Sedekah Bumi. Sedekah Bumi merupakan sebuah ritual yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali di Dukuh Lumbu. Â Tahun ini, acara tersebut berlangsung pada tanggal 20-21 Juli 2024 dan dipenuhi dengan rangkaian kegiatan yang penuh dengan nilai budaya dan kearifan lokal.
Lumbu, 22 Juli 2024 - Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, Desa Lumansari tetap teguh memelihara tradisi leluhur yang kaya akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. Salah satu tradisi tersebut adalahPemotongan Kambing dan Pembagian Daging
Rangkaian acara dimulai pada tanggal 20 Juli 2024 dengan pemotongan kambing, yang menjadi salah satu simbol utama dari Sedekah Bumi. Pemotongan kambing ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah. Prosesi pemotongan dilakukan dengan penuh khidmat, diiringi doa-doa yang dipanjatkan oleh para sesepuh desa.
Setelah pemotongan, daging kambing tersebut dibagikan kepada seluruh warga Desa Lumansari. Pembagian daging ini bukan hanya bentuk syukur, tetapi juga simbol kebersamaan dan gotong-royong. Setiap keluarga mendapatkan bagian yang sama, mencerminkan prinsip keadilan sosial yang dianut oleh masyarakat desa. Pembagian ini juga menjadi momen untuk saling berbagi dan mempererat tali persaudaraan antar warga.
Pemotongan kambing ini tidak hanya menjadi simbol ritual tetapi juga menggambarkan betapa pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam. Dalam prosesi ini, warga juga diajarkan untuk selalu bersyukur dan memanfaatkan hasil alam dengan bijaksana. Tradisi ini menekankan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam.
Setelah proses pembagian daging kambing, selanjutnya adalah acara tahlilan yang dilaksanakan di kuburan Dukuh Lumbu, Desa Lumansari, Kendal. Acara tahlilan ini dihadiri oleh warga laki-laki di Desa Lumansari.Â
Karnaval Kirab Budaya
Keesokan harinya, pada tanggal 21 Juli 2024, suasana di Dukuh Lumbu semakin semarak dengan diadakannya Karnaval Kirab Budaya yang dimulai pukul 08:00 pagi. Karnaval ini merupakan salah satu acara puncak yang selalu dinantikan oleh warga desa. Dengan mengenakan pakaian adat dan membawa hasil kerajinan tangan, peserta kirab berparade keliling desa, menampilkan berbagai macam kesenian tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya Desa Lumansari.
Kirab budaya ini diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Mereka dengan antusias menampilkan berbagai pakaian tradisional serta atraksi lainnya yang mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal. Kirab ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan rasa bangga terhadap warisan budaya yang dimiliki, sekaligus mengedukasi generasi muda tentang pentingnya melestarikan tradisi.
Para peserta karnaval mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah, menunjukkan keragaman budaya yang ada di Indonesia. Mereka juga membawa berbagai hasil bumi dan kerajinan tangan yang dibuat oleh warga desa, yaitu gunungan sayuran.Â
Selama karnaval berlangsung, desa dipenuhi dengan tawa riang dan sorak sorai warga yang menyaksikan. Anak-anak berlarian dengan gembira, sementara para orang tua berbagi cerita dan kenangan tentang tradisi Sedekah Bumi dari masa ke masa. Suasana kebersamaan dan keakraban sangat terasa, menunjukkan betapa kuatnya ikatan sosial di antara warga Dukuh Lumbu.
Sebagai penutup rangkaian acara, pada tanggal 21 Juli 2024 pukul 19:30 malam, masyarakat Dukuh Lumbu dihibur dengan pagelaran wayang kulit. Pagelaran wayang kulit ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga media penyampaian pesan-pesan moral dan ajaran-ajaran luhur yang terkandung dalam cerita-cerita klasik.
Pagelaran wayang kulit ini juga menjadi lebih istimewa dengan kehadiran Bupati Kabupaten Kendal. Kehadiran bupati merupakan bentuk apresiasi dan dukungan terhadap upaya masyarakat dalam melestarikan budaya tradisional. Dalam sambutannya, bupati menyampaikan rasa bangga dan harapannya agar tradisi Sedekah Bumi ini terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Kabupaten Kendal.
Wayang kulit, dengan segala keindahan dan pesan moralnya, berhasil memukau para penonton. Dalang yang memimpin pagelaran tersebut dengan piawai membawakan cerita-cerita epik, menggugah kesadaran dan mengajak masyarakat untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya. Selain itu, pagelaran wayang kulit juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai seni tradisional.
Sedekah Bumi di Dukuh Lumbu, Desa Lumansari, bukan sekadar acara tahunan, tetapi sebuah tradisi yang kaya akan makna. Melalui Sedekah Bumi, masyarakat tidak hanya mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, dan cinta tanah air. Tradisi ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan dan melestarikan warisan budaya kepada generasi muda, agar mereka selalu ingat dan bangga akan jati diri serta budaya nenek moyang mereka.
Acara Sedekah Bumi ini juga mencerminkan kekuatan dan keutuhan masyarakat Desa Lumansari dalam menjaga tradisi di tengah arus modernisasi. Melalui kegiatan-kegiatan seperti ini, masyarakat berharap agar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi Sedekah Bumi dapat terus hidup dan menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan semangat kebersamaan dan cinta budaya, masyarakat Dukuh Lumbu berkomitmen untuk terus menjaga dan melestarikan tradisi Sedekah Bumi, menjadikannya sebagai warisan berharga yang akan terus diwariskan kepada generasi mendatang. Sedekah Bumi di Dukuh Lumbu, Desa Lumansari, adalah bukti nyata bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan, saling melengkapi dan memperkaya kehidupan masyarakat.
Keikutsertaan mahasiswa KKN MIT ke-18 Tematik dalam acara Sedekah Bumi di Dukuh Lumbu, Desa Lumansari, memberikan banyak manfaat, baik bagi mahasiswa maupun masyarakat. Bagi mahasiswa, partisipasi ini menjadi pengalaman berharga dalam memahami dan menghargai tradisi lokal. Mereka belajar tentang nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, dan rasa syukur yang menjadi inti dari Sedekah Bumi. Sementara itu, bagi masyarakat Desa Lumansari, kehadiran mahasiswa KKN memberikan energi baru dan semangat dalam melestarikan tradisi. Kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat juga memperkuat ikatan sosial dan menciptakan rasa saling menghargai. Masyarakat merasa bangga dan dihargai karena tradisi mereka mendapatkan perhatian dan dukungan dari generasi muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H