Ketika mata pelajaran hanya menjadi tujuan, maka apa yang diperoleh siswa atawa mahasiswa hanyalah PENGETAHUAN TENTANG .... bukan KEMAMPUAN UNTUK ...... Tidakah heran kalo lebih banyak lulusan/sarjana (bukan berarti tidak ada, lho!) yang hanya punya pengetahuan tentang sesuatu tapi tidak mampu menerapkannya dalam situasi tertentu.Atau bahkan lebih buruk, pengetahuan tentang sesuatu tersebut sudah lupa, melayang jauh entah kemana? bukankah dulu ketika SMA, kita hapal unsur-unsur periodik, tapi sekarang sudah lupa lagi.
Melalui ungkapan di atas, saya hanya ingin menegaskan bahawa mata pelajaran lengkap dengan strategi plus media pembelajaran yang mendukungya hendaknya dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Kenapa, karena tujuannya itu sendiri bukan semata-mata hanya untuk dapat menyerap mata pelajaran. Tapi, membekali keterampilan hidup yang berguna, khususnya keterampilan abad 21, kalo kita bicara dalam konteks era global saat ini.
Menurut PBB, untuk membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society), ada setidaknya lima keterampilan abad 21 (21st Century Skills) yang harus dikembangkan ataudibangun melalui pendidikan, yaitu:
Melek teknologi (ICT literacy)
Keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills)
Keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills)
Keterampilan memcahkan masalah (problem-solving skills)
Keterampilan berkolaborasi (collaborative skills)
Nah, kalo kita masih berpandangan mata pelajaran hanya dijadikan sebagai tujuan atau dengan kata lain tujuan pembelajaran di kelas atau dibangku kuliah, hanyalah untuk menguasai mata pelajaran tertentu, maka pendekatan pembelajaran yang kita lakukan pasti pendekatan pembelajaran berorientasi guru (teacher-oriented learning). Guru lebih berperan sebagai pemberi informasi. Sehingga sebagian besar waktu untuk proses belajar di kelas dihabiskan alias dirampas sepenuhnya oleh guru untuk memberikan pengetahuan tentang.
Keterampilan abad 21, yang dianjurkan PBB seperti saya sebutkan di atas, mana bisa terbangun kalau sebagian besar siswa di sekolah hanya datang, duduk, dengar terus pulang? Plus, sampe rumah bapak dan ibunya sibuk kerja, dan dia menghabiskan waktunya di warnet untuk bermain game dan melihat situs-situs gak karuan. Masih mending, kalo sampe rumah, karena keterbatasan ekonomi orang tuanya, terpaksa siswa itu diberikan tanggung jawab tertentu. Maka dialah yang lebih beruntung karena memperoleh pengalaman belajar berharga.
Hmmm selengkapnya dapat Anda baca disini: Ketika Mata Pelajaran Hanya menjadi Tujuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H