Mohon tunggu...
Osa Kurniawan Ilham
Osa Kurniawan Ilham Mohon Tunggu... profesional -

Sebagai seorang musafir di dunia ini, menulis adalah pilihan saya untuk mewariskan ide, pemikiran, pengalaman maupun sekedar pengamatan kepada anak cucu saya. Semoga berguna bagi mereka...dan bagi Anda juga. Beberapa catatan saya juga tercecer di http://balikpapannaa.wordpress.com ataupun di http://living-indonesiacultural.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saya Tidak Bangga dengan Arsitektur Gedung Baru DPR

2 September 2010   06:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:31 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Majalah GATRA edisi khusus 17 Agustus 2010 membuat laporan khusus bertema "Warisan Indonesia untuk Dunia". Laporannya sangat menarik, mampu membangkitkan rasa nasionalisme sebagai warga Bangsa Indonesia. Salah satu warisan Indonesia untuk dunia adalah dalam bidang arsitektur.Dunia sudah mengakui bahwa nenek moyang Indonesia memang tinggi peradabannya. Tingginya peradaban itu bisa ditunjukkan melalui peninggalan-peninggalan arsitekturnya. Lihatlah Candi Borobudur, candi bercorak Budha yang terbesar sedunia itu. Kalau Anda membaca filosofi di balik arsitekturnya, Anda akan dibuat geleng-geleng kepala mengingat kedalaman filosofi serta tingginya olah pikir dan olah nalar para nenek moyang kita tersebut. Dan tahukah Anda bahwa candi yang sebesar itu kemungkinan besar dahulu kala dibangun di tengah-tengah danau yang dibentuk oleh pegunungan Menoreh di sekitarnya. Bayangkan Candi Borobudur seperti bunga teratai yang berada tepat di tengah danau, itulah gambarannya. Saya berdoa moga-moga kelak TV channel National Geography bisa menampilkan simulasinya, supaya Anda bisa percaya dan bangga dengan nenek moyang Anda. Kita juga memiliki arsitektur Candi Prambanan yang begitu indah dan juga megah. Candi bercorak Hindu ini begitu indah, apalagi kalau pada malam hari disinari dengan lampu sorot beraneka warna. Ah, alangkah indahnya. Karena itulah selama ini Candi Prambanan sudah menjadi latar panggung terbuka untuk pertunjukan Sendratari Ramayana. Dan karenanya saya masih terus mengimpikannya suatu saat candi ini bisa menjadi latar panggung untuk konsernya artis-artis internasional seperti Il Divo, Josh Groban, Sarah Brightman, Andre Rieu dan lainnya. [caption id="attachment_247001" align="aligncenter" width="300" caption="Candi Prambanan (sumber: www.jogjatrip.com)"][/caption] Lihatlah juga arsitektur candi dan fasilitas-fasilitas istana Kerajaan Majapahit, sangat maju mendahului jamannya. Demikian pula arsitektur Menara Masjid Kudus, sangat indah dan mengundang rasa kagum karena kecerdasan arsiteknya yang mengakomodasi aristektur Islam, Hindu dan juga Cina. Kekaguman Anda akan bertambah bila menyaksikan arsitektur-arsitektur kuno yang lain seperti candi, kolam renang kerajaan dan lain sebagainya. O ya, saya sedang menyelesaikan membaca hasil penelitian seorang ahli Perancis bernama Jacques Dumarcay yang meneliti arsitektur Candi Sewu. Yang saya kagumi, beberapa detail candi ini ternyata mengikuti pola matematika tertentu yang rumusnya ditemukan dalam hasil penelitian ini. Ketika Bung Karno menjadi presiden, tampaknya masa itulah bulan madunya arsitektur khas Indonesia. Harap maklum, Bung Karno sendiri adalah seorang insinyur sipil dan pembangunan gedung dan monumen memang digalakkan sebagai bagian dari "national character building", pembangunan karakter bangsa. Diharapkan dengan arsitektur-arsitektur saat itu, karakter dan kebanggaan sebagai bangsa bisa bangkit dari sebagai bangsa inferior yang dijajah ratusan tahun menjadi bangsa yang bangga dengan dirinya sendiri, bangga dengan kepribadian dan warisan budayanya sendiri. Lihatlah desain lambang negara kita "Garuda Pancasila". Banyak negara yang menggunakan burung (terutama burung Elang) tapi lihatlah, lambang negara mana yang burungnya terlihat paling gagah dan indah dilihat. Menurut saya ya Garuda Pancasila itu, soalnya burung-burung yang lain terlihat kurus dan kerempeng he..he...Belum lagi filsafat di baliknya, bayangkan dari jumlah bulu di leher, di sayap dan di ekor serta perisai yang disandangnya semua memiliki makna yang dalam selain artistis. Makanya tidak heran kalau desainer terkemuka pernah mengadaptasi Garuda Pancasila kita untuk desain kaosnya. Lihatlah arsitektur Stadion Utama Gelora Bung Karno. Walaupun dibuat oleh arsitek Rusia, tapi terlihat jelas adanya filsafat khas Bung Karno dalam arsitekturnya. Karena bangsa ini besar maka bangunan-bangunan kita haruslah besar, megah dan indah dilihat, itulah prinsip yang dianut Bung Karno. Sebagai gambaran inilah data stadion utama itu. Arsiteknya adalah Semerdjiev dengan Salistchev dan Mouremtsev sebagai insinyur teknik. Dibangun selama (hanya) 2 tahun oleh 40-an insinyur lokal dan 12.000 tenaga kerja sipil dan militer, stadion ini berlantai 5 dengan kapasitas 110.000 orang dengan luas mencapai 279 ha termasuk taman hijaunya. Dan waktu saya mengunjungi Stadion Nou Camp di Barcelona dan National Stadium-nya Perancis di pinggiran Paris, alamak nasionalisme saya bangkit saat itu. Ternyata tidak ada stadion yang lebih besar dan megah daripada Stadion Utama Gelora Bung Karno, makanya saya heran kalau ada orang Indonesia yang tidak bangga dengan negaranya sendiri. [caption id="attachment_247017" align="aligncenter" width="300" caption="Gelora Bung Karno (sumber: www.dwinet2.blogspot.com)"][/caption] [caption id="attachment_247022" align="aligncenter" width="300" caption="National France Stadium (dokumentasi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_247025" align="aligncenter" width="300" caption="Nou Camp Stadium - Barcelona FC (dokumentasi pribadi)"][/caption] Demikian pula dengan arsitektur-arsitektur bangunan yang lain. Misalkan saja Monas (monumen nasional) yang dilandasi oleh arsitektur lingga-yoni, atau Tugu Pahlawan yang diinspirasi dari bentuk paku terbalik. Belum lagi monumen-monumen seperti Monumen Selamat Datang, Monumen Dirgantara (Tugu Pancoran), Monumen Pembebasan Irian Barat dan monumen-monumen yang lain. Waktu saya membaca kisah di balik desain monumen-monumen itu betapa kagumnya saya dengan orangtua-orangtua kita jaman itu. Bandingkan dengan kebanyakan arsitektur kita sekarang. Memang sih banyak arsitek idealis yang masih memegang teguh idealisme untuk menciptakan arsitektur yang memiliki ciri khas. Tapi lebih banyak lagi arsitek yang hanya bisa sekedar peniru. Banyak orang menyebutnya junk architecture, arsitektur sampah. Lihatlah saja dengan perumahan-perumahan mewah yang iklannya tersebar di teve-teve itu. Desain patung-patungnya banyak yang sekedar meniru patung-patung ala Yunani maupun Romawi. Lalu alih-alih mempunyai ciri khas sendiri, sekarang banyak perumahan yang hanya sekedar meniru 7 keajaiban dunia itu. Ketika saya menulis artikel tentang peradaban kuno nenek moyang Indonesia banyak yang berkomentar bahwa terlihat terjadi kemunduran peradaban di Nusantara ini. Dengan mengambil contoh arsitektur tiruan di atas, saya menyatakan setuju dengan pendapat para komentator tersebut. Contoh yang paling mutakhir mungkin adalah mengenai arsitektur Gedung DPR/MPR. Dulu Bung Karno menggagas untuk membangun sebuah gedung pertemuan untuk menyelenggarakan Conference of the New Emerging Forces (Conefo) lalu diperintahkanlah Ir. Sutami, Ir. Soejoedi dan Ir. Nurpontjo untuk merancang dan membangunnya. Hasilnya adalah Gedung DPR/MPR sekarang ini. Lihatlah betapa cantiknya arsitektur gedung itu. Kubah hijau yang menghiasi gedung itu adalah ciri khasnya. Sampai sekarang belum ada yang menyamainya. Konon, itu perlambang rahim perempuan yang akan melahirkan kekuatan baru dunia, yaitu yang disebut New Emerging Forces. [caption id="attachment_247034" align="aligncenter" width="300" caption="Gedung DPR/MPR (sumber: www.jpnn.com)"][/caption] Sekarang bandingkan dengan gedung baru DPR/MPR yang rencananya mau dibangun mulai Oktober 2010 nanti. Konon, biayanya adalah 1,6 Triliun rupiah. Coba hitung, berapa ratus sekolah bobrok di negeri ini bisa dibangun kembali dengan uang itu. Konon pula, luas ruangan untuk setiap anggota DPR adalah 120 m2. Coba bandingkan dengan susahnya mayoritas rakyat kita untuk mendapatkan rumah RSSS (rumah sangat sederhana sekali) yang hanya bertipe 21 m2 itu. Lalu nanti akan ada pula apotek, sauna, kolam renang dan juga minimarket. Saya bayangkan nanti akan semakin banyak anggota DPR yang bolos sidang, karena sedang berenang atau terserang sakit jantung karena kecapekan renang di sana. [caption id="attachment_247039" align="aligncenter" width="285" caption="Arsitektur Gedung Baru DPR (sumber: www.detiknews.com)"][/caption] Baiklah, saya tidak peduli dengan fasilitas yang akan dinikmati oleh "gerombolan orang-orang" itu. Tulisan ini hanya memfokuskan pada sisi arsitekturnya. Terus terang, saya tidak bangga dengan arsitektur gedung baru itu. Kalau dilihat sekilas, kesan pertama saya adalah gedung itu mirip dengan Tragedi Menara Babel dulu. Kenapa saya bilang mirip, karena gedung yang menjulang tinggi bukanlah melambangkan Indonesia sebagai negeri yang besar dan megah tapi lebih melambangkan kepongahan, kesombongan dan kebebalan hati anggota DPR/MPR kita yang dengan pongahnya "mengangkangi" rakyat yang miskin dan "sok lebih pinter" dari para pendiri bangsa yang diwakili oleh gedung lama DPR/MPR. Dan kenapa saya tidak bangga ? Alasan lainnya adalah karena gedung itu tidak berkepribadian Indonesia, tidak memiliki ciri khas dan ini yang paling penting, arsitekturnya meniru Arch de Grand-nya Perancis yang berada di La Defense, pinggiran barat kota Paris itu. Plagiat ?! mungkin enggaklah, tapi kalau mirip memang ya. Alangkah memalukan kalau gedung kebanggaan negara ternyata hanya meniru desain dan arsitektur kepunyaan negara lain. Saya bermimpi buruk saat membayangkan betapa nanti duta besar Perancis akan tertawa terkekeh-kekeh kalau diundang dalam acara peresmian gedung ini. Dia pasti membatin, katanya negara merdeka kok meniru punyanya negaraku he..he... Nah saudara-saudaraku, coba bandingkan arsitektur gedung baru DPR/MPR itu dengan Arch de Grand yang dulu pernah saya kunjungi itu. Setujukan Anda kalau desain gedung baru itu tidak lebih sebagai junk architecture ? Kasihan arsiteknya kalau anggapan saya ini benar. [caption id="attachment_247042" align="aligncenter" width="300" caption="Arch de Grand (dokumentasi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_247053" align="aligncenter" width="224" caption="Arch de Grand (dokumentasi pribadi)"][/caption] Tapi sebentar, bukan watak saya untuk menulis kritik tanpa solusi. Teman-teman muda kita yang kreatif sebenarnya sudah merancang arsitektur gedung baru di Jakarta yang memiliki ciri khas sendiri. Adalah www.menteridesainindonesia.blogspot.com yang pertama kali mengusulkan ide untuk membuat Menara Pertamina. Saya pikir-pikir mengapa gedung DPR baru itu tidak mengadaptasi usulan yang kreatif ini ya, malah meniru desain arsitektur dari perancis itu. Penasaran, lihat rancangan teman-teman kita ini. Menurut Anda, arsitektur mana yang lebih menarik hati Anda ? [caption id="attachment_247043" align="aligncenter" width="300" caption="Logo Menara Pertamina (design: www.menteridesainindonesia.blogspot.com)"][/caption] [caption id="attachment_247046" align="aligncenter" width="300" caption="Usulan Desain Menara Pertamina (sumber: www.menteridesainindonesia.blogspot.com)"][/caption] (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 2 September 2010) Sumber Pustaka: 1. Eko Budiharjo, Bung Karno, Arsitek - Seniman, Kompas edisi khusus Jumat, 1 Juni 2001. 2. Kala Senja di Gelora Bung Karno, Majalah IDEA, edisi 20/02, September 2005.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun