Mohon tunggu...
Osa Kurniawan Ilham
Osa Kurniawan Ilham Mohon Tunggu... profesional -

Sebagai seorang musafir di dunia ini, menulis adalah pilihan saya untuk mewariskan ide, pemikiran, pengalaman maupun sekedar pengamatan kepada anak cucu saya. Semoga berguna bagi mereka...dan bagi Anda juga. Beberapa catatan saya juga tercecer di http://balikpapannaa.wordpress.com ataupun di http://living-indonesiacultural.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Yang Lucu, Unik dan Menarik Ketika Terbang (Tulisan ke-24)

21 Juli 2011   03:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:31 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311218033586725034

Minggu pagi itu mendaratlah kami di Bandara Charles de Gaulle, Paris. Setelah melalui ritual panjang yang melibatkan pihak imigrasi dan juga tempat pengambilan bagasi, akhirnya kami berenam keluar dari bangunan bandara. Hmmm.....dingin sekali saat itu, mungkin mencapai sekitar 10 derajat Celcius. Maklum di bulan November, jadi sudah memasuki musim dingin. Sejak di pesawat kami sudah berunding bahwa kami akan menggunakan taksi saja untuk menuju ke Hotel Hilton. Daripada ribet harus ngomong Perancis sementara lidah ini belum fasih mengucapkannya, begitu pikir kami. Jadi demikianlah, sambil membawa koper masing-masing akhirnya kami menuju sebuah taksi yang sudah mangkal di tempatnya. Benar saja dugaan kami, sang sopir taksi tidak bisa berbahasa Inggris, jadi kami pun menggunakan Bahasa Perancis patah-patah plus sesekali Bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengannya. Hebatnya, dalam situasi seperti itu akhirnya dengan lancar kami berenam sudah berada di dalam taksi berupa Minivan Mercedez Benz itu. Tapi tarifnya mahal sekali, sekali jalan itu dari bandara ke Hotel Hilton La defense kami harus membayar sekitar 60 Euro. Kalau dikonversi dengan kurs pada saat itu kira-kira sama dengan Rp 750.000,-. Pada perjalanan yang kedua ke Perancis, saya menggunakan rute yang sama serta maskapai yang sama pula. Cuma kalau dulu bersama 5 teman, sekarang didampingi oleh isteri saja. Kami terbang hanya seminggu setelah Eropa dinyatakan mulai melewati badai salju yang sempat membuat operasional bandara di Eropa terhenti. Karena itulah untuk mengantisipasi temperatur dingin (sementara saat itu untuk pertama kalinya isteri saya ke luar negeri) saya harus memikirkan menggunakan transportasi apa kami nanti untuk keluar bandara sekaligus pergi ke Bandara Orly untuk melanjutkan ke penerbangan berikutnya. Terus terang, fasilitas di Bandara Charles de Gaulle ini sebenarnya terhitung lengkap. Tapi tidak tahu kenapa, entah desainnya atau karena keterbatasan Bahasa Perancis membuat saya seringkali bingung saat di bandara ini. Karena itulah saat masih dalam pesawat saya sudah mencari tahu di Majalah Air France (yang lagi-lagi berbahasa Perancis) serta menanyakan kepada pramugari bagaimana cara kami melanjutkan penerbangan dari Bandara Orly. Sang pramugari memberi tahu saya dengan profesional, dia menyarankan supaya kami menggunakan Bus Air France untuk melanjutkan perjalanan ke Bandara Orly lengkap di mana terminalnya dan berapa ongkosnya. Dan kami mengikuti sarannya setelah mendarat. Setelah menyelesaikan urusan imigrasi dan mengambil bagasi, kami pun akhirnya menuju ke terminal untuk  menunggu bis Air France. Woow, dingin banget rasanya, maklum temperatur di pagi itu di bawah 10 derajat Celcius. Padahal matahari juga belum terbit saat itu, suasananya pun juga masih remang-remang. Repotnya, untuk menunggu bis kami harus menunggu di luar gedung, jadi bisa dibayangkan betapa dinginnya. [caption id="attachment_124018" align="aligncenter" width="300" caption="Menunggu (koleksi pribadi)"][/caption] Menunggu bis ternyata sangat menyiksa. Sudah diterpa angin dingin, bis Air France ternyata meleset dari jadwal yang sudah ditetapkan. Beberapa kali saya bertanya kepada petugasnya, dia selalu menjawab sabar...tunggu.....dan sabar, bis akan segera datang. Padahal bis Air France jurusan lain sudah datang dan pergi, tapi bis jurusan Orly ini tidak kunjung datang pula. Sebenarnya yang saya takutkan bukan sekedar bis yang tidak pernah datang. Saya lebih takut akan ketinggalan pesawat di Orly nanti. Matahari sudah mulai terbit, dan bukan perkara yang mudah untuk memanggil taksi pada jam-jam kedatangan rute internasional seperti pada pagi itu. Jam-jam seperti ini biasanya jam sibuk bagi taksi, bahkan di hari Minggu seperti saat itu, apalagi sudah mulai terlihat kemacetan di titik-titik tertentu di jalan-jalan di bandara ditandai dengan banyaknya bunyi klakson bernada jengkel. Anda ingin tahu ujung penantian panjang itu? Sang petugas yang tadi selalu menjawab sabar dan tunggu akhirnya datang dan memberitahu saya kalau bisnya ada masalah dan tidak bisa datang sesuai jadwal. Dia meminta maaf dan menyediakan taksi pengganti yang akan membawa kami ke Orly. Kami pun segera saja menyatakan setuju dan tidak lama kemudian kami pun sudah ada dalam perjalanan ke Orly. Ada yang lucu saat kami sampai di Bandara Orly. Setelah turun dari taksi lengkap dengan segala bawaan kami yang cukup banyak itu, tibalah saat membayar ongkos taksi ke sopirnya. Tidak ada masalah pembayaran dari saya. Tapi ada seorang penumpang lain yang dengan entengnya berkata, "Bolehkah saya membayar menggunakan US dollar?" Gubrak. He..he... (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 21 Juli 2011)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun