dibela anak-anaknya karena jasanya. Yang kehormatannya melebihi harga nyawa anaknya.Yang mungkin akan saya barter dengan jiwa-raga beserta seluruh harta untuk membelanya.

Hari ini, dengan ditemani ibu, masih ada hal yang senantiasa membuat saya heran. Betapa mahalkah biaya hidup di dunia ini, sehingga wanita-wanita itu bersedia melepaskan lapisan kehormatan tubuhnya untuk dijajakan. Atau jikalau ia yakin akan kecantikan, keanggunan, dan kemahalan harga tubuh dan dirinya, kenapa tidak ditemukannya pria terhormat yang akan menghormati ia sampai nenek-nenek? Kenapa hanya aktor-aktor berkelamin "megah" yang jadi lawan mainnya sementara?

Kenapa tidak mereka pikirkan bagaimana mata kami ini, pria-pria yang digoda kemolekannya, harus berpikir kembali cara menghormati wanita? Harus mengembalikan mind-set kami yang dirusak kelakuan mereka sendiri? Mengapa mereka bangga menjadi objek? Mengapa harga tubuh Anda - aktris-aktris bokep - yang sedang disenggamai lawan main itu hanya seharga sewa warnet 1 jam? Karena kini banyak sekali situs penyedia download bokep gratis? Dan harga sewa warnet kini hanya seribu rupiah!

Saya terharu, tapi tidak sempat menangis karena tiba-tiba mengingat Anda - aktris-aktris bokep - sedang tertawa terbahak-bahak dihunus kelamin para aktor amatiran dalam film-film penguasa dunia maya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun