Terapi akan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Jika ada patah tulang dokter akan memeriksa apakah perlu perawatan bedah atau belat. Setelah itu, pasien harus menjalani fisioterapi untuk merehabilitasi kemampuan tulang.
Perawatan farmakologis akan diperlukan untuk mencegah fraktur lain. Hal ini dapat diberikan kepada pasien yang tidak mengalami patah tulang tetapi mengalami osteoporosis, misalnya dari skrining. Berikut obat-obatannya:
1. Bifosfonat. Obat ini berguna untuk mencegah kerusakan tulang, mengembalikan massa tulang, dan meningkatkan kepadatan tulang terutama bagian punggung dan pinggul. Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah risendronate, alendronate, pamidronate, chlodronate, zoledronate (asam zoledronic), dan asam ibandronat.
2. Modulator reseptor estrogen selektif (SERM). Ini adalah semacam terapi sulih hormon untuk wanita pascamenopause. Hal ini efektif untuk mengurangi pergantian tulang dan memperlambat resorpsi massa tulang. Contoh SERM adalah raloxifene.
3. Metabolit vitamin D yaitu calcitriol dan alpha calcidol. Mereka memiliki kemampuan untuk membantu tubuh menyerap kalsium.
4. Kalsitonin. Obat ini disarankan untuk seseorang yang mengalami patah tulang belakang dengan rasa sakit. Obat ini dapat disuntikkan atau dapat diberikan dengan semprotan hidung.
5. Strontium Ranelat. Obat ini meningkatkan pembentukan tulang dengan mengaktifkan osteoblas dan dengan membentuk kolagen dan juga menurunkan resorpsi tulang dengan menurunkan aktivitas osteoklas. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H