Mohon tunggu...
Ondo Supriyanto
Ondo Supriyanto Mohon Tunggu... -

Lahir di lereng Bukit Pati Ayam, Pati. Warga Negara Indonesia biasa. Menyukai membaca, menulis, menonton film, mendengarkan musik, jalan-jalan, memotret dan hal-hal yang menyenangkan. Di atas segalanya, saya juga gandrung pada kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Beradab

26 Januari 2018   21:14 Diperbarui: 26 Januari 2018   21:43 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Lenyot - WordPress.com

PADA era jurnalistik digital, berkembang dua model perilaku jurnalistik. Pertama, adanya persaingan menyajikan berita secara cepat. Kedua, konsep bersaing mengutamakan kedalaman (indepth)yang merupakan dekonstruksi terhadap konsep pertama. Kedua model itu merupakan pilihan yang bersifat manajemen.

Kedua model itu sesungguhnya sudah menjadi pembahasan jurnalistik di era klasik , ketika media cetak masih maraja. Memasuki abad digital, dengan generasi yang terus bergerak dari milenial ke "generasi Z" untuk -- menandai angkatan kelahiran 1995 hingga 2010 -- praktik jurnalistik pun bergerak beradaptasi dalam memberi sajian kepada pembaca zaman now.

Di tengah trend demikian, bertarung pula aneka kepentingan yang berebut ruang pemberitaan, baik politik, sosial, ekonomi. Tak terkecuali aspek primordi kehidupan yang sangat sensitif. Pertarungan itu benar-benar mengguncang moralitas etis jurnalistik. Beragam kasus etis yang menjadi wacana publik bermunculan; kecewa atas ketelanjangan keberpihakan media pada kekuatan politik tertentu, unggahan bersifat hoax, persengketaan media dengan publik,  hingga kasus yang diproses secara hukum sebagai pencemaran nama baik.

Muncul skeptisitas publik pada kredibilitas informasi, lantaran penilaian yang membingungkan terhadap unggahan baik media mainstream maupun media sosial. Banyak informasi yang belum matang sudah disajikan kepada publik secara tergesa-gesa, yang intinya abai terhadap penghayatan kode etik. Minimnya penghayatan etika dalam bermedia akan menggiring masyarakat ke kultur interaksi yang jauh dari beradab. Kondisi ini memunculkan anarkhisme komunikasi. (Amir Mahmud NS:2017)

Information Overload 

Di era digital pers  memiliki tantangan tersendiri. Informasi yang tercipta di internet, baik dalam jenis numerik, teks, gambar, audio atau video melimpah ruah. Dari tahun ke tahun jumlah informasi di internet terus meningkat tanpa terkontrol hingga menyebabkan kelebihan informasi (information overload).

Kelebihan informasi sebagai bom informasi, menurut filsuf Perancis, Paul Virilio akan berdampak pada dehumanisasi. Pada akhirnya kelebihan informasi tersebut akan menyebabkan kesulitan bagi setiap individu dalam mencari informasi yang benar-benar bernilai.

Menurut riset Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) tentang wabah hoaks nasional, sebanyak 68,2% menerima hoaks lewat aplikasi chatting. Aplikasi chatting memang sangat nyaman karena praktis, tidak perlu narasi yang rumit, dan terjamin penyebarannya. (Andina Dwifatma: 2017).

Melihat kondisi di atas, maka diperlukan kemampuan literasi digital agar dapat dengan mudah dalam mencari, menemukan, mengevaluasi, membuat, memanfaatkan hingga menyebarkan kembali informasi tersebut.

Masalah utama yang dihadapi dalam praktik jurnalistik adalah persinggungan antara kemampuan teknis dan kepekaan etis dari wartawan.  Meski telah memiliki kecakapan teknis, namun abai terhadap pertimbangan etis dalam menyajikan berita akan mengakibatkan kecelakaan jurnalistik. 

Agar kecelakaan jurnalistik itu tak terjadi, perlunya penghayatan terhadap kode etik jurnalitik.  Kode Etik Jurnalistik sesuai keputusan Dewan Pers Nomor 03/ SK-DP/ III/2006 mengandung empat asas, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun