Mohon tunggu...
Osa Kurniawan Ilham
Osa Kurniawan Ilham Mohon Tunggu... profesional -

Sebagai seorang musafir di dunia ini, menulis adalah pilihan saya untuk mewariskan ide, pemikiran, pengalaman maupun sekedar pengamatan kepada anak cucu saya. Semoga berguna bagi mereka...dan bagi Anda juga. Beberapa catatan saya juga tercecer di http://balikpapannaa.wordpress.com ataupun di http://living-indonesiacultural.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

L’histoire se Repete-16: Si Untung Van Neck

9 Juni 2010   22:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:38 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernah membaca tentang tokoh si Untung di komik Donald Bebek ? Itu lho bebek yang seringkali membuat Donald iri karena hidupnya yang dipenuhi dengan keberuntungan sehingga si Untung ini sangat disayang sama Paman Gober ketimbang Donald he..he...Dalam kehidupan nyata memang kita temui ada seseorang yang hidupnya dipenuhi dengan keberuntungan, ada juga orang yang dipenuhi kesialan melulu. Tapi terus terang saya kok nggak yakin kalau Tuhan menciptakan si sial dan si miskin. Ini menurut saya lho, Tuhan menciptakan setiap orang dengan modal dan kemampuan yang sama. Nah sekarang tinggal tergantung pada usaha, doa, kerja keras, karakter pribadi dan kejelian memanfaatkan setiap kesempatanlah yang membuat setiap orang berbeda-beda dalam menjalani kehidupan. Dari persepsi sebagai manusia inilah kita melihat lalu mengadili, eh si anu itu sial terus....eh si anu kok untung terus. Setuju enggak ? he..he.. Dalam kasus Cornelis De Houtman, kita melihatnya sebagai pribadi yang selalu ditimpa kesialan. Setelah meneliti data-data sejarah, ternyata kesialan itu tidak terlepas dari karakter De Houtman yang kasar, grusa-grusu, congkak dan angkuh dalam berinteraksi dengan penguasa Banten saat itu. Nah dalam serial kali ini saya mau perkenalkan kepada Anda, Jacob Cornelizoon Van Neck yang selalu untung. [caption id="attachment_163079" align="aligncenter" width="300" caption="Armada Van Neck. 4. http://en.wikipedia.org/wiki/Second_Dutch_Expedition_to_Indonesia"][/caption] Hampir setahun setelah kedatangan Cornelis De Houtman di Belanda, muncullah pelaut lain yang ingin mengikuti jejak menuju Nusantara. Namanya Admiral Van Neck. Tahun 1598, dia membawa 8 kapal dengan perlengkapan penuh menuju ke Nusantara. Berbeda dengan De Houtman, ekspedisi Van Neck ini berlangsung mulus, dan dia pun tiba di pelabuhan Banten dalam kondisi aman. Van Neck beruntung tiba di Banten dalam waktu dan kondisi yang tepat karena ternyata pedagang-pedagang Portugis baru saja diusir dari Banten karena sifat dan perangainya yang kasar dan tidak menyenangkan penguasa setempat. Seperti De Houtman, Van Neck juga menghadap ke pelaksana tugas bupati Banten yaitu Jayanegara. Jayanegara juga mewajibkan hal yang sama sebagai syarat berdagang di Banten yaitu membayar uang pelabuhan di muka sebanyak 10.000 gulden, bertransaksi dagang hanya melalui Bupati Banten juga harus membayar ratusan gulden ke syahbandar pelabuhan setiap memuat barang ke kapal. Berbeda dengan De Houtman, Van Neck menyanggupi semua syarat Jayanegara tersebut. Itulah yang membuat Van Neck bebas berdagang di Banten. Tercatat bahwa Van Neck berhasil memuati 4 kapalnya dengan komoditi lada, cengkeh, biji pala dan muatan lain yang akan laku di Eropa. 4 kapal memang disengaja kosong. Van Neck menugaskan admiral bawahannya, Van Waerwijk dan Van Heemskerck untuk pergi ke Maluku untuk berdagang di sana sementara Van Neck akan kembali ke Belanda. Jacob Van Heemskerck memimpin kapal bernama Zeeland dan Gelderland berlayar menuju Kepulauan Banda. Wijbrandt Van Waerwijk memimpin kapal Amsterdam dan Utreght ke Pulau Ternate. Sebelum pulang ke Belanda, Van Neck sempatkan untuk berpamitan dengan putera mahkota kesultanan Banten yang saat itu baru berumur 3 tahun. Dalam pamitannya, dia menyampaikan sejumlah upeti. Tata krama Van Neck seperti inilah yang membuatnya mampu merebut hati Banten yang kemudian mengundangnya untuk berdagang kembali lain waktu di Banten. Pasti senyum-senyum nih si Van Neck ini he..he.., sementara Nusantara tinggal menghitung mundur untuk segera jatuh ke pihak asing. [caption id="attachment_163080" align="aligncenter" width="300" caption="Peta Pelayaran Van Neck. http://gutenberg.net.au/ebooks02/0200471h.html"][/caption] Demikianlah, ekspedisi Van Neck disambut dengan gembira di Belanda. Inilah ekspedisi Belanda pertama yang pulang dengan keberhasilan. Sebuah catatan menulis bahwa ekspedisi itu mengahsilkan keuntungan sampai 400%. Hebat nggak ?! benar-benar si untung nih dia he..he.. Keberuntungan Van Neck belum berakhir. Setelah sempat singgah di pelabuhan Jakarta untuk membeli logistik beras dan arak, 4 kapal yang disuruh ke Maluku itu akhirnya tiba pula di bulan Maret 1599. Memang sih mereka sempat menemui insiden saat melalui pantai Madura. Tampaknya Bupati Madura yang bernama Arrisabaya masih dendam dengan armada Belanda pimpinan Cornelis De Houtman yang sebelumnya pernah menyerang mereka (saya pernah ceritakan ini di serial ke 15 kan ?). Pasukan Madura ini sempat menangkap beberapa pelaut dan meminta tebusan atas pembebasan mereka. Tapi insiden itu nggak besar, hanya semacam duri saja bagi keberhasilan armada Van neck ini. Saat tiba di Maluku, mereka diminta orang Maluku untuk mengusir Portugis dengan imbalan panen cengkeh selama setahun. Sultan Barkat dari Ternate juga meminta Belanda mengusir Portugis dari istananya di Tidore. Tapi untuk kali pertama ini armada Belanda masih jual mahal dulu. Gengsi dong, masa baru pertama kali datang kok sudah disuruh perang, mending dagang dulu aja he..he..Dengan alasan bahwa mereka adalah misi dagang swasta, bukan mewakili pemerintah Belanda sehingga mereka dilarang untuk menyerang armada asing lain seperti Spanyol atau Portugis, maka secara halus mereka menolak permintaan Maluku tersebut. Alih-alih bertempur, 4 armada Van Neck ini pun berhasil memuati kapalnya dengan komoditi yang diinginkan. Lagi-lagi, Van Neck menemui keberuntungannya. Cerita tentang pelayaran ke Maluku ini sangat menarik untuk diceritakan. Bahkan Romo Mangunwijaya pernah menceritakannya dalam novelnya yang berjudul Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa. Bagus banget lho novel ini. Saya juga akan menceritakannya dalam serial berikutnya sepak terjang Van Neck di Maluku ini. Demikianlah kisah pedagang sekaligus pelaut Belanda yang tampaknya sangat akrab dengan Dewi Fortuna ini. Keberuntungan Van Neck ini merintis jalan bagi berdirinya kongsi dagang terbesar yang kelak sangat akrab dengan penguasa saat itu, Tidak hanya akrab, sang pedagang kelak malah berhasil menyantap sang penguasa untuk menjadi penguasa tunggal di kawasan Nusantara ini. Sejarah terus berulang, lebih dari 400 tahun kemudian kita bisa menjumpai pedagang yang selalu beruntung seperti Van Neck ini. Bak tangan Raja Midas yang bisa merubah apapun menjadi emas dengan sentuhan tangannya, pedagang ini pun juga selalu beruntung dalam segala usahanya yang menggurita di segala bidang kehidupan. Sang pedagang ini juga sangat akrab dengan penguasa di Nusantara, tidak hanya akrab dia juga berhasil menendang aparat penguasa yang berseberangan dengannya. Saya tidak perlulah menyebutkan siapa dia, si Van Neck itu. Bosan saya he...he.... Bahan kepustakaan: 1. Capt. RP Suyono, Peperangan Kerajaan di Nusantara, Grasindo, Jakarta, 2003 2. Adolf Heuken SJ, Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta Jilid II, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2000 3. YB Mangunwijaya, Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1987 4. http://en.wikipedia.org/wiki/Second_Dutch_Expedition_to_Indonesia (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 9 Juni 2010)

Serial L’histoire Se Repete:

  1. Sial De Houtman
  2. Tumbal Singapura, Nasib Bengkulu
  3. Rebutan Singapura
  4. Nyonya Baru Raffles di Bengkulu
  5. Palembang, Sisi Gelap Raffles
  6. Penjajah Muda Multi Talenta
  7. Sejak kapan lalu lintas kita memakai jalur kiri ?
  8. Batavia nan Pengecut
  9. Andai Daendels menjadi presiden RI
  10. Kita pernah dijajah Perancis lho
  11. Sejak kapan nusantara belajar korupsi ?
  12. Benarkah Belanda menjajah kita selama 350 tahun ?
  13. Kekuatan sumpah
  14. Saving Private Ryan dalam sejarah revolusi Indonesia
  15. Suka membeli kapal bekas
  16. Samudera Indonesia atau Lautan Hindia ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun