Mohon tunggu...
Orlandia Luruk
Orlandia Luruk Mohon Tunggu... Guru - Guru

gemar membaca cerpen

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bunga Liar

19 September 2022   15:10 Diperbarui: 19 September 2022   15:10 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

BUNGA LIAR

 Setangkai bunga 

di tengah hutan

Hembusan angin dan tetesan embunlah harapannya 

aromanya menusuk di celah  pepohonan dan dedaunan.

Kadang angin menghembuskan aromanya menjauh di sana

Namun tak  ada yang menghirupnya.

Sosok mawar dan melati menjadi dambaan

menghiasi taman

Menjadi pusat perhatian para  insan.

Ada kerinduan di sana,

Ingin disentuh tangan lembut anak manusia

Ingin  dipandang mata indah anak manusia.

Namun apa daya, ia hanyalah setangkai bunga liar

Yang terselubungi rerumputan, 

Dari  balik semak-semak ia menatap keindahan dunia

Akulah  dia..

Yang selalu merindukan secuil cinta yang nyata

Namun tak seorangpun yang menoleh apalagi memandang kepadaku.                                                

Landa Seran (22/10/11)

(Balasan puisi bunga liar)

 KUPU-KUPU LEMAH

 Hembusan angin lembut datang menyentuh sayapku

Berkepak-kepak tersentuh kebahagiaan

Entah apakah itu, hatiku menjadi girang

Aroma itu membawaku melayang pergi

Melewati hutan, melewati rawa

Sejenak sayapku terhenti mengepak

Mataku terpaku memandangnya

Dari balik pepohonan  kumelihatmu

Engkau yang indah 

Engkau yang cantik

Sungguh menawan, menyentuh hatiku

Namun kuterpaku dengan bisikan angin itu

Keresahanmu membawa kerinduan untuk menyentuhmu

Namun apa daya

Walau dari balik semak-semak kubisa memandangmu

Namun satu pintaku, bunga liarku

Tetaplah bermekar indah menghiasi hatiku

Aku, seekor kupu-kupu lemah

Yang selalu menunggu dan memandang padamu

Akulah penggemarmu.                     

 Landa Seran (22/10/11)                                                    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun