Mohon tunggu...
Orlin Ordelia Prayoga
Orlin Ordelia Prayoga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

Saya seorang mahasiswa yang memiliki hobi membaca dan sedang belajar untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bias Bahasa dalam Akademika

11 Juni 2022   22:23 Diperbarui: 11 Juni 2022   22:58 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan di kebanyakan perpustakaan perguruan tinggi, rak kategori ilmu pengetahuan dipenuhi oleh jurnal-jurnal Bahasa Inggris atau jurnal-jurnal terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Laman-laman e-resources di internet, seperti Scopus, JSTOR, Google Scholar, ProQuest, ScienceDirect, didominasi oleh jurnal-jurnal yang ditulis dengan Bahasa Inggris, dibanding bahasa lainnya.

Coba kita berpikir sejenak tentang seberapa dominan Bahasa Inggris dalam ranah akademik.

Pada tahun 2015, Adam Huttner-Koros menulis artikel mengenai bias yang dimiliki Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sains. Ia menulis tentang bagaimana laporan hasil riset sains dan akademik yang ditulis menggunakan bahasa nasional di negara-negara yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa nasional, seperti Jerman, Prancis, dan Spanyol, kalah saing oleh laporan hasil riset yang menggunakan Bahasa Inggris. Laporan hasil riset dengan Bahasa Inggris lebih populer dan lebih sering digunakan.

Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rovira, Loposeza, dan Codina pada tahun 2021, mereka menemukan bahwa sistem pencarian dengan multibahasa (ejaan yang sama dalam bahasa yang berbeda) dengan filter relevansi yang dimiliki oleh Google Scholar, lebih sering memunculkan dokumen dalam Bahasa Inggris sebagai posisi atas dan menaruh dokumen yang ditulis dengan bahasa lain di posisi yang lebih bawah. 94% dokumen yang ditulis dalam bahasa selain Bahasa Inggris lebih sulit ditemukan dalam jenis pencarian yang sama. Hanya 0,2% dari dokumen-dokumen tersebut yang dapat ditemukan dalam posisi dua puluh teratas.

Bahasa Inggris sebagai jembatan komunikasi dan ilmu bisa disebut sebagai suatu hal yang wajar, karena Bahasa Inggris adalah bahasa global untuk saat ini. Namun, salah satu hal yang sering terlupakan dalam bahasan Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional yang digunakan sehari-hari, terutama dalam bidang akademik, adalah terjadinya kesenjangan ilmu antara orang yang mampu menyerap Bahasa Inggris dan yang tidak.   

Jurnal internasional yang menggunakan Bahasa Inggris dianggap sebagai high-status dan dapat diakses di e-resources tertentu atau di tempat-tempat eksklusif tertentu saja. Jurnal yang ditulis dengan Bahasa Inggris seakan merupakan sumber penelitian paling akurat. Maka dari itu, para penulis jurnal yang ingin karya tulisnya dikenal, dibaca, dan diakui sebagai hasil penelitian yang akurat, berlomba-lomba untuk bersusah payah menyusun jurnal mereka dengan pola linguistik Bahasa Inggris. Padahal, apabila kita memakai pola linguistik Bahasa Inggris, artinya kita memakai pola pikir Barat dalam menganalisa. Ini semua seperti paradoks yang menciptakan kesenjangan kuasa dan ilmu dalam lingkungan akademik. (Doowy-Rybiska, 2020)

Tentu kita semua pernah mengalami betapa sulitnya memahami sebuah buku bacaan yang telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris. Apalagi, bagi mahasiswa yang harus membaca buku bacaan mata kuliah yang menggunakan Bahasa Indonesia yang terasa 'janggal' ketika dibaca. Hal ini hanyalah satu contoh kecil dari bagaimana Bahasa Inggris yang mendominasi dunia akademik menimbulkan kesenjangan ilmu, yang secara sadar atau tidak, tercipta di kalangan masyarakat.

Perlu diakui, bahwa sulit untuk mencari jurnal atau sumber bacaan akademik dengan Bahasa Indonesia yang lengkap dan akurat. Namun, bukan berarti para peneliti dan penulis di Indonesia tidak mampu menulis tulisan akademik yang apik serta layak. Dan, bukan tindakan yang tepat pula apabila kita menyalahkan para peneliti dan penulis di Indonesia yang menulis jurnal dengan Bahasa Inggris.

Untuk mengubah sistem ini, tidaklah mudah karena Bahasa Inggris berkaitan erat dengan globalisasi saat ini. Salah satu upaya kecil yang bisa dilakukan adalah mengutamakan penerbitan jurnal dengan Bahasa Indonesia terlebih dahulu, lalu setelah itu dilakukan penerbitan jurnal dengan versi terjemahan Bahasa Inggris. Upaya ini mungkin tetap tidak akan berhasil dalam sistem akademik internasional, namun bisa menciptakan sistem akademik Indonesia yang lebih baik

Penting untuk diingat oleh masyarakat Indonesia untuk menghargai bahasanya sendiri dan tidak terbawa arus westernisasi yang membuat budaya, bahasa, dan pemikiran kita sebagai bangsa Indonesia tergerus oleh jaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun